Melayu
pada hindu budha
Orang
Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah atau P'ulo Chung. Para pedagang asing
datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa kamfer, lilin dan
sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai tinggi
dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu yang telah
mendapat pengaruh budaya India memasuki muara-muara sungai untuk mencari lahan
bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang emas dan intan untuk memenuhi
permintaan pasar. Lokasi pertambangan emas berkembang menjadi pemukiman
sehingga diperlukan adanya suatu kepemimpinan. Pengaruh India ditandai
munculnya kerajaan tahap awal dengan pemakaian gelar Maharaja bagi pemimpin
suatu kekerabatan (bubuhan) dan sekelompok orang lainnya yang bergabung dalam
kepemimpinannya dalam kesatuan wilayah wanua (distrik), yang saling
berseberangan dengan wanua-wanua tetangganya yang dihuni keluarga lainnya
dengan dikepalai tetuanya sendiri. Gelar India Selatan warman (yang melindungi)
dilekatkan pada penguasa wanua tersebut, yang kemudian memaksa wanua-wanua
tetangganya membayar upeti berupa emas dan hasil alam yang laku diekspor.
Klan-klan (bubuhan) mulai disatukan oleh suatu kekuatan politik yang memusat
menjadi sebuah mandala (kerajaan) yang sebenarnya bukan tradisi Austronesia.
Kerajaan awal ini sudah merupakan campuran kelompok yang datang dari beberapa
daerah, tetapi di pedalaman bangsa Austronesia masih hidup dalam komunitas
rumah panjang yang mandiri dan terpisah serta saling berperang untuk berburu
kepala.