Sistem Religi Suku Tolaki


Sistem Religi Suku Tolaki




Sebelum orang Tolaki menganut agama Islam dan ada di antaranya yang menganut agama Protestan, mereka telah mengenal Tuhan, yang mereka sebut o ombu (Yang disebah, dipuja). Dia-lah yang menciptakan jagat raya dan segala isinya. Ia berada di langit paling atas sesudah lapisan langit ketujuh. Ia kadang diidentikkan dengan langit. Orang tua-tua dari kalangan mereka sering mengucapkan doa dengan berkata
“po'ehemo sangia urano lahuene”
yang berarti semoga kehendaknya Tuhan, tetesannya langit tercurah kepada kita sekalian.


Manusia tidak dapat berhubungan langsung dengannya tetapi dengan perantaraan sangia (dewa) dan dengen mbera hanu halusu (segala makhluk halus). Kini, orang Tolaki setelah menganut agama Islam atau Protestan menyebut Tuhan melalui istilah Ombu Ala Ta'ala (Tuhan Allah) atau Ombu Samena (Tuhan yang sesungguhnya).

Orang Tolaki mengenal banyak dewa. Setiap dewa diberikan nama menurut nama status dan fungsinya atau menurut nama tempat pesemayamannya di salah satu bagian alam. Dewa tertinggi disebut Sangia Mbu'u (kepala dewa). Dewa inilah yang bertindak sebagai penyambung lidah, titah Tuhan. Ia juga disebut Sangia Lahuene (dewa langit) karena Ia bersemayam di langit.

Dewa-dewa lainnya ialah :
a. Sangiano o wuta (dewa bumi) atau Guruno o wuta (gurunya tanah) yang mengatur dan memelihara kehidupan diatas bumi.
b. Sangia i puri wuta (dewa di pusat bumi) yang mengatur dan memelihara kehidupan di dalam bumi.
c. Sangia i puri tahi (dewa di dasar laut) yang mengattur dan memelihara laut dan segala sumber air.
d. Sangia i asaki ndahi (dewa di seberang laut) yang menjaga musuh dari luar dunia.
e. Sangia i losoano oleo (dewa di Timur) yang mengatur dan memelihara wilayah jagat di bagian timur termasuk menetapkan terbitnya matahari pada setiap hari.
f. Sangia i tepuliano oleo (dewa di Barat) yang mengatur dan memelihara wilayah jagat di bagian Barat termasuk menetapkan terbenamnya matahari pada setiap hari menjelang malam.
g. Sangia i ulu iwoi (dewa di hulu sungai atau dewa di Utara) yang menguasai wilayah jagat di sebelah Utara termasuk mengatur mengalirnya sumber air sampai ke laut.
h. Sangia i para iwoi (dewa di muara sungai atau dewa di Selatan) yang menguasai wilayah jagat di bagian Selatan termasuk menerima dan mengatur air masuk ke laut.
i. Dewi padi yang dinamakan Sanggoleo mbae (roh padi), Wurake mbae (nyawa padi), Wulia mbae (halusnya padi), Warakano ombuno o pae (inti persona dewanya padi).



Jumlah dewa yang dikenal orang Tolaki adalah sembilan. Kesepuluhnya adalah Tuhan.


Orang Tolaki meyakini bahwa segala sesuatu, baik makhluk hidup maupun benda-benda memiliki roh. Roh ini memungkinkan kehidupan setiap makhluk dan memantapkan kedudukan setiap benda. Mereka mempunyai kekuatan yang melampaui kekuatan alam nyata. Menurut orang Tolaki, roh itu ada yang baik dan ada yang jelek atau jahat sifatnya. Roh yang baik itu adalah o wali (jin), sanggoleo (semangat), dan o nitu mate (roh orang mati). Sedangkan roh yang jahat adalah o nitu i ahoma (setan), pondiana (kuntilanak), o so (burung jahat penjelmaan orang), dan o po (roh orang jahat yang suka melancong di malam hari yang suka mengganggu manusia yang sedang tidur). Kata orang Tolaki “segala jenis penyakit yang diderita orang adalah disebabkan oleh roh jahat”. Jadi bukan disebabkan oleh sejenis kuman menurut seorang dokter.


Mereka juga mempercayai bahwa roh orang yang meninggal itu setelah lama tinggal di surga kembali pindah ke tubuh bayi yang baru lahir. Gejala kelahiran kembali itu atau reinkarnasi disebut mesarungga (roh yang menumpang ke tubuh lain), sumoso (roh yang melekat pada tubuh lain), toro mbendua (roh yang hidup kembali melalui tubuh orang lain).



Upacara-upacara keagamaan



Beberapa macam upacara keagamaan orang Tolaki bersifat "ritus" yaitu yang bersifat perpisahan menjadi satu dengan yang bersifat peralihan dan yang "upacara" yakni yang bersifat integrasi dan pengukuhan.
Upacara yang bersifat perpisahan menjadi satu dengan yang bersifat peralihan adalah :
1. Mesosambakai (upacara kelahiran)
2. Mepokui (potong rambut)
3. Manggilo, mesuna, mewaka (upacara sunatan)
4. Mateaha (upacara kematian)
5. Upacara pertanian, yaitu :
- merondu (upacara pembukaan hutan perladangan)
- mombotudu (upacara penanaman padi di ladang)
- monahu nda'u (upacara tahun perladangan)
6. Upacara tolak bala dan syukuran, yaitu :
- mosusu tombi-tombi monduha bangga-bangga (upacara pencegahan wabah penyakit
- mosehe (upacara pensucian diri karena melanggar adat



Upacara yang bersifat integrasi dan pengukuhan adalah :
1. Mepakawi (upacara perkawinan)
2. Pombotoroa mokole (upacara pelantikan raja di zaman dahulu)
3. Mombesara (upacara penyambutan raja atau pejabat pemerintah)
4. Mekindoroa (upacara perdamaian)



Selain menggunakan hewan korban, orang Tolaki juga memakai sejumlah jenis alat-alat upacara asal dari benda-benda alamiah, tumbuh-tumbuhan, tanaman, dan asal dari alat perlengkapan hidup.
0 Responses