- · ASAL USUL SUKU BAJO
suku Bajo tersebar
di banyak tempat di Indonesia. Juga diberbagai negara termasuk Thailand. Meski
demikian, bahasa yang digunakan tetap sama, bahasa Bajo. Ada dua versi sejarah
suku Bajo,
* ada yang berpendapat berasal Johor, tapi ada juga yang mengatakan berasal
dari Palopo, Sulawesi Selatan. Namun, menurut Manan, presiden suku Bajo, kalau
dari bahasa, dia malah melihat ada kesamaan dengan bahasa Tagalog, Filipina.
Bajo, Bajau
atau Sama Bajo juga merupakan salah satu suku di Indonesia yang menyebar ke
berbagai penjuru negeri.
Konon nenek moyang mereka berasal dari Johor, Malaysia.
Mereka adalah keturunan orang-orang Johor yang dititahkan raja untuk mencari
putrinya yang melarikan diri. Orang-orang tersebut diperintahkan mencari ke
segala penjuru negeri hingga pulau Sulawesi. Menurut cerita, sang puteri
memilih menetap di Sulawesi, sedangkan orang-orang yang mencarinya lambat laun
memilih tinggal dan tidak lagi kembali ke Johor. Dan konon menurut satu versi,
sang puteri yang menikah dengan pangeran Bugis kemudian menempatkan rakyatnya di
daerah yang sekarang bernama BajoE.
Sedangkan versi
lainnya menyebutkan karena tidak dapat menemukan sang puteri, akhirnya
orang-orang asal Johor ini memilih menetap di kawasan Teluk Tomini, baik di
Gorontalo maupun Kepulauan Togian.
Suku Bajo
dikenal sebagai pelaut ulung yang hidup matinya berada diatas lautan.
Suku Bajo tidak bisa lepas dari laut
sekalipun mereka sudah menetap di darat. Ketergantungan mereka dengan laut
sangat tinggi sekali. Budaya dan cara hidup mereka sangat melekat dengan aroma
laut. Bahkan perkampungan merekapun dibangun jauh menjorok
kearah lautan bebas, tempat mereka mencari penghidupan. Laut bagi mereka adalah
satu-satunya tempat yang dapat diandalkan. Julukan bagi mereka sudah barang
tentu sea nomads, karena pada mulanya mereka memang hidup terapung-apung diatas
rumah perahu. Orang Bajo inipun menyebar ke segala penjuru wilayah semenjak
abad ke-16 hingga sekitar 40-50 tahun silam (perpindahan terakhir terjadi di
berbagai wilayah di NTT).
Diberbagai
tempat, orang Bajo banyak yang akhirnya menetap, baik dengan inisiatif sendiri
atau di’paksa’ pemerintah. Namun tempat tinggalnya pun tidak pernah jauh dari
laut. Banyak orang Bajo yang akhirnya menetap, sedang lainnya masih berkelana
dilautan. Mereka membangun pemukiman-pemukiman baru di berbagai penjuru
Indonesia. Berikut sebagian dari tempat bermukimnya suku Bajo ini, utamanya di
Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara sebagai pusat pemukimannya. Orang Bajo dikenal
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, kendati tradisinya
sendiri tetap berjalan.
Dari segi
bahasa, kendati orang Bajo mempunyai satu bahasa. Namun dialek mereka
terpengaruh dengan bahasa-bahasa daerah tempat mereka bermukim. Seperti di
kabupaten Lembata, mereka hanya berbahasa Bajo dengan kaumnya, sementara itu
mereka berbahasa Lamaholot bila bertemu di pasar atau berinteraksi dengan
penduduk luar kelompoknya. Dan bahasa bajo sudah mengalami perbedaan yang
sangat jauh sebagai akibat pengaruh bahasa-bahasa lainnya.
Orang Bajo
terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi adat istiadat orang Bugis atau
Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan orang
Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat Bugis, bahkan seringkali
mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di beberapa daerah. Meskipun
telah ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal yang beragama Katolik atau
Kristen di NTT, orang Bajo tetap sampai sekarang taat menganut agama Islam, dan
bagi mereka Islam adalah satu-satunya agama yang menjadi ciri khas suku ini.
Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang diemban oleh suku Bajo. Dengan
kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan ganasnya lautan.
- · Jawa Timur
Suku Bajo
diperkirakan banyak terdapat di Kepulauan Kangean, Sumenep. Umumnya mereka
tinggal di Pulau Sapeken, Pagerungan Besar, Pagerungan Kecil, Paliat dan
pulau-pulau sekitarnya. Mereka tinggal bersama dengan suku Madura dan Bugis.
- · Bali
Orang Bajo dari
Kangean dan lain tidak bermukim secara eksklusif dibanding daerah lainnya.
Kebanyakan ditemui di Singaraja dan Denpasar atau kawasan pantai membaur dengan
masyarakat Bali dan Bugis.
- · Nusa Tenggara Barat
Suku Bajo di
pulau Lombok ditemui disebuah kampung di Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur.
Sedangkan di Pulau Sumbawa, mereka banyak dijumpai di Pulau Moyo dan
sekitarnya, serta kawasan Bima di belahan timur Sumbawa.
- · Nusa Tenggara Timur
Di Pulau Flores
mereka dapat dijumpai di kawasan pesisir, mulai dari Kabupaten Manggarai Barat
hingga Flores Timur (di sana ada kota bernama Labuhan Bajo yang diambil dari
nama suku itu). Pemukiman mereka di Nusa Tenggara Timur antara lain di Lembata
yakni di wilayah Balauring, Wairiang, Waijarang, Lalaba dan Lewoleba. Pulau
Adonara : Meko, Sagu dan Waiwerang. Sedangkan sisanya bermukim di Pulau Solor,
Alor dan Timor, terutama Timor Barat. Mereka sudah bermukim disana sejak
ratusan tahun silam dan hidup rukun dengan penduduk setempat. Orang Bajo juga
banyak dijumpai dikawasan sekitar Pulau Komodo dan Rinca.
- · Gorontalo
Sepanjang
pesisir Teluk Tomini, terpusat di wilayah Kabupaten Boalemo dan Gorontalo
- · Sulawesi Tengah
Kepulauan
Togian di Teluk Tomini, Tojo Una-Una, Kepulauan Banggai. Selain itu
dimungkinkan dijumpai di pesisir Kabupaten Toli-Toli, Parigi Moutong dan Poso.
- · Sulawesi Tenggara
Terdapat di
pesisir Konawe dan Kolaka (pulau utama). Di Pulau Muna (Desa Bangko, Kecamatan
Baginti yang konon sudah ada sejak abad ke-16), Pulau Kabaena, Pulau Wolio,
Pulau Buton, Kepulauan Wakatobi (Kaledupa, Binongko, Kapotta dan Tomea).
- Sulawesi Selatan
Terpusat di
Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone. Orang Bajo banyak tinggal di kawasan sepanjang
pesisir teluk Bone sejak ratusan tahun silam.
Orang Bajo juga
banyak bermukim di pulau-pulau sekitar Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua.
PETA PENYEBARAN
SUKU BAJO DI ASIA TENGGARA
·
Suku Bajo di Wakatobi
Mendengar kata
Wakatobi membuat imajinasi kita akan pesona bawah lautnya yang sangat eksotis
dan sangat indah dengan terumbu karang yang masih alami, hamparan pantai yang
begitu menyejukkan mata. Tak heran jika sekarang pulau ini sudah menjadi taman
wisata laut nasional. Bahkan wisata taman laut Wakatobi sudah semakin banyak
dikunjungi wisatawan dan sudah mulai di lirik oleh banyak media. Wakatobi adalah
sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara. Ibu kota kabupaten ini terletak di
Wangi-Wangi. Bentuk wilayahnya adalah berupa kepulauan.
