Sistem Religi


Suku madura merupakan salah satu suku yang dikenal identik dengan tradisi islam yang sangat kuat. Islam begitu meresap dan mewarnai pola kehidupan masyarakat madura. Bagi masyarakat suku madura betapa pentingnya nilai-nilai keagamaan yang terungkap dari ajaran abantal syahadat, asapo’ angina, apajung allah yang artinya suku madura sangat religius. Suku madura merupakan salah satu pemeluk agama islam yang sangat taat, sehingga mereka akan merasa aneh ataupun kurang simpati bahkan jika identitas kemaduraannya hilang lingkungan sosial ‘akan menolak’ dan orang yang bersangkutan akan merasa terasingkan dari akar madura, apabila ada orang madura yang tidak memeluk agama islam. Namun ada juga masyarakat madura yang memeluk agama lain selain islma bukan karena faktor bawaan dari lahir, melainkan faktor perkawinan silang dan transmigrasi penduduk ke luar pulau madura.
Religiusitas masyarakat etnik suku madura telah dikenal luas sebagai bagian dari keberagaman kaum maslim di Indonesia yang berpegang teguh pada tradisi-tradisi islam yang telah melekat sehingga dapat menepak realitas kehidupan sosial budayanya. Walau seperti itu kekentalan dan kelekatan ajaran keislaman masyarakat madura tidak selalu mencerminkan nilai-nilai normative ajaran agamanya. Kondisi tersebut dapat dipahami karena penetrasi ajaran islam masyarakat madura yang dipandang relative berhasil masuk ke dalam komunitasd suku etnik madura dalam realitas interaksi dengan kompleksitas variable elemen-elemen sosiokultural yang melingkupinya, terutama variable keberdayaan ekonomi, orientasi pendidikan, dan perilaku politik. Hasil penetrasi islam tersebut ke dalam tradisi islam yang diajarkan sehingga dapat menampakkan karakteristik yang khas serta unik bagi masyarakat madura tersebut.
Pemahaman dan penafsiran atas ajaran tradisi islam yang normative pada warga etnik suku madura pada perkembangan yang terjadi berjalan seiring dengan kontekstualitas konkret budaya yang ternyata begitu dipengaruhi oleh lingkup lokalitas. Dalam perwujudannya kebergamanan etnisitas komunal ternyata menampakkan diri dalam bentuk local tradition atau tradisi asli dimana islam merupakan sebagai great tradition atau tradisi hebat yang membentuk konsepsi tentang realitas yang mengakomodasi kenyataan sosiokultural masyarakatnya atau suatu komunitas yang dibentuk. Kehadiran dan keberadaan islam yang masuk ke dalam suatu entitas social budaya telah menjadi “gerakan aktualkultural”  yang mengakomodasi dialog dalam atau dengan beragam segmentasi kehidupan sehingga wajah islam normative memungkinkan mengalami perubahan walaupun hanya pada sisi periferalntya.
0 Responses