macem-macem suku anak dalam


TIPE-TIPE ANAK DALAM
            Komunitas Suku Anak Dalam saat ini berdasarkan substansinjya dapat dikelompokan menjadi 3 tipe yaitu, kelompok foragen, kelompok Semi Foragen, dan kelompok peladang. Suku Anak Dalam Foragen yang menjadi pusat masih sangat sederhana, pola hidup yang selalu berpindah-pindah tempat (omaden) dengan mata pencaharian hidup berburu dan meram. Mereka tinggal dipedalaman hutan dengan mata pencaharian sepenuhnya masih tergantung pada persediaan alam dan belum mengenal perladangan. Sumber makanan berupa daging  bintang, umbi-umbian maupun tanaaman lain yang diperoleh dari alam. Karena ketergantungan pada alam sangat tinggi, yang menyebabkan  mereka hidup secara berpindah, hal ini sebagai sebagai konsekuensi untuk mencari sumber makanan yang lebih baik. Perpindahan dilakukan setiap saat, jika dirasa tempat tinggal lama tidak lagi menguntungkan, mereka akan merayau (berpindah) mencari tempat baru yang lebih subur dan banyak binatang barunya. Bentuk kamp yang sederhana memudahkan mobilitas mereka saat berpindah tempat, dimana kamp lama akan ditinggalkan begitu saja dan hanya akan membawa bagian atap dari plastik. Lokasi hunian yang berada ditengah hutan  selalu berpindah-pindah dan menyebabkan Suku Anak Dalam tipe foragen sulit untuk  berhubungan dengan orang luar. Dari 16 rombong yang di teliti hanya satu rombong yakni rombong Paniti Gunung yang dapat diklasifikan sebagai Suku Anak Dalam foragers.
            Suku Anak Dalam Semi Foragers, kehidupan Suku Anak Dalam Semi Foragers ini relative lebih maju dibandingkan kehidupan  Suku Anak Dalam Foragers. Mereka telah mulai berladang padi, karet, kelapa sawit atau sayur-mayur walau pekerjaan utama mereka adalah berburu dan meramu. Bentuk hunian mereka masih seperti Suku Anak Dalam Foragers yakni bubung, namun mereka relative tinggal lebih lama disatu lokasi pemukiman. Keberadaan ladang yang harusnya dirawat secara rutin membuat mereka tidak lagi sering berpindah. Perpindahan dilakukan jika ada anggota keluarga yang meninggal atau ingin membuka lading baru ditempat lain. Lokasi hunian yang sebagian besar ditengah atau dipinggiran hutan membuat mereka belum bisa menikmati fasilitas pendidikan dan kesehatan secara memadai, dilihat dari prosentasi saat ini sesuai dengan wilayah suku anak dalam yang diteliti. Namaknya Suku Anak Dalam Semi Foragers merupakan komunitas terbanyak. Dari 16 rombong yang diteliti, hanya 13 rombong yang dapat diklasifikasikan sebagai Suku Anak Dalam Semi Foragens.
            Suku Anak Dalam Peladang, Suku Anak Dalam Peladang ini merupakan kelompok Suku Anak Dalam yang telah mendapatkan pembinaan dari pemerintah. Kelompok ini didirikan telah menetapnya mereka disuatu lokasi pemukiman yang disediakan pemerintah. Sebagian besar diantaranya telah memeluk atau telah mengenal Agama Islam. Bentuk rumah seperti bangunan orang desa, dinding dari kayu papan, atap terbuat dari genteng, lantai dari tanah liat atau semen. Mata pencaharian umumnya berladang dan menjual hasil komoditas hutan seperti jerenang, rotam, manau, dan dammar. Kehidupan mereka nampaknya lebih tertata dimana anak-anaknya yang semula tidak dapat mengeyam pendidikan bisa bersekolah formal. Banyak kepala keluarga dari Suku Anak Dalam yang tinggal didalam hutan dan menitipkan anak-anak mereka pada Suku Anak Dalam yang telah menetap agar dapat bersekolah. Lokasi pemukiman yang dekat dengan pusat pelayanan kesehatan juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan, secara keseluruhan, tipe kelompok ini lebih dominan dibandingkan tipe foragens , namun jumlahnya lebih sedikit disbanding tipe semi foragens. Contoh rombong anak dalam berladang adalah kelompok suku anak dalam yang sudah dimukimkan seperti kelompok Tumenggung Busiring (Ali) di Bukit Duabelas. Dari 16 rombong yang diteliti , dua rombong antaranya diklasifikasikan sebagai Suku Anak Dalam peladang yakni rombong Ampung dan Salim yang tinggal di desa Dwi Karya Bakti, kecamatan Pelepat, kabupaten Bungo.
0 Responses