Sistem Pengetahuan Orang Tolaki


Sistem Pengetahuan Orang Tolaki




Seperti halnya dengan banyak suku bangsa di dunia, orang Tolaki juga mengenal adanya klasifikasi simbolik. Bentuk klasifikasi simbolik yang paling mendasar pada banyak suku bangsa adalah klasifikasi dua (dual classification), misalnya klasfikasi dua berdasarkan Yang (laki-laki) dan Ying (perempuan) dalam kebudayaan cina, klasifikasi dua dalam air dan tanah pada orang miwok di California, dan sebagainya.



1. Klasifikasi dua pada manusia



Mula-mula mereka membagi manusia ke dalam dua unsur, yakni o kanda (tubuh kasar, jasmani) dan penao (tubuh halus, jiwa, rohani). Kedua unsur dasar ini masing-masing dibagi lagi dalam beberapa unsur. Jasmani terdiri dari dua unsur, yakni unsur yang kuat dan unsur yang lemah. Unsur yang kuat adalah o wuku (tulang), o uha (urat), o wu (rambut), dan o kuku (kuku). Sedangkan unsur yang lemah adalah o beli (darah), o eme (kencing), o undo (sumsum, otak), o ramo (daging). Mereka mengajarkan bahwa unsur-unsur yang kuat berasal dari laki-laki dan dari ayah, sedangkan unsur-unsur yang lemah berasal dari perempuan dan dari ibu, dan bahwa kedelapan unsur ini diikat, dipertemukan dan di persatukan oleh o ani (kulit).



Demikian halnya dengan tubuh halus atau rohani terdiri dari pombangudu (pemikiran) dan pombenasa (perasaan), ponggu (penglihat) dan pombodea (pendengaran), po'ai (penciuman) dan ponami-nami (rasa lidah), po'ehe (kehendak) dan pmbehawa (pengingat).

Empat unsur pertama adalah aspek laki-laki dan empat unsur berikutnya adalah aspek perempuan. Kedelapan unsur rohani ini diikat, dipertemukan dan dipersatukan oleh ate pute (hati nurani).



Adapun kulit yang mengikat delapan unsur jasmani, dan hati nurani yang mengikat delapan unsur jiwa adalah berasal dari laki-laki, yaitu ayah. Secara hakiki, mereka menyebutkan, unsur-unsur rohani berasal dari Tuhan Allah. Itulah sebabnya mereka berkata "o limo ari ine ama, o omba ari ine ina, o sio ari ine Ombu Ala Ta'ala" yang artinya lima unsur dari ayah, empat unsur dari ibu, sembilan unsur dari Allah Taala.



Mereka juga mengenal adanya klasifikasi dua pada bagian luar tubuh manusia, yakni :

- I hana (di kanan)
- I moeri (di kiri)
- I ra'I (di depan)
- I bunggu (dibelakang)
- I wawo (diatas)
- I lolu (di bawah)
- I luara (di luar)
- I une (di dalam)
Semuanya terdiri dari delapan unsur dan yang diikat, dipertemukan, dan dipersatukan oleh o puhe (pusat di perut). Juga unsur-unsur kanan, depan, atas, dan luar adalah aspek-aspek laki-laki sedangkan unsur-unsur kiri, belakang, bawah, dan dalam adalah aspek-aspek perempuan.



Unsur kulit yang mempersatukan delapan unsur jasmani, demikian juga unsur hati nurani yang mempersatukan delapan unsur rohani dan unsur pusat yang mempersatukan delapan unsur bagian luar tubuh manusia, ketiga-tiganya diikat, dipertemukan, dan dipersatukan oleh unsur puri busi yaitu tulang ekor. Bagi orang Tolaki, tulang ekor harus senantiasa dijaga kebersihannya dan kesuciannya dari najis karena menurut mereka apabila unsur ini tidak bersih, atau tidak suci maka akibatnya seluruh unsur jasmani dan rohani manusia ikut ternoda.



Jumlah keseluruhan unsur dari pembagian diatas adalah 28 buah, tiga kerangka unsur yang terdiri atas empat unsur yang masing-masing sebagai penengah, mediasi, dan satu unsur pemersatu dari semua unsur. Jumlah ini juga terlukisa dalam salah satu unsur dekorasi sarung orang Tolaki.



