KESENIAN
A.
Sistem Ide
Ø
Kesenian adalah segala ekspresi hasrat manusia akan
keindahan, yang bersifat deskriptif. Kesenian itu berupa berbagai macam jenis
mulai dari benda-benda hasil seni, seni rupa, terutama seni patung, seni ukir
atau seni hias maupun pada benda sehari-hari. Deskripsi-deskripsi itu terutama
memperhatikan bentuk, teknik pembuatan, motif perhiasan dan gaya dari dari
benda-benda kesenian. Selain benda hasil seni rupa, lapangan kesenian lain juga
bisa berbentuk dari seni musik, seni tari dan drama. Dalam lapangan seni rupa
ada seni patung, seni relief ( termasuk seni ukir ), seni lukis serta gambar,
dan seni rias. Masyarakat suku asmat mempunyai kesenian yang berkaitan erat
dengan religinya. Penduduk Asmat sangat
piawai membuat ukiran. Ukiran bagi Suku Asmat bisa menjadi penghubung antara
kehidupan masa kini dengan kehidupan leluhur. Di setiap ukiran bersemayam citra
dan penghargaan atas nenek moyang mereka yang sarat dengan kebesaran Suku
Asmat. Sehingga pada masing-masing ukiran hasil karya suku Asmat selalu
mengandung pesan untuk menghargai nenek moyangnya yang disampaikan secara
tersirat lewat simbol-simbol motif dalam ukiran tersebut. Patung dan ukiran
umumnya mereka buat tanpa sketsa. Bagi Suku Asmat, di saat mengukir patung
adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam lain.
Hal itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow capinmi
(alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh yang sudah
meninggal), dan Safar (surga). Suku ini percaya bahwa sebelum memasuki surga,
arwah orang yang sudah meninggal akan mengganggu manusia. Gangguan bisa berupa
penyakit, bencana, bahkan peperangan. Maka, demi menyelamatkan manusia serta
menebus arwah, mereka yang masih hidup membuat patung dan menggelar pesta
seperti pesta patung bis (Bioskokombi), pesta topeng, pesta perahu, dan pesta
ulat-ulat sagu. Konon patung bis adalah bentuk patung yang paling sakral.
B.
Sistem Perilaku
Ø Ragam
kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan adalah seni pahat/ ukir. Benda-benda
kesenian hasil ukiran Asmat yang menarik adalah perisai-perisai, tiang-tiang
mbis (patung bis/ leluhur), dan tifa.
Masyarakat suku asmat juga mempunyai aneka wana gaya kesenian asmat dari
bentuk dan warna yang dapat diklasifikasikan, gaya seni itu diambil dari
bagian-bagian daerah sku asmat. Gaya seni Asmat hilir maupun hulu sungai-sungai
yang mengalir ke dalam Teluk Flamingo dan arah pantai Casuarina (Central Asmat).
Benda seni yang termasuk dalam golongan ini, telah terkenal sejak jaman ekspedisi militer Belanda pada tahun 1912. Ciri-ciri perisai dalam golongan ini adalah berbentuk persegi panjang dan agak menyempit ujungnya. Di ujung atas ada hiasan ukiran phallus atau gambar burung tanduk atau topeng. Motif-motif ukiran dalam golongan ini juga terdiri dari motif burung kakatua, burung kasuari, kepala ular, kaki kepiting, dan lain-lain. Hiasan ukiran simbolis ini juga terdapat di ujung perahu lesung, di bagian belakang perahu, datung perahu, dinding tifa, ujung tombak, ujung panah. Gaya Seni Asmat Barat Laut (Northwest Asmat)
Perisai pada golongan ini berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dari pada perisai-perisai lainnya. Bagian kepala terpisah dengan jelas dari bagian lainnya dan berbenruk kepala kura-kura atau ikan. Kadang-kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepal, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, katak, kepala burung tanduk, dan ular. Gaya seni Asmat Timur (Citak). Kekhususan seni pada golongan ini tampak pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang Asmat yang berdiri tegak. Bagian-bagian atasnya tidak terpisah secara jelas dari bagian badan perisai dan sering terisi dengan garis-garis hitam atau merah yang diberi titik-titik putih. Gaya seni Asmat daerah sungai Brazza.
