kesenian


Karena semakin pesatnya perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, sebaiknya tidak membuat kita lupa dengan akar budaya yang kita miliki, termasuk nilai seni dan adat istiadatnya. Sebuah degradasi tentang pemahaman budaya yang dialami oleh kaum muda saat ini tampaknya sedang diperhadapkan pada pergeseran pemahaman tentang budaya dan adat istiadat.
Hal ini sangat mungkin terjadi akibat pengaruh teknologi modern dan budaya asing yang sedang diperhadapkan secara bebas dan terbuka tanpa memiliki batas, serta mudah untuk diakses oleh semua kalangan
Bila kita lihat dari akar seni dan budaya yang dimiliki oleh masyarakat kawasan Danau Toba, sungguh pantas dihargai dan harus dilestarikan sebagai salah satu aset bangsa. Disamping nilai seni budaya, potensi keindahan alam Danau Toba juga turut memaksa dan menyadarkan kita semua untuk selalu mengucap syukur atas karya agung Sang Pencipta yang diberikan bagi kita semua.
Maka dari itu,  generasi saat ini memiliki komitmen untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi yang ada demi masa depan masyarakat yang adil dan sejahtera yang berkelanjutan.
“Sanggar Seni Budaya Lusido Ajibata” berusaha untuk menggali dan menampilkan kembali nilai budaya masyarakat kawasan Danau Toba seperti tor-tor, gondang, opera Batak, andung Batak, design baju yang terbuat dari ulos, bahkan seni suara dengan mengumandangkan kembali lagu Batak yang dahulu terkenal ke penjuru dunia dan sekarang hal itu sudah jarang diperdengarkan.
Berdasarkan pengalaman Sanggar Seni Budaya Lusido Ajibata, sudah sering melakukan pertunjukan di depan turis lokal, mancanegara, para pejabat besar, bahkan sudah sering dianugerahi penghargaan dalam berbagai festival kebudayaan.
Berbagai pengalaman yang sudah dilalui menjadikan motivasi bagi pengelola sanggar untuk mengapresiasikan nilai seni budaya demi kepentingan kita bersama dan untuk kemajuan pariwisata Danau Toba khususnya Kabupaten Toba Samosir.
Visi sanggar ini adalah Memotivasi generasi muda Batak khususnya di Bonapasogit untuk mJau mengenal, melestarikan dan lebih mencintai budayanya sendiri dari pada budaya orang lain sedang  misinya, menggali dan mengangkat budaya Batak yang bernuansa ke tradisionalan yang sudah mulai ditinggalkan sebagian orang Batak  dan menyejajarkannya dengan budaya suku lain di Indonesia hingga ke mancanegara.

1.TOR-TOR SOMBA
Tor-Tor Somba adalah tor-tor untuk menghormati Yang Maha Kuasa, Raja dan para undangan     sekalian agar kita semua mendapat berkat, restu dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa serta diberikan kesehatan di dalam bekerja dan dimanapun kita berada.

2.TOR-TOR TUNGGAL PANALUAN
Tor-Tor Tunggal Panaluan adalah ritual tor-tor yang sangat sakral  antara Manusia (Datu Bolon) dengan Mulajadi Nabolon (Yang Maha Kuasa) karena apabila tor-tor ini diperintahkan seorang raja kepada seorang dukun yang sakti (Datu Bolon) pada zaman dahulu bertujuan untuk menolak bala, meminta dan menolak hujan, mengangkat pemimpin baru, membentuk kampung baru dan mengambil keputusan untuk berperang.

3.TARI 5 (LIMA) SERANGKAI
Tari 5 (lima) Serangkai adalah tari yang melambangkan satu kesatuan 5 (lima) Puak Batak yang bersaudara dengan bersama - sama menarikan 5(lima) ragam Tari Batak sesuai dengan urutan persaudaraan 5(lima) Puak Batak : Toba, Simalungun, Mandailing, Karo dan Phakpak Dairi yang diiringi alat musik tradisional dari Si Sulung Toba yaitu Gondang Hasapi.
Durasi 13 menit Penari 5(lima) orang di iringi Gondang Hasapi.
4.SENDRATARI PESTA PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA
Sendreatari ini adalah tor-tor yang menunjukkan prosesi singkat pesta pernikahan Adat Batak Toba mulai dari 5 pasang muda-mudi menari di Pesta Naposo dan sepasang sejoli dari mereka saling jatuh cinta dan kemudian meminta restu dari kedua orangtuanya dan kemudian prosesi pernikahan diberkati Pengetua Adat , kemudian meneruskan prosesi pesta adat hingga pesta besar karena pihak laki-laki (paranak) dan pihak perempuan (parboru) sudah membuat satu kesepakatan dan menyetujui pesta pernikahan segera dilaksanakan.

5.ANDUNG BATAK
Adalah salah satu tradisi budaya Batak yang sudah jarang kita lihat zaman sekarang karena sebagian orang Batak sudah mulai meninggalkan tradisi ini dan ada rasa malu. Contoh mangandungi namatena (meratapi kelurga yg telah meninggal) dimana zaman dahulu ada syair dan seni yang keluar saat andung itu dibuat seseorang pangandung sehingga membuat kita hanyut dalam syair yang sedih dan bahkan membuat kita ikut menangis.
Akan tetapi kita tidak menyerah sekarang,  kita ciptakan andung versi lain, bukan meratapi/mangandungi yang meninggal akan tetapi ciptakan andung Batak dengan tema lain "MANGANDUNGI/MERATAPI DANAU TOBA YANG SUDAH KOTOR DAN TERCEMAR" kemudian "MANGANDUNGI/MERATAPI BUDAYA BATAK YANG SUDAH TIDAK DILESTARIKAN DAN TIDAK DISUKAI GENERASI MUDA BATAK"

6. TOR-TOR SIGALE GALE KREASI POLISI LALU-LINTAS
Tor-Tor Sigale-gale adalah alkisah pada zaman dahulu seorang Raja di Tanah Batak yaitu di Pulau Samosir hanya mempunyai seorang anak laki-laki yang akan menjadi pewaris tahta kerajaan.
Tetapi suatu ketika anak raja tersebut jatuh sakit dan tak lama langsung meninggal dunia,kemudian Sang Raja sangat sedih setelah anaknya meninggal dunia, kemudian Sang Raja menyuruh tukang ukir terbaik di kerajaan agar membuat patung atau boneka yang terbuat dari kayu yang mirip dengan wajah anaknya. Setelah selesai, raja menyuruh Datu Bolon (dukun yang sakti) untuk menghidupkan patung tersebut layaknya seperti manusia dan disuruh menari di halaman kerajaan, dan sekarang patung itu dinamakan Sigale-gale,akan tetapi Sigale - gale yang dihidupkan Sang Dukun kali ini apa akan seperti anak Sang Raja?

7.TOR-TOR SIPITU SAWAN atau PANGURASON
Tor-Tor Sipitu Sawan atau pangurason adalah dimana Yang Maha Kuasa (Mula Jadi Nabolon) pertama kali menurunkan orang Batak di Pusuk Buhit dan kembali menurunkan 7 (tujuh) orang bidadari ke Alam Semesta yaitu di Pusuk Buhit sambil menari dengan membawa 7(tujuh) cawan yang berisi air dari 7(tujuh) sumber mata air dan diperas dengan jeruk purut bertujuan membersihkan jiwa, raga manusia yang sudah kotor dari perbuatan – perbuatan dosa.


0 Responses