2. Klasifikasi dua pada alam




Klasifikasi mereka mengenai alam pada dasarnya berorientasi pada sistem-sistem klasifikasi dua pada manusia. Sedangkan sistem klasifikasi dua lainnya adalah berdasarkan mengenai klasifikasi dua pada manusia dan pada alam kedua-duanya. Atas dasar itu mereka membagi alam ini dalam bentuk dua-dua unsur yakni :

a. Hanu morae-tade atau alam nyata
Alam nyata terdiri dari lahuene (langit) dan wuta'aha (bumi), yang masing-masing dibatasi oleh losoano eleo (timur) dan tepuliane oleo (barat), ulu iwoi (utara) dan para iwoi (selatan). Di langit terdapat oleo (matahari) dan o wula (bulan), o seru (awan) dan o usa (hujan), o kila (kilat) dan o bundu (guntur), o pua (angin) dan berese (petir). Sedangkan di permukaan bumi terdapat wuta (tanah) dan iwoi (air), kolele (binatang) dan hanu toro (tumbuh-tumbuhan), o osu (gunung) dan anggalo (lembah), tono (manusia) dan o wali (jin).



Unsur-unsur seperti langit, timur, utara, matahari, awan, kilat, dan selanjutnya unsur-unsur seperti tanah, binatang, gunung, dan manusia adalah aspek-aspek laki-laki. Sedangkan pasangannya bumi, barat, selatan, bulan, hujan, guntur, dan selanjutnya unsur-unsur air, tumbuh-tumbuhan, lembah, dan jin adalah aspek-aspek perempuan. Semua unsur tersebut berada dan berlangsung pada liputan ole-oleo (siang) dan o wingi (malam) yang masing-masing mempunyai aspek-aspek laki-laki dan perempuan.



b. Hanu nda kini (alam gaib)

Kebudayaan Tolaki membagi alam gaib atas unsur-unsur sangia mbu'u (dewa langit) dan guruno o wuta sangiano wonua (dewa bumi), sangia I losoano oleo (dewa di timur) dan sangia I tepuliano oleo (dewa di barat), sangia I ulu I woi (dewa di utara) dan sangia i para iwoi (dewa di selatan), sangia i puti wuta (dewa dasar bumi) dan sangia i asaki ndahi i naambara ikia (dewa di seberang laut).
Dewa langit, dewa di timur, dewa di utara, dan dewa di dasar bumi adalah dewa-dewa yang dipandang sebagai aspek laki-laki, dan pasangannya dewa bumi, dewa di barat, dewa di selatan dan dewa diseberang laut adalah aspek perempuan. Kedelapan dewa tersebut berada di bawah kekuasaan Ombu samena (Tuhan yang sesungguhnya) atau Ombu Ala Ta'ala (Tuhan Allah).
Seperti halnya unsur-unsur dari klasifikasi dua pada manusia, yang saling dipertentangkan satu sama lain karena unsur-unsur itu berbeda dari segi bentuk, sifat, status dan fungsinya begitu pula unsur-unsur dari klasifikasi dua pada alam. Langit dan bumi dipertentangkan karena berbeda bentuknya, yang satu melengkung ke bawah dan yang lain rata, yang satu berwarna putih dan yang satu lagi berwarna hitam, yang satu berfungsi melindungi dan yang lain mendukung.



3. Klasifikasi dua pada binatang dan tumbuh-tumbuhan




Kategori laki-laki dan perempuan juga nyata dalam dunia binatang, seperti o dahu (anjing) dan o donga (rusa), o meo (kucing) dan doeke (tikus), o singgo (elang) dan o manu (ayam), bokeo (buaya) dan o ika (ikan), o hada (kera) dan kolopua (kura-kura). Demikian halnya dalam dunia tumbuh-tumbuhan, seperti o ue (rotan) dan o hao (akar), o bite (sirih) dan inea (pinang), duria dan suai (mentimun), kowuna (bambu) dan o wulo (buluh), daria dan o kudu (kencur), o lanu (agel) dan o naha (pandan), rorano (jenis tumbuhan batang) dan towo'a (jenis tumbuhan serat). Kata pertama dari tiap pasangan kata diatas adalah kategori laki-laki, dan kata keduanya adalah kategori perempuan. Apabila kita menemukan tanaman atau tumbuhan yang sejenis, yang satu berbuah dan yang lain tidak, maka yang tidak berbuah dikategorikan sebagai laki-laki dan yang berbuah sebagai perempuan.
0 Responses