Ekonomi
suku melayu
Bagi
orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan aktivitas
pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet,
kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir
pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan
dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan. Orang Melayu yang tinggal
di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor
perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain.
Penguasaan
ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan
dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tiongkhoa.
Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan
dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak yang tinggal di kota-kota
besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu, banyak orang Melayu yang
mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitas di dalam maupun di
luar negeri.
Di
samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009) kelemahan orang
Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat Melayu menghargai budaya
lama, pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk sekarang ini, tidak semua
masyarakat Melayu hidup bertani, berkebun, dan menjadi nelayan saja. Banyak
juga orang Melayu yang profesinya menjadi guru, dosen, musisi, dan
pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini mempunyai pola
hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan kelompok etnik
lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu sangat
menjujung tinggi pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk dapat
membantu semua orang. Bagi sebahagian besar oran Melayu, mereka mengamalkan
ajaran Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa
hilang sampai mati. Demikian juga falsafah hidup Melayu yang diamalkan dan
dijadikan pedoman hidup oleh Nur ‘Ainun.
Pada
masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur ‘Ainun adalah
bertani. Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi beliau
mengatakan bertani adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga
menerima tawaran sebagai penyanyi di berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini
menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di samping kerja pokoknya bertani.