Bahasa

Variasi dalam bahasa Sunda


Peta linguistik Jawa Barat
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:
§  Dialek Barat
§  Dialek Utara
§  Dialek Selatan
§  Dialek Tengah Timur
§  Dialek Timur Laut
§  Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan[2]. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian BrebesJawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.
Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur,Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar bahkan sampai ke luar negeri. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
Fonologi
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)
Vokal
Depan
Madya
Belakang
Tertutup
Tengah
e
ə
o
Hampir Terbuka
(ɛ)
ɤ
(ɔ)
Terbuka
a
Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.
Konsonan
Bibir
Gigi
Langit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengau
m
n
ɲ
ŋ

Letap
p b
t d
c ɟ
k g
ʔ
Desis

s


h
Getar/Sisi

l r



Hampiran
w

j


]Sistem penulisan
Huruf Besar
Huruf Kecil
Nama
Huruf Besar
Huruf Kecil
Nama
A
a
M
m
B
b
N
n
C
c
Ng
ng
D
d
Ny
ny
E
e
O
o
É
é
P
p
Eu
eu
Q
q
G
g
R
r
H
h
S
s
I
i
T
t
J
j
U
u
K
k
W
w
L
l
Y
y
Aksara Sunda
Ha
Na
Ca
Ra
Ka
Da
Ta
Sa
Wa
La
Pa
Dha
Ja
Ya
Nya
Ma
Ga
Ba
Tha
Nga
Undak-usuk
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Tempat
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..
di luhur ..
palih luhur ..
di belakang ..
di tukang ..
palih pengker ..
di bawah ..
di handap ..
palih handap ..
di dalam ..
di jero ..
palih lebet ..
di luar ..
di luar ..
palih luar ..
di samping ..
di sisi ..
palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..
Waktu
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelum
saacan, saencan, saméméh
sateuacan
sesudah
sanggeus
saparantos
ketika
basa
nalika
Besok
Isukan
Enjing
[sunting]Lain Lain
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
lapar
Tina
Tina
Ada
Aya
Nyondong
Tidak
Embung
Alim
Saya
Urang
Abdi/sim kuring/pribados

Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten
Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangat
jasa
pisan
dia
nyana
anjeunna
susah
gati
hese
seperti
doang
siga
tidak pernah
tilok
tara
saya
aing
abdi
mereka
maraneh
aranjeuna
melihat
noong
ningali/nenjo
makan
hakan
tuang/dahar
kenapa
pan
naha
singkong
dangdeur
sampeu
tidak mau
embung/endung
alim
belakang
Tukang
Pengker
repot
haliwu
rebut
Baju
Jamang
Acuk
Teman
Orok
Batur
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
§  Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
§  Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
§  Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
§  Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
§  Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
§  Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
§  Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
§  Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.
Kesusastraan dalam bahasa Sunda
Wiki letter w.svg
Bagian ini membutuhkan pengembangan
Bilangan dalam bahasa Sunda
Bilangan
Lemes
1
hiji
2
dua
3
tilu
4
opat
5
lima
6
genep
7
tujuh
8
dalapan
9
salapan
10
sa-puluh
11
sa-belas
12
dua belas
13
tilu belas
..
..
20
dua puluh
21
dua puluh hiji
22
dua puluh dua
..
..
100
sa-ratus
101
sa-ratus hiji
..
..
200
dua ratus
201
dua ratus hiji
..
..
1.000
sa-rebu
..
..
1.000.000
sa-juta
..
..
1.000.000.000
sa-miliar
..
..
1.000.000.000.000
sa-triliun
..
..
1.000.000.000.000.000
sa-biliun


Variasi dalam bahasa Sunda
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/88/Linguistic_map_West_Java.png/320px-Linguistic_map_West_Java.png
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf3/skins/common/images/magnify-clip.png
Peta linguistik Jawa Barat
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[1]. Dialek-dialek ini adalah:
§  Dialek Barat
§  Dialek Utara
§  Dialek Selatan
§  Dialek Tengah Timur
§  Dialek Timur Laut
§  Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan[2]. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian BrebesJawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.
Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda/Pasundan. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur,Cimanggu, dan sebagainya.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar bahkan sampai ke luar negeri. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
Fonologi
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.
Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h.
Berikut adalah fonem dari bahasa Sunda dalam bentuk tabel. Pertama vokal disajikan. (Silahkan isi sesuai keinginan)
Vokal
Depan
Madya
Belakang
Tertutup
Tengah
e
ə
o
Hampir Terbuka
(ɛ)
ɤ
(ɔ)
Terbuka
a
Dan di bawah ini adalah tabel konsonan.
Konsonan
Bibir
Gigi
Langit2
keras
Langit2
lunak
Celah
suara
Sengau
m
n
ɲ
ŋ

