Penutup

  • ·         Kebudayaan Ambon dalam menghadapi masa depan
Di  Zaman yang semakin modern ini , semakin banyak pula muncul berbagai ancaman terhadap Budaya Lokal, Maju mundurnya atau timbul tenggelamnya budaya lokal tergantung pada perubahan yang ada di masyarakatnya, yang di pengaruhi nilai-nilai hidup atau sistem kehidupan yang tumbuh dalam masyarakatnya.
Suku ambon yang memiliki adat istiadat yang kuat akan persaudaraan antar keluarga, yang mempunyai ikatan-ikatan tertentu, terkadang bisa keluar dari jalur hubungan kekerabatan dan membentuk suatu pertikaian dll, antara perbedaan Agama.
Tidak hanya itu Bahasa pun lama-kelamaan ikut tersingkir, seperti bahasa
Sampai sekarang tidak kurang dari 117 Bahasa Tana yang terdapat di seluruh maluku ini, dan ada beberapa yang mengalami kepunahan, walau masih ada beberapa rakyat maluku yang memakai bahasa tana untuk bahasa sehari-hari
Tapi sampai saat ini budaya suku ambon masih bisa dilihat atau di laksanakan, seperti orang-orang ambon yang merantau ke luar pulau Ambon, mereka tetap menjalankan adat istiadat budaya yang mereka pelajari, sejauh apapun orang-orang Ambon terpisah, mereka tetap terikat oleh fam/marga mereka masing-masing, sehingga tali persaudaraan tetap  terjalin,
Begitu juga sifat khas orang Ambon untuk berbicara dengan keras, kadang kala masalah kecilpun, mereka juga tidak mengenal waktu jika ingin mengunjungi rumah temannya untuk mengobrol, selalu meluangkan waktu untuk berkumpul.
Sehingga di masa depan dalam mempertahankan budaya istiadat suku ambon, ialah tergantung dari perubahan masyarakat nya itu sendiri.


  • ·         Budaya Ambon sebagai aset pariwisata
Atraksi-Atraksi Budaya Ambon di jadikan sebagai aset pariwisata yang mengundang banyak minat wisatawan untuk menyaksikan sekaligus ikut melakukan budaya dan atraksi budaya suku Ambon, antara lain :
  • ·         BUDAYA PANAS PELA
Arti kata Pela

Pela berasal dari kata Pila yang berarti buatlah sesuatu untuk kita bersama, dan kadang-kadang kata Pila diberi akhiran “TU” sehingga menjadi Pilatu yang artinya menguatkan, menamankan atau mengusahakan sesuatu benda tidak mudah rusak atau pecah. Kini kata “Pila” telah berubah menjadi “Pela”.
Yang sangat menarik dari Pela ini ialah kenyataan bahwa di MALUKU TENGAH hubungan Pela ini bukan saja terjadi antara negeri yang manganut agama yang sama, tetapi terjadi juga diantara negeri yang berlainan agama. Misalnya hubungan Pela antara negeri:
  • ·        TITAWAI (Kristen) di Nusalaut dengan PELAU (Islam) di pulau Haruku.
  • ·        TUHAHA (Kristen) di Saparua dengan ROHOMONI (Islam) di pulau Haruku.
  • ·        HUTUMURY (Kristen) di jasirah Leitimur dengan TAMILOUW di Seram Selatan.
Ini adalah berberapa contoh saja yang di kemukakan diantara puluhan contoh yang dapat disebutkan satu demi satu.
  • ·         ACARA PUKUL SAPU
Bagi seluruh umat Islam jika perayaan Idul Fitri telah berakhir, maka kegiatan yang lazim di lakukan adalah perayaan halal bi halal. Namun, bagi warga Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), setiap 7 syawal atau tujuh hari setelah lebaran acara adat “Pukul Sapu” (saling memukul menggunakan lidi enau. Red) pasti digelar.Budaya pukul sapu dilaksanakan turun-temurun sejak zaman nenek moyang bermukim di desa tersebut.
Pada acara ini tubuh orang-orang yang mengikuti acara ini dipukul dengan Manyapu atau sapu lidi yang batang lidinya itu sangat besar,  tetapi mereka yang dipukul dan saling memukul tidak merasakan rasa sakit apapun, bahkan sampai badan dan tubuh mereka berdarah dan luka tetepi tidak merasakan rasa sakit apapun,.

  • ·         BUDAYA MAKAN PATITA

Orang Maluku selalu antusias mengikuti acara makan patita karena suasananya penuh kekeluargaan. Di sini semua orang berkumpul dan makan bersama-sama. Biasanya acara makan patita menyuguhkan aneka masakan khas daerah, siapa pun yang hadir boleh mencicipi masakan yang diminatinya sesuka hati.  di desa saya yaitu desa “TIAL” di ambon maliku tengah juga melakukan hal yang sama, jika ada acara-acara seperti pemilihan Raja atau Kepala Desa biasanya Acara makan Patita sering dilakukan, makanan yang telah di masak di taruh di bawah ber’alaskan Tarpal atau karpet dengan berbagai jenis makanan tradisional daerah maluku seperti Papeda, ikan bakar, sambal colo-colo, dan masih banyak lagi.
 

foto dia atas merupakan gambar oma-oma sebutan nenek bagi orang ambon yang sedang makan patita bersama pada saat pembukaan sambut SAIL BANDA .
  • ·         MAKAN RAME-RAME
Berikut adalah gambar sejumlah wisatawan manca negara bersama warga menikmati makanan khas Maluku, Papeda, saat pembukaan Festival Seni dan Budaya 2011, di Ambon . 
 
 Festival Seni dan Budaya 2011 di Leitimur Selatan, Kota Ambon digelar untuk memperkenalkan potensi wisata dan budaya kawasan tersebut kepada wisatawan mancanegara yang semakin sering berkunjung ke Pulau Ambon.

Referensi : 
0 Responses