Penduduk asli
wakatobi adalah Suku Bajo, yang tersebar di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan
dengan jumlah penduduknya 23,37%, berada di Kecamatan Wangi-Wangi 19,05%,
berada di Kecamatan Kaledupa 17,86% berada di Kecamatan Tomia dan 15,01% berada
di Kecamatan Binongko. Suku Bajo di Wakatobi mempunyai mata pencaharian sebagai
nelayan yang sudah menjadi turun temurun nenek moyang mereka. Bagi Suku Bajo,
laut adalah IBU bagi mereka. Suku bajo di sana masih sangat khas dengan tradisional
yang masih diwariskan oleh nenek moyang mereka. Salah satunya adalah dengan
menjaga lautan dan tidak merusak flora dan fauna disekitarnya. Bagi para
wisatawan, Wakatobi adalah surga laut yang penuh dengan pesona yang begitu
indah.
Penduduknya juga
sangat ramah tamah dalam menyambut tamu (para wisatawan) yang berkunjung
ke Wakatobi dengan ritual penyambutan yang masih khas.
Orang nomor
satu di Suku Bajo adalah presiden, bukan hanya negara saja yang memiliki
presiden, Suku Bajo pun memilikinya. Adalah Abdul Manan, asli putra Bajo dari
Sulawesi Tenggara. Diperkirakan dialah satu-satunya Suku Bajo Indonesia yang
telah menyandang gelar S2.
Pada awalnya,
sang ibu berpendapat lepas SD Manan sebaiknya bergabung dengan kapal Australia
menangkap ikan paus. Akan tetapi, untungnya sang ayah mendukung keinginannya
untuk sekolah. Pada 1976, dia merantau ke Bau Bau melanjutkan SMP hingga SMA.
Kemudian mendapat beasiswa ke perguruan tinggi negeri di Kendari. Lepas itu
dapat beasiswa lagi, S2 di Thailand, jurusan manajemen tropika.
, Suku Bajo mencari lokasi-lokasi baru yang
dianggap strategis untuk mencari tempat tinggal, salah satunya di Desa Sama
Bahari.
·
Rumah Bajo
Rumah Panggung yang berdiri diatas tonggak tonggak kayu diatas
laut yang saling berhubungan. Rumah orang orang bajo sangat jarang dipenuhi
perabot furniture seperti kursi meja kecuali memang mereka orang terpandang
seperti kepala desa, pemilik warung atau pedagang.
Umumnya mereka duduk di lantai kayu yang tidak terlalu rapat sehingga kita bisa melihat air laut dan segala kehidupannya di bawah sana.
Umumnya mereka duduk di lantai kayu yang tidak terlalu rapat sehingga kita bisa melihat air laut dan segala kehidupannya di bawah sana.
Orang-orang Bajo enggan membangun rumah
di darat karena banyak tradisi dan ritual hidup yang harus dilakukan di laut. Sejak dulu, setiap bayi orang Bajo harus
dicelupkan ke laut untuk mengakrabkan mereka dengan laut yang dianggap sebagai
saudara.
Selain
terkenal dengan keahlian dalam menjelajah samudera, nelayan Suku Bajo juga
terkenal ahli menangkap ikan.
Peralatan peralatan tradisional suku Bajo :
- · Sampan Kaloko
Sampan
Kaloko merupakan alat utama yang membantu dalam kehidupan sehari-hari Suku
Bajo, mulai dari transportasi hingga menangkap ikan. Sampan kecil tanpa layar
dengan panjang tidak lebih dari 5 meter ini dahulu menjadi identitas Suku Bajo.
Sampan ini lebih ramping dari sampan yang banyak dijumpai pada masa kini.
Sampan Kaloko digunakan Suku Bajo untuk menangkap ikan cakalang dengan
mengandalkan dayung dan kekuatan tangan untuk mengejar kumpulan burung yang
dipercaya sebagai tanda berkumpulnya ikan cakalang. Konstruksi rumah Suku Bajo
yang berada di “atas laut” dan tidak adanya jembatan penghubung antar rumah membuat
sampan ini memiliki fungsi yang penting.
- · Bagu Bagu
adalah
tali pancing yang terbuat dari serat pohon bagu. Berdasarkan informasi yang
dihimpun, pohon bagu banyak terdapat di daerah Buton. Pohon ini tinggi
menjulang dan kaya manfaat. Kayunya bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan
rumah, daunnya bisa digunakan untuk sayur mayur, dan seratnya bisa digunakan
untuk tali pancing. Saat ini, pohon ini sudah sangat langka dan sulit
ditemukan.
·
Ngambai
Ngambai adalah
istilah bahasa Bajo untuk menggambarkan proses penangkapan ikan dengan sistem
kerjasama menggunakan jaring. Target penangkapan adalah semua jenis ikan.
Sekelompok nelayan harus dipecah dalam sistem ini, ada kelompok yang memasang
jaring dan ada kelompok yang menggiring ikan.
- Nilai-nilai konservasi dalam Tradisi Suku Bajo
·
Duata Sangal : Ritual mengambil beberapa
jenis ikan kecil yang terancam punah dan melepaskannya ke laut , ikan yang
dilepas itu diharapkan bisa mengundang ikan-ikan lainnya untuk berkumpul dan
hidup bersama.
- · Parika : yaitu memberi ruang bagi ikan untuk bertelur dan beranak serta membatasi penangkapan berdasarkan ketentuan waktu tertentu yang disepakati oleh pemuka adat dan tokoh komunitas.
- · Pamali : “Daerah terlarang” yang ditetapkan ketua adat Bajo untuk menangkap ikan di suatu kawasan. Biasanya disertai sanksi tertentu bagi yang melanggar.
- · Maduai Pinah : Ritual yang dilakukan saat nelayan Bajo akan turun kembali melaut di lokasi pamali
Kategori Melaut dalam tradisi Bajo
Kegiatan melaut dibagi dalam empat kategori ,
yakni
- · Palilibu : melaut jarak dekat dalam sehari
- · Pongka : melaut agak jauh dengan waktu 1-2 minggu
- · Sakai : Melaut jauh dengan lama waktu minimal sebulan
- · Lama : melaut sangat jauh hingga berbulan-bulan dan biasanya melintasi negeri asing.
DUATA
Sejumlah wanita berpakaian adat khas suku bajo
menggelar tarian di atas perahu disertai dengan membuang berbagai sesajen di tengah
laut Wakatobi, Sultra
Tarian ini sebagai
rangkaian prosesi tradisi Duata, sebuah tradisi pengobatan tradisional suku
Bajo. Dalam keyakinan masyarakat bajo Duata adalah Dewa yang turun dari langit
dan menjelma menjadi sosok manusia. Tradisi Duata adalah puncak dari segala
upaya pengobatan tradisional suku bajo, ini dilakukan jika ada salah satu
diantara mereka mengalami sakit keras dan tak lagi dapat disembuhkan dengan
cara lain termaksud pengobatan medis
Upacara Sangal
upacara Sangal
yang dilakukan saat musim paceklik ikan dan spesies laut lainnya. Pada upacara
tersebut, mereka akan melepas spesies yang populasinya tengah menurun di saat
bersamaan. Misalnya: melepas penyu saat populasi penyu berkurang, melepas tuna
saat tuna berkurang, dll.
Suku Bajo juga
memiliki kearifan lokal dalam melaut dan mengambil hasil laut.. Di
dalam masyarakat Bajo tumbuh suatu keyakinan terhadap adanya suatu mantra yang
memberi peranan penting dalam kehidupan mereka, keyakinan tersebut berkaitan
erat dengan kegiatan mereka sebagai nelayan.
Sebagai masyarakat nelayan yang mata
pencahariannya terdapat di laut, mereka melakukan kegiatannya dengan sangat
hati-hati dengan penuh pertimbangan. Mulai dari saat akan berangkat ke laut
sampai kembali lagi ke darat untuk keselamatan. Mereka memiliki bekal
pengetahuan mengenai keadaan laut, cuaca, perahu yang bagus, cara melaut yang
baik, dsb karena pengalaman melaut yang terlatih sejak kecil, mereka juga selalu memilih/mengambil ikan yang usianya
sudah matang dan membiarkan ikan-ikan yang masih kecil/muda untuk tumbuh
dewasa. Mereka juga tidak mengambil jenis ikan tertentu yang tengah memasuki
siklus musim kawin maupun bertelur untuk menjaga keseimbangan populasi dan
regenerasi spesies tersebut
- Dalam tradisi Suku Bajo dan Wakatobi, terdapat perpaduan adat dalam upacara "Pangindaan Ma Kaca" dan "Pangindaan Ma pinah" yang artinya: "Mencari dalam Kaca" dan “Mencari degan daun Pinang". Upacara ini kerap dilakukan untuk mencari jawaban atas banyak hal. Misalnya untuk mencari orang yang hilang di tengah lautan. Jawaban dapat terlihat dari gelembung-gelembung air yang bergejolak.
- Motto yang sering di dengar di kalangan Suku Bajo adalah "Di lao' denakangKu' yang berarti Lautan adalah Saudaraku. Oleh karenanya, lautan adalah tempatku hidup, mencari nafkah, serta mengadu dalam suka maupun duka yang selalu menyediakan kebutuhan hajat hidupku.
- Tantangan yang dihadapi oleh Suku Bajo cukup banyak, antara lain: kurangnya akses menuju pendidikan, hak atas tempat tinggal, angka kematian pada ibu yang melahirkan dan bayi, kemiskinan, kelaparan, dan diskriminasi di beberapa lokasi tertentu.
Selain itu, perubahan alam pun menjadi salah satu tantangan yang dihadapi
oleh suku pengembara laut ini
Secara garis besar Suku
Bajo yang tidak memiliki wilayah teritorial etnik seperti etnik lainnya di indonesia yang
memiliki wilayah daerah nya masing-masing, tapi dengan Kepandaian mereka yang
suka mengembara akhirnya mereka dapat menjadikan setiap wilayah pesisir di Nusantara sebagai
tanah air mereka, mereka dapat dengan mudahnya menyesuaikan diri dengan adat
budaya masyarakat dimanapun mereka berada atau pun menetap, Dan seluruh Wilayah
di Indonesia ini dapat menerima mereka untuk hidup berdampingan dengan etnik
lainnya, saling kerjasama sebagai warga Negara Indonesia dengan tetap
memelihara tradisi, adat dan budaya Suku Bajo.
Sumber :
Koentjaraningrat. 1974, beberapa pokok antropologi social,
Jakarta : PT. Dian rakyat.
Aaaaaaa!! Baca blog ini jd pgn mengudara kesana kemari HAHA salut sama suku ini, msh memegang teguh nilai-nilai dari leluhur mereka. Yg kaya begini nih yg patut di contoh! Budaya yg dipegang teguh sbg ciri khas meskipun di tengah jaman yg mengglobal ini. Bangga deh, suku bajo ini sbg salah satu kekayaan Indonesia. Proud of Indonesia :)
hhhmmm..Sepertinya sumber yg berkaitan tentang upacara adat suku bajo tidak lengkap,contoh:upacara adat pernikahan,upacara adat kematian,& upacara sakral dalam suku bajo. Begitu juga astronomis dilatarbelakangi kebudayaan tidak mendetail.Untuk sumbernya lebih dilengkapi lagi yah.Thank's a lot & GBU :)
makasih sebelumnya buat coment nya yah ^^
ini ada beberapa penambahan tetang upacara adat nya :
Jadi orang Bajo itu kalo nikah mengunakan ritual-ritual,
Awalnya akan ada segerombolan laki-laki yang memanggul miniatur rumah panggung yang di buat dari bambu. Dan diiringi gadis-gadis di barisan belakang bisa disebut mereka sedang mengantarkan erang-erang(barang bawaan) dari pengantin pria buat pengantin wanita,
Ritual 1) a’bantang (ritual tolak bala ) maksudnya itu Pembersihan atau Pemberkatan untuk calon pengantin.
2) Diadakannya pemasangan kelambu dan Campaniga (hiasan tempat tidur pengantin) Campaniga yang dipasang pada kelambu ranjang pengantin juga harus dilengkapi dengan beberapa peralatan, seperti lilin merah dan dupa.
3) Pengibaran bendera Lolo Bajo dan Ula-ula
Di keturunan ninggrat, haus mengibarkan bendera pada saat upacara perkawinan, lolo bajo (keturunan ninggrat) akan menggerekk ‘ula-ula’ (bendera), yang berbentuk seperti manusia (tengkorak), nah bersamaan dengan pengibaran bendera lolo bajo, di pihak pengantin perempuan , Di kediaman pengantin pria juga dikibarkan bendera , Bendera ula-ula ada 2 macam yang satu berwarna hitam ‘si loang’ dan yang satu lagi berwarna putih ‘si pote’
pengibaran bendera ini juga membutuhkan pelibatan pukulan Gendang Sandro .Gendang sanro yang mengiringi pengibaran itu dibawakan oleh dua pemukul gendang, seorang pemukul gong dan seorang lagi memukul sisi gong dengan setangkai kayu.
Konon jika ada prosesi yang salah dalam pengibaran bendera Lolo Bajo dan
“ula-ula”, maka biasanya akan ada orang dari pihak keluarga atau pengunjung yang kesurupan. Kejadian ini akan berakhir jika prosesi diulangi dan dibetulkan tata caranya. Bendera Lolo Bajo dan “ula-ula” dikibarkan dengan seutas tali nilon pada setangkai bambu. Simbol ini akan terpasang selama pesta dan prosesi pesta perkawinan berlangsung, Bukan hanya pada acara perkawinan saja ritual ini di adakan namun pada acara-acara hajatan keturunan Lolo Bajo pun ritual ini selalu dikedepankan
Setiap harinya, mulai dari persiapan hingga akhir acara, pihak keluarga pengantin akan menjamu makan setiap tamu yang datang. Makan pagi, siang dan malam hari, juga dengan penganan kue serta minuman pada pagi dan sore hari. Tentunya prosesi ini mahal ongkosnya, namun lebih menjadi simbol persatuan, kekeluargaan dan gotong-royong masyarakat Bajo.
satu lagi suku yang menunjukkan betapa kaya nya Negeri Indonesia kita ini. Mereka memegang teguh adat dan tradisi mereka, patut diteladani untuk menjaga keutuhan budaya lokal yang benar-benar asli Indonesia. Semoga keberadaan Suku Bajo dapat terus bertahan sampai anak cucu kita. amin :)
sebelumnya saya kurang tahu kalo ternyata suku Bajo di Indonesia,,, karena saya sempat berfikir kalo org2 yg tinggal di pesisir hanya rakyat biasa saja,,, yang justru tidak tahu tentang apa2,,, ternyata mereka memiliki adat tersendiri yang cukup dapat di banggakan.
tapi saya pernah dengar kalau orang2 suku bajo, terlebih yang muda-mudinya itu kurang direstui adat2nya, kalau boleh tahu adat2 apa saja yg kurang di setujui itu?
Vualdyfta Chresya :
Terimakasih pertanyaannya ^^
Kalo tentang muda mudi nya itu, dalam mereka menjalin hubungan jika tidak direstui oleh salah satu orang tua calon pemelai wanita baik pria, itu mereka menyelesaikan nya juga dengan adat yang mereka yakini dan dipimpin juga oleh kepala adat .
1) Ningkolo (duduk) sebagai simbol untuk mohon izin kepada keluarga calon mempelai y tidak menyetujui pernikahan tersebut, kenapa suku bajo memilih adat ningkolo , karna ningkolo itu seperti memberi kehormatan, kesopana saat akan meminta izin dan sifat kekeluargaan.
Pada upacara ini kepala adatnya yang akan menjadi penengah di antara dua keluarga tsb. Dan di situ calon mempelai laki-laki menawarkan jumlah uang sebagai mas kawin untuk disetujui, jumlah nya itu Rp50.000, dan ditambah lagi pula untuk uang biaya pesta perkawinan, akan terus terjadi tawar-menawar sampai ada kesepakatan di antara dua keluarga tsb.
Kl dilihat lihat upacara adatny agak matrelialistis, tapi sebenarnya uang yang ada di upacara adat tsb tidak terlalu penting, karena yang mereka maksud ialah adanya pertemuan kedua keluarga untuk mengenal satu sama lain keharusan untuk berbica memberi alasan kenapa pernikahannya tidak disetujui, sekaligus memberi toleransi
*Dan apabila ada seorang gadis yang hamil di luar nikah, maka laki-laki yang menghamili harus membayar denda sebesar Rp 10.000 diikuti dengan berlakunya hukum adat dan instansi agama yang mengharuskan mereka buat nikah.
Bukan hanya itu saja, jika ada seorang pemuda dan gadis yang ditemuin ngobroll di malam hari, mereka diharuskan untuk menikah, haha ketatnya peraturan suku bajo dalam hal pergaulan pemuda pemudi nya, itu wujud betapa sakral nya nilai sebuah kehormatan keluarga.
wah bagus ni infonya lengkap dan ga bosen bacanya.. malah tambah penasaran sama isinya
waaahh, kereen bangeet infonyaa plus gambarnyaaa...baru tau kalo suku Bajo itu bener2 nyata di Indonesia dan banyak tersebar di pulau2 Indonesia, semoga pemerintah semakin memperhatikan pendidikan dan kesehatan suku Bajo..terimakasih blognya, sangat informatif :)
Suku yang di pesisir itu suku Bajo toh, punya kebudayaan tersendiri ya ternyata, dan Wakatobi itu bener-bener asli indah banget (y)
Keren masih ada suku yg mempertahankan budaya dan tradisi dari leluhur...
sampai bikin rumah di atas laut seperti itu jauh banget dari hal yang modern...
wah keren sekali infonya,mengenal budaya Indonesia lebih lagi neh jadinya :)
bagus banget artikelnya...jadi mengenal suku "ajaib" ini lebih dalam lagi..
terus gali potensi anak negeri :-)
tulisan yang kalian buat sangat jauh dari kebenarann,pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang suku bajo dari8 Malaysia atau dari daerah lain itu sangat tidak benar. sebenarnya suku Bajo terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Lolo Bajo dan Turije'ne. Lolo Bajo adalah suku yang memiliki mata pencaharian didarat dan dilaut sedangkan Turije'ne inilah yang memiliki mata pencaharian hanya dilaut. jadi tidak selamanya orang Bajo harus hidup disekitar pantai, kemudian masalah Nenek Moyang Suku Bajo itu berasal dari Indonesia sendiri, yang pernah menjadi panglima perang Majapahit. saya memiliki bukti kuat tentang asal usul Suku Bajo.
infonya sangat menarik dan berguna bagi saya.. terima kasih banyak
oo iya,, buat pariwisata UNJ,, bisa minta tolong? saya ada tugas antropologi hukum tentang meneliti apakah dalam sebuah masyarakat homogen masih terdapat hukum yang berlaku universal ? saya mengangkat suku bajo.. kalau bisa dan kalau UNJ punya data lengkap tentang masyarakat Bajo disuatu daerah tolong di share di alamat e-mail saya : zherlyamalia12@gmail.com atau zherlyamalia@yahoo.com.. terima kasih
KISAH NYATA..............
Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 085320279333
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS
Bsa mungkin dimasukkan buktinya brupa apa kak? Karena saya adalah suku bajo. Jadi penasaran dgn beberapa versi tersebut.
Boleh minta bukunya..apakah betul bgt menurut anda bgt??? Siapa yg buat itu buku..dan apa judulnya
Boleh sy liat bukunya..ada bisa jelaskan itu siapa yg buat bukunya..siapa pengarangnya