Letap
p b
t d
c ɟ
k g
ʔ
Desis

s


h
Getar/Sisi

l r



Hampiran
w

j


]Sistem penulisan
Huruf Besar
Huruf Kecil
Nama
Huruf Besar
Huruf Kecil
Nama
A
a
M
m
B
b
N
n
C
c
Ng
ng
D
d
Ny
ny
E
e
O
o
É
é
P
p
Eu
eu
Q
q
G
g
R
r
H
h
S
s
I
i
T
t
J
j
U
u
K
k
W
w
L
l
Y
y
Aksara Sunda
Ha
Na
Ca
Ra
Ka
Da
Ta
Sa
Wa
La
Pa
Dha
Ja
Ya
Nya
Ma
Ga
Ba
Tha
Nga
Undak-usuk
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayah Parahyangan - mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.
Tempat
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..
di luhur ..
palih luhur ..
di belakang ..
di tukang ..
palih pengker ..
di bawah ..
di handap ..
palih handap ..
di dalam ..
di jero ..
palih lebet ..
di luar ..
di luar ..
palih luar ..
di samping ..
di sisi ..
palih gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
antawis ..
sareng ..
Waktu
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelum
saacan, saencan, saméméh
sateuacan
sesudah
sanggeus
saparantos
ketika
basa
nalika
Besok
Isukan
Enjing
[sunting]Lain Lain
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
lapar
Tina
Tina
Ada
Aya
Nyondong
Tidak
Embung
Alim
Saya
Urang
Abdi/sim kuring/pribados

Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten
Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa contoh perbedaannya:
Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
(Banten)
Bahasa Sunda
(Priangan)
sangat
jasa
pisan
dia
nyana
anjeunna
susah
gati
hese
seperti
doang
siga
tidak pernah
tilok
tara
saya
aing
abdi
mereka
maraneh
aranjeuna
melihat
noong
ningali/nenjo
makan
hakan
tuang/dahar
kenapa
pan
naha
singkong
dangdeur
sampeu
tidak mau
embung/endung
alim
belakang
Tukang
Pengker
repot
haliwu
rebut
Baju
Jamang
Acuk
Teman
Orok
Batur
Contoh perbedaan dalam kalimatnya seperti:
Ketika sedang berpendapat:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma nu kedul!"
§  Sunda Priangan: "Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!"
§  Bahasa Indonesia: "Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!"
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Teh Eka, maneh arek hakan teu?"
§  Sunda Priangan: "Teh Eka, badé tuang heula?"
§  Bahasa Indonesia: "(Kak) Eka, mau makan tidak?"
Ketika sedang berbelanja:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong mahal jasa."
§  Sunda Priangan: "Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing nya"
§  Bahasa Indonesia: "Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan kemahalan."
Ketika sedang menunjuk:
§  Sunda Banten (Rangkasbitung): "Eta diditu maranehna orok aing"
§  Sunda Priangan: " Eta palih ditu réréncangan abdi. "
§  Bahasa Indonesia: "Mereka semua (di sana) adalah teman saya"

Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang, Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.
Kesusastraan dalam bahasa Sunda
Wiki letter w.svg
Bagian ini membutuhkan pengembangan
Bilangan dalam bahasa Sunda
Bilangan
Lemes
1
hiji
2
dua
3
tilu
4
opat
5
lima
6
genep
7
tujuh
8
dalapan
9
salapan
10
sa-puluh
11
sa-belas
12
dua belas
13
tilu belas
..
..
20
dua puluh
21
dua puluh hiji
22
dua puluh dua
..
..
100
sa-ratus
101
sa-ratus hiji
..
..
200
dua ratus
201
dua ratus hiji
..
..
1.000
sa-rebu
..
..
1.000.000
sa-juta
..
..
1.000.000.000
sa-miliar
..
..
1.000.000.000.000
sa-triliun
..
..
1.000.000.000.000.000
sa-biliun

0 Responses