Benda seni yang termasuk dalam golongan ini, telah terkenal sejak jaman ekspedisi militer Belanda pada tahun 1912. Ciri-ciri perisai dalam golongan ini adalah berbentuk persegi panjang dan agak menyempit ujungnya. Di ujung atas ada hiasan ukiran phallus atau gambar burung tanduk atau topeng. Motif-motif ukiran dalam golongan ini juga terdiri dari motif burung kakatua, burung kasuari, kepala ular, kaki kepiting, dan lain-lain. Hiasan ukiran simbolis ini juga terdapat di ujung perahu lesung, di bagian belakang perahu, datung perahu, dinding tifa, ujung tombak, ujung panah. Gaya Seni Asmat Barat Laut (Northwest Asmat)
Perisai pada golongan ini berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dari pada perisai-perisai lainnya. Bagian kepala terpisah dengan jelas dari bagian lainnya dan berbenruk kepala kura-kura atau ikan. Kadang-kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepal, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, katak, kepala burung tanduk, dan ular. Gaya seni Asmat Timur (Citak). Kekhususan seni pada golongan ini tampak pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang Asmat yang berdiri tegak. Bagian-bagian atasnya tidak terpisah secara jelas dari bagian badan perisai dan sering terisi dengan garis-garis hitam atau merah yang diberi titik-titik putih. Gaya seni Asmat daerah sungai Brazza.
Perisai pada golongan ini hampir sama besar
dan tinggi dengan perisai pada golongan Asmat Timur. Bagian kepala juga
biasanya terpisah dari bagian badannya. Walaupun motif sikulengan sering
dipakai untuk hiasan perisai, motif yang biasa digunakan adalah motif geometri,
lingkaran, spiral, dan siku-siku.
C.
Wujud Budaya
Ø Kebudayaan
asmat dalam keseniannya mempunayai khas masing-masing mulai dari seni musik
yaitu tifa. Tifa adalah alat musik yang paling umum digunakan oleh masyarakat
Asmat dalam kehidupannya. Tifa-tifa ini biasa diukir dan dipahat oleh wow-ipits
setempat. Seni tari asmat juga memilki khas tersendiri. Orang-orang Asmat kerapkali melakukan
gerakan-gerakan tarian tertentu saat upacara sakral berlangsung. Masyarakat suku
asmat biasanya menarikan tarian yosim. Yosim adalah jenis tari-tarian Asmat
yang menggambarkan rasa kegotongroyongan antar keluarga. Biasanya dilakukan
oleh para remaja dengan posisi melingkar dan bergandengan tangan. Ukiran
melingkar dalam bentuk figur manusia ini, dibuat dari bahan kayu besi dan
berfungsi sebagai benda hiasan.
Adanya gerakan-gerakan erotis dan dinamis yang
dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan di depan rumah bujang (Je) dalam
rangka upacara mbis. Mbis adalah patung yang didirikan untuk menghormati
arwah dan memperingati jasa orang yang telah mati agar mendapat berkah dan
keselamatan. Patung ini dibuat dari pohon bakau berakar pipih yang diukir
indah, didirikan sehingga bagian akar menjadi puncaknya. Upacara pemasangan
Mbis merupakan upacara penting yang diikuti oleh seluruh penduduk. Suku asmat
juga mempunyai seni-seni lain berupa motif.
Salah
satu motif khas suku asmat yaitu ukiran motif tombak dibuat dari kayu besi atau
kulit pohon sagu dan ujungnya yang tajam (mata tombak) diukir motif paruh
burung enggang atau hiasan berbentuk kait. Tombak ini tidak dihiasi dengan bulu
burung. Masyarakat suku asmat juga membuat aksesoris yang dibuat oleh
masyarakat. Kesenian akan benda-benda merupakan wujud ekspresi mereka yang
sudah menjadi membudidaya. Salah satunya adalah kalung. Kalung merupakan salah
satu perhiasan yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan Suku Asmat. Bahan
terbuat dari kayu yang dipipih, diukir dengan lambang-lambang kepahlawanan,
lambang nenek moyang dan lambang kekuatan. Untuk memperindah kalung tersebut
dilengkapi dengan aksesoris dari bulu burung Kasuari dan buah manik-manik yang
berwarna hitam.
Daftar
pustaka :
-
Sudarman dea, 1984, asmat menyingkap budaya suku
asmat pendalaman irian jaya, Jakarta : sinar harapan.
-
Hidayah zulyani,1997, ensiklopodi suku bangsa di
Indonesia, Jakarta : PT. Pustaka lp3s .
-
Koetjaraningrat, 2002, pengantar ilmu antropologi,
Jakarta : PT.Rinaka Cipta