Kearifan local masyarakat baduy
Hingga saat ini masyarakat Baduy
masih terikat pada pikukuh (adat yang kuat) yang diturunkan dari
generasi ke generasi. Salah satu pikukuh itu berbunyi lojor
teu meunang dipotong, pondok
teu meunang disambungkan (panjang tidak boleh dipotong, pendek
tidak boleh sambung). Makna pikukuh itu antara
lain tidak mengubah sesuatu, atau dapat juga berarti menerima apa yang sudah
ada tanpa menambahi atau mengurangi yang ada. Insan Baduy yang melanggar pikukuh akan memperoleh ganjaran adat dari puun
(pimpinan adat tertinggi). Pengamalan pikukuh yang taat menyebabkan masyarakat Baduy
memiliki kearifan dalam mitigasi bencana.tidak hanya itu saja masih ada lagi
kearifan local yang di dapat dari suku baduy ini misalnya seperti:
Ada banyak kearifan lokal yang akan di peroleh
di Desa Kanekes, sebuah pelajaran yang sangat berarti mengingatkan kita pada
jati diri leluhur salah satu suku tua di Nusantara yang masih hidup dengan cara
tradisional.Lupakan ponsel atau alat elektronik lainnya saat Anda mengunjungi
Desa Kanekes atau yang lebih popular disebut Desa Baduy di Banten. Selain tidak
ada listrik untuk men-charge hp Anda, bahkan sinyal pun sulit didapat. Lebih
baik Anda menatap alam sekitar dan mendengarkan suara-suara alam. Di sinilah
Anda akan dapati kehidupan masa lalu sebelum memasuki sebuah zaman dari akibat
revolusi industri yang menguasai dunia.Desa Baduy, terletak di perbukitan
Gunung Kendeng, sekitar 75 kilometer arah selatan Rangkasbitung, Banten. Ini
merupakan tempat yang tepat untuk Anda yang ingin.merasakan ketenangan yang jarang
ditemukan di kota besar. Bagi mereka yang memiliki naluri berpetualang mungkin
akan merasakan trekking di desa Baduy sangat memukau. Kehidupan keseharian
masyarakat Baduy yang memegang teguh adat istiadat merupakan daya tarik
tersendiri bagi Anda yang berminat menelusuri budaya unik kearifan lokal yang
luar biasa ini.