Sistem sosial


Bab IV Sistem sosial

Nama generasi
Di dalam nama dengan 3 karakter, biasanya kita mengenal adanya nama generasi. Nama yang mengandung nama generasi adalah 1 karakter marga, 1 karakter generasi dan 1 karakter marga. Pada tingkatan generasi yang sama dalam satu keluarga besar biasanya memiliki nama generasi yang sama.
Nama generasi ditetapkan oleh leluhur dengan mengambil sebuah puisi atau bait di dalamnya untuk penamaan generasi turun-temurun. Biasanya sebuah puisi berisikan 16, 20 atau bahkan 24 karakter buat 16, 20 atau 24 generasi ke bawah. Sampai generasi ke-17, 21 atau 25, nama generasi akan dimulai kembali dari karakter generasi pertama.
Nama generasi ini tidak lazim digunakan di semua keluarga karena biasanya hal seperti ini merupakan monopoli orang terpelajar. Karena pendidikan tidak umum bagi rakyat biasa di zaman dulu di Cina, maka banyak pula keluarga yang tidak menggunakan nama generasi dalam pemberian nama.

Tingkatan marga
Di zaman dulu, marga-marga tertentu mempunyai tingkatan lebih tinggi daripada marga-marga lainnya. Pandangan ini terutama muncul dan memasyarakat pada zaman Dinasti Jin dan sesudahnya. Ini dikarenakan sistem Men Di yang serupa dengan sistem kasta di India. Pengelompokan tingkatan marga ini terutama juga dikarenakan oleh sistem feodalisme yang mengakar zaman dulu di Cina. Ini dapat dilihat di zaman Dinasti Song misalnya, Bai Jia Xing yang dilafalkan pada masa tersebut menempatkanmarga Zhao yang merupakan marga kaisar menjadi marga pertama.
Di masa sekarang tidak ada pengelompokan tingkatan marga lagi di dalam kemargaan Tionghoa. Bila beberapa marga didaftarkan maka biasanya diadakan pengurutan sesuai dengan jumlah goresan karakter marga tersebut.

Munculnya berbagai macam marga antara lain karena:
1.     Menggunakan lambang2 suku2 kuno, misalnya MA (kuda), LONG (NAGA), SHAN (gunung), YUN (awan)
2.     Menggunakan nama negara, misal: Qi, Lu, Wei, Song
3.     Menggunakan daerah kekuasaan, misal: Zhao, yang mendapatkan daerah kekuasaan di kota Zhao.
4.     Menggunakan gelar jabatan, misal: Sima (menteri Perang), Situ (menteri tanah dan rakyat), Sikong (menteri PU)
5.     Menggunakan nama pekerjaan, misal: Tao (keramik), Wu (dukun/tabib)
6.     Menggunakan tanda dari tempat tinggal, misal: Ximen (gerbang barat), Liu (pohon yangliu), Chi (kolam)
Marga Tionghoa di Indonesia
Marga Tionghoa di Indonesia terutama ditemukan di kalangan suku Tionghoa-Indonesia. Suku Tionghoa-Indonesia walau telah berganti nama Indonesia, namun masih banyak yang tetap mempertahankan marga dan nama Tionghoa mereka yang masih digunakan di acara-acara tidak resmi atau yang bersifat kekeluargaan.
Diperkirakan ada sekitar 300-an marga Tionghoa di Indonesia, data di PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia) mencatat ada sekitar 160 marga Tionghoa di Jakarta. Di Singapura sendiri ada sekitar 320 marga Tionghoa. Atas dasar ini, karena daerah asal suku Tionghoa di Indonesia relatif dekat dengan Singapura maka dapat diambil kesimpulan kasar bahwa jumlah marga Tionghoa di Indonesia melebihi 320 marga.
Marga Tionghoa di Indonesia mayoritas dilafalkan dalam dialek Hokkian (Minnan). Hal ini tidak mengherankan karena mayoritas keturunan Tionghoa-Indonesia adalah berasal dari Provinsi Fujian (Provinsi Hokkian).
Marga yang lazim di kalangan Tionghoa-Indonesia semisal:
         Cia/Tjia (Hanzi: , hanyu pinyin: xie)
         Gouw/Goh (Hanzi: , hanyu pinyin: wu)
         Kang/Kong (Hanzi: , hanyu pinyin: jiang)
         Lauw/Lau (Hanzi: , hanyu pinyin: liu)
         Lee/Lie (Hanzi: , hanyu pinyin: li)
         Oey/Ng/Oei (Hanzi: , hanyu pinyin: huang)
         Ong (Hanzi: , hanyu pinyin: wang)
         Tan (Hanzi: , hanyu pinyin: chen)
         Tio/Thio/Theo/Teo (Hanzi:, hanyu pinyin: zhang)
         Lim (Hanzi, hanyu pinyin: lin)
Masih banyak lagi marga-marga lain yang dapat ditemui. Salah satu fenomena umum di Indonesia adalah karena marga dilafalkan dalam dialek Hokkian, sehingga tidak ada satu standar penulisan (romanisasi) yang tepat. Hal ini juga menyebabkan banyak marga-marga yang sama pelafalannya dalam dialek Hokkian kadang-kadang dianggap merupakan marga yang sama padahal sesungguhnya tidak demikian.
         Tio selain merujuk kepada marga Zhang dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Zhao.
         Ang selain merujuk kepada marga Hong dalam Mandarin, juga merupakan dialek Hokkian dari marga Weng.

0 Responses