Latar belakang sosial- budaya
Sebagian besar penduduk desa
Kemieren (99,72%) adalah pemeluk agama
islam, dan 0,28 % beragama protestan, katolik dan penganut penghayat kepercaaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa . meskipun
beragama berlainan tetapi kerukunan antar pemeluk agama tersebut terjalin
dengan erat sehingga dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan pemerintah
berjalan dengan lancar.
Terkait dengan pendalaman agama
yang dianutnya khusus untuk agama islam , setiap malam jum’at diadakan
pengajian dimasjid dan dilanjutkan
pembacaan lontar yusuf. Kemudian untuk anak-anak diadakan TPA semingu dua kali.
Menegnai prasarana ibadah yang ada hanyalah 1 masjid , 9 mushala , sedangkan
untuk prasarana gereja ada di tingkat kecamatan.
Namun rupanya dalam hal melestarikan tradisipun
tetap kuat , misalnya tradisi slametan untuk cikal bakal desa (mbah cili) ,
para leluhur(kirim dowa), untuk keperluan tanam padi , panen, beresih desa.
Tradisi tersebut dilakukan sendiri-sendiri
dilakukan dirumah penduduk dengan mengundang tetangga dan ada juga yang dilakukan secara
bersama-sama misalnya : selametan rebo
pungkasan atau wekasan , muludan . ada juga yang menggunakan sesaji diletakkan
ditempat-tempat yang dianggap keramat seperti: sumber air atau belik ,
diperempatan jalan dan di pojok – pojok sawah.
a. Konsep
dan pandangan hidup
Indonesia
dikenal sebagai tetorial yang tidak hanya memiliki banyakk pulau dan
kepualauan, namun juga aneka ragam budaya yang tersebar di wilayah tersebut .
keanekaragaman budaya ini , selain dapat
dilihat dari berbagai macam suku bangsa yang hidup dinegeri ini juga dapat
dilihat dari berbagai macam tata cara/ adat istiadat yang berlaku yang merupakan cerminan perilaku yang menggunakan
sistem nilai sebagai konsep dan pandangan hhidup mereka. Menurut
koentjaraningrat (1974), adat atau tata cara kelakuan atau adat istiadat
disebut kebudayaan ideal . ini sifaftnya abstrak, berupa konsep-konsep dan
mandangan hidup yang biasanya berfungsi sebagai tata kelakuan dan perbuatan
manusia dalam masyarakat. Seluruh dari tata kelakuan manusia itu berpola menjadi suatu pranata yang dapat
dirinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam masyarakatnya.
Pola masyarakat suku using terdapat suatu pranata-pranata , baik dalam
hubungan dengan Tuhan . hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya , maupun
hubungan dengan manusia dengan alam atau lingkungan . tentu saja
pranata-pranata ini memiliki dasar konsep dan pedoman hidup dalam sistem nilai yang kuat sejak dulu , ada turun
menurun sampai sekarang. Menurut Daldjoelani (1986) , kalau dilihat dari sudut
“etika lingkungan” , ini bertalian erat dengan relasi antara manusia dengan
Tuhan penciptanya sehubungan dengan itu , ketiga unsur ini saling terkait yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
diabaikan slah satu unsurnya . didalam setiap masyarakat memiliki etika
lingkungan yang berbeda-beda mengacu pada budaya yang berlaku di daerah dimana
mereka tinggal.
Di desa kemiren tinggal
sekelompok masyarakat yang dikena dengan nama “suku using” .yang memiliki
konsep dan pandangan hidup menurut koentjaraningrat sebagai berikut :
1.
Hubungan manusia dengan Tuhan
Dalam berbagai tulisan (Koentjaraningrat, 1974: Hans
Daeng, 2000) secara vertikal manusia memiliki hubungan dengan Penciptanya ,
yaitu “Tuhan”. Diwujudkan dalam suatu beentuk kepercayaan atau sistem religi.
Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakatnya yang memiliki bebrapa
bentuk keyakinan , yaitu islam Muhammadiyah, islam NU, kristen Protestan dan
berbagai aliran kepercayaan lainnya , yang menurut pengakuan informantidak
saling fanatik, termasuk generasi mudanya terbilang wajar – wajar saja bisa
hidup rukun . kalau hari jum’at , terutama laki-laki yang beragama islam
berduyun-duyun ke masjid untuk menunaikan ibadah solat jum’at (walaupun
fahamnnya lain). Bagi mereka ini menunjukkan suatu bukti terjadinya hubungan
manusia dengan Tuhan.
Daldjoelani
(1986) menjelaskan bahwa dalam hidup manusia hidup didunia ini memiliki suatu
etika yang disebut dengan istilah “etika lingkungan” yang tidak dapat terlepas
dengan iman manusia beragama yang ada didalamnya , ia harus bertanggung jawab
terhadap Tuhan. Untuk menunjukkan tanggung jawab tersebut, masyarakat using
selalu menjalankkan ibadahnya sesuai dengan aturan dalam agama mereka
masing-masing . salah satu informan mengungkapkan bagi mereka yang memeluk
agama islam harus melakukan ibadah sesuai dengan kewajibannya, demikian pula
bagi mereka yang memeluk agama non islam .
2.
Hubungan manusia dengan manusia
Menurut Kluckhohn , hekekat manusia dengan manusia atau
sesamanya merupakan salah satu masalah salah satu masalah dasar dalam hidup manusia
(Koentjaraningrat , 1974). Mengenai masalah dasar hakekat hubungan manusia
dengan sesamanya dan dalam sistem nilai budaya orang indonesia mengandung empat
konsep sistem nilai budaya.
1. Manusia itu tidak hidup sendirian didunia ini, tetapi
dilindungi oleh komunitinyam masyarakatnya,dan alam semesta disekitarnya.
Didalam sistem makrokosmos tersebut, manusia merasakan dirinya hanya sebagai
suatu unsur kecil saja yang ikut terbawa oleh proses peredaran alam semesta
yang mahabesar itu.
2. pada hakekatnya, manusia tergantung dalam segala
aspek kehidupannya kepada sesamanya.
3. karena itu, manusia harus selalu berusaha untuk
sedapat mungkin memelihara hubungan baik
dengan sesamanya , terdorong oleh jiwa sama tara sama rasa
4. selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat
konfrom, berbuat sesama dan bersama dengan sesamanya dalam komuniti, terdorong
oleh jiwa sama tinggi sama rendah.
Keempat
konsep tentang hubungan manusia dengan sesamanya , masyarakat using berpendapat
bahwa hubungan antarmanusia itu harus baik.
Hubungan baik itu tidak hanya dengan keluarga atau saudara saja , namun
juga dengan tetangga, teman bahkan orang lain yang kita belum mengenalnya.
Bagi mayarakat using, hubungan antarmanusia
menduduki tempat yang penting , yakni menunjukkan sikap yang selalu menjunjung
tinggi hubungan horizontal dengan sesamanya. Begitu pentingnya hubungan iini ,
maka masyarakat using selalu berusaha menjaga hubngan baik dengan sesamanya.
Hal ini dilakukan dengan pemikiran bahwa manusia itu tidak dapat hidu[ sendiri
tanpa orang lain. Dengan kata lain, manusia dalam hidupnya juga bergantung
kepada orang lain . berangkat dari pemahaman in maka umumnya masyarakat using selalu mengedepankan hidup saling
tolong-menolong , saling bergotong royong dalam berbagai kegiatab yang ada
didesanya tanpa pamrih.
Dalam pandangan masyarakat using, berbuat sama
dan bersama dengan sesamanya dalam masyarakatnya terdorong oleh rasa sama
tinggi sama rendah sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang