Kebudayaan


Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an.
Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.
Betawi mempunyai kebudayaan yang terdiri dari : Lenong, Tari Cokek,. Dan memiliki alat music seperti : Rebana, samrah, gambang kromo. Dan betawi mempunyai makanan khas lebaran diantaranya : ketupat lebaran, dodol betawi,akar kelapa, tape uli,
©Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau skenario lenong umumnya mengandung pesan moral, yaitu menolong yang lemah, membenci kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu (atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi.
©Tari Cokek merupakan tarian yang berasal dari budaya Betawi Tempo Doloe. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan kreasi baru, seperti tari Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang disebut tari cokek. Tari cokek ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Tarian khas Tanggerang ini diwarnai budaya etnik China. Penarinya mengenakan kebaya yang disebut cokek. Tarian cokek mirip sintren dari Cirebon atau sejenis ronggeng di Jawa Tengah. Tarian ini kerap identik dengan keerotisan penarinya, yang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
©Samrah adalah salah satu budaya Betawi. Orkes samrah berasal dari Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang dibawakan seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah dengan corak Melayu, disamping lagu lagu khas Betawi, seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung dan sebagainya. Tarian yang biasa di iringi orkes ini disebut Tari Samrah. Gerak tariannya menunjukkan persamaan dengan umumnya tari Melayu yang mengutamakan langkah langkah dan lenggang lenggok berirama, ditambah dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan, tendangan, dan tangkisan yang diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-pasangan. Mereka menari diiringi nyanyian biduan yang melagukan pantun-pantun bertherna percintaan dengan ungkapan kata-kata merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya apa-apa
©Rebana adalah gendang berbentuk bundar dan pipih. Bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Kesenian di Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang sering memakai rebana adalah musik irama padang pasir, misalnya, gambus, kasidah dan hadroh.
Bagi masyarakat Melayu di negeri Pahang, permainan rebana sangat populer, terutamanya di kalangan penduduk di sekitar Sungai Pahang. Tepukan rebana mengiringi lagu-lagu tradisional seperti indong-indong, burung kenek-kenek, dan pelanduk-pelanduk. Di Malaysia, selain rebana berukuran biasa, terdapat juga rebana besar yang diberi nama Rebana Ubi, dimainkannya pada hari-hari raya untuk mempertandingkan bunyi dan irama.
©GAMBANG KROMONG
Sebutan Gambang Kromong di ambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Bilahan Gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon).
Orkes Gambang Kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsur-unsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak pada alat-alat musik gesek yaitu Tehyan, Kongahyan dan Sukong, sedangkan alat musik lainnya yaitu gambang, kromong, gendang, kecrek dan gong merupakan unsur pribumi. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendarahaan lagu-lagunya.
©KETUPAT LEBARAN
Hidangan yang wajib ada saat lebaran adalah ketupat, baik lebaran puasa (Iedul Fitri) maupun lebaran haji (Iedul Adha). Tidak ada lebaran kalau tidak ada ketupat, itu lah pengistilahan untuk ketupat saat lebaran. Mungkin bukan tradisi di Betawi saja, di daerah lain di Indonesia juga hidangan ketupat lebaran menjadi tradisi turun menurun, bahkan di Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.Makanan yang berbahan dasar beras yang dibungkus dengan daun kelapa ini sangat diidentikkan dengan lebaran. Biasanya disajikan dengan sayur labuh, opor ayam, atau semur daging. Tradisi hidangan ketupat lebaran yang turun menurun ini selalu disuguhkan ketika lebaran tiba.
©DODOL BETAWI
Bagi masyarakat Betawi, proses pembuatan dodol tersirat makna sosial di dalamnya. Proses pembuatannya yang sulit dibutuhkan semangat bergotong royong dan semangat kebersamaan. Dari sini lah dibutuhkan kerja sama dan secara tidak langsung tali silaturahmi antar keluarga makin erat terjalin.
Tapi kini, sudah tidak ada keriangan membuat dodol betawi yang khas itu, bukan hanya saya yang berasal dari masyarakat Betawi di Bekasi, ketika mengunjungi keluarga yang berasal dari masyarakat Betawi lain seperti di Jakarta, punya cerita yang sama. Mungkin adanya kesibukan masing-masing keluarga, atau adanya pergeseran kebiasaan yang tidak bisa dipertahankan dari tahun ke tahun semakin menghilang karena satu atau lain sebab.
©AKAR KELAPA
Makanan yang menyerupai bentuk akar yang berbahan tepung beras putih, kelapa, tepung sagu dan bahan-bahan lainnya dulunya sering sekali dibuat saat lebaran. Dari tahun ke tahun sewaktu kecil, beberapa hari sebelum lebaran sudah sibuk membuat makanan ini. Tanpa disadari, kini kebiasaan membuat akar kepala pun hilang.
©TAPE ULI
Makanan ini juga hidangan yang selalu ada saat lebaran, baik di keluarga besar saya maupun keluarga betawi lain di satu kampung masih menghidangkan makanan ini saat lebaran. Makan ini terdiri dari dua makanan, yaitu tape beras ketan merah dan uli sendiri merupakan campuran beras ketan putih dan kelapa yang dikukus.
Uli yang dicocol (dicampur) tape saat memakannya, membuat makanan ini sangat nikmat, menjadikan makanan ini salah satu makanan favorit masyarakat Betawi.
Kemeriahan Gaya Betawi
Masyarakat Betawi memiliki sejarah panjang sebagaimana terbentuknya kota Jakarta sebagai tempat domisili asalnya. Sebagai sebuah kota dagang yang ramai, Sunda Kelapa (nama Jakarta tempo dulu) disinggahi oleh berbagai suku bangsa. Penggalan budaya Arab, India, Cina, Sunda, Jawa, Eropa, dan Melayu seakan berbaur menjadi bagian dari karakteristik kebudayaan Betawi masa kini. Tradisi budaya Betawi laksana campursari dari beragam budaya dan elemen etnik masa silam yang secara utuh menjadi budaya Betawi kini. Kemeriahan budaya Betawi juga terwakili melalui tata cara pernikahan Betawi.
Pada tata cara pernikahan Betawi, ada banyak serangkaian prosesi. Berikut kami paparkan rangkaian upacara pernikahan gaya Betawi yang masih dilakoni oleh sebagian besar masyarakat Betawi.
NGEDELENGIN
Didahului masa perkenalan melalui mak comblang yang disebut Ngedelengin. Ngedelengin bisa dilakukan beberapa kali dan dalam jangka waktu bervariasi mulai dari satu atau dua bulan sampai satu tahun. Hal ini sedikit banyak tergantung pada kesigapan si gadis menghadapi jenjang pernikahan. Namun seiring dengan kemajuan jaman, fungsi mak comblang dan proses ngedelengin sudah jarang diperlukan. Pasalnya, si pria sudah bisa menemukan tambatan hati sendiri, sekaligus memiliki kesanggupan untuk menentukan pilihannya untuk menuju mahligai perkawinan.

NGELAMAR
Ngelamar merupakan pernyataan resmi dari pihak keluarga laki-laki untuk menikahkan putranya kepada pihak calon mempelai perempuan. Ngelamar dilakukan oleh beberapa orang utusan yang disertai dengan membawa sejumlah barang bawaan wajib seperti uang sembah lamaran, baju atau bahan pakaian wanita, serta beberapa perlengkapan melamar lainnya. Setelah Ngelamar selesai, acara yang sangat menentukan pun dilanjutkan yakni membicarakan masalah mas kawin, uang belanja, plangkah (kalau calon mendahului kakaknya), dan kekudang (makanan kesukaan calon mempelai wanita). Apabila bawa tande putus telah disepakati, maka dilanjutkan dengan pembicaraan yang lebih rinci perihal apa dan berapa banyak tande putus serta segala hal yang berkaitan
dengan acara pernikahan.
BAWA TANDE PUTUS
Acara ini hampir mirip dengan acara pertunangan. Tande putus bisa berupa apa saja, namun orang Betawi biasanya memberikan tande putus berupa cincin belah rotan, uang pesalin sekadarnya, serta aneka rupa kue. Tande putus ini sendiri artinya si gadis atau calon none mantu telah terikat dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain. Begitu pula dengan calon tuan mantu atau si pemuda. Setelah tande putus diserahkan, maka berlanjut dengan menentukan tanggal dan hari pernikahan.

PIARE CALON NONE PENGANTEN

Setelah pembicaraan persiapan pernikahan selesai, kemudian calon pengantin wanita akan dipiare (dipelihara) oleh tukang piare. Tujuannya yaitu untuk mengontrol kegiatan, kesehatan dan memelihara kecantikan calon none mantu menghadapi pernikahan. Selain perawatan fisik, juga dilengkapi program diet dengan pantangan makanan tertentu untuk menjaga berat tubuh ideal calon mempelai wanita.
SIRAMAN, DITANGAS, NGERIK DAN MALEM PACAR
Acara siraman atau memandikan calon mempelai wanita diadakan sehari sebelum akad nikah dan biasanya diawali dengan pengajian. Setelah acara siraman, calon mempelai wanita menjalani upacara tangas (semacam mandi uap). Perawatan dimaksudkan untuk menghaluskan dan mengharumkan kulit tubuh sekaligus mengurangi keringat pada saat hari pernikahan. Berikutnya adalah prosesi ngerik atau mencukur bulu kalong dan membuatkan centung pada rambut di kedua sisi pipi di depan telinga. Kemudian dilanjutkan dengan malem pacar, malam dimana
mempelai wanita memerahkan kuku kaki dan tangannya dengan pacar.
AKAD NIKAH
Puncak adat Betawi adalah Akad nikah. Meriah dan penuh warna-warni, demikian gambaran dari tradisi pernikahan adat Betawi menjelang akad nikah. Diiringi suara petasan, rombongan keluarga mempelai pria berjalan memasuki depan rumah kediaman mempelai wanita sambil diiringi oleh ondel-ondel, tanjidor serta marawis (rombongan pemain rebana yang menyanyikan lagu berbahasa Arab). Bahkan dahulu, rombongan calon mempelai pria berjalan sambil menuntun kambing.

BUKA PALANG PINTU
Sesampainya di depan rumah terlebih dulu diadakan prosesi buka palang pintu, berupa berbalas pantun dan adu silat antara wakil dari keluarga pria dan wakil dari keluarga wanita. Prosesi tersebut dimaksudkan sebagai ujian bagi mempelai pria sebelum diterima sebagai calon suami yang akan menjadi pelindung bagi mempelai wanita sang pujaan hati. Uniknya, dalam setiap petarungan silat, jago dari pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan mempelai pria.

DI PUADE
Selain itu ada pula prosesi di puade. Setelah kedua mempelai duduk di puade (pelaminan), tukang rias membuka roban tipis yang menutupi kepala mempelai wanita. Selanjutnya mempelai pria memberikan sirih dare kepada mempelai wanita sebagai lambang cinta kasih. Biasanya di dalam sirih diselipkan uang sebagai uang sembe (seserahan).


0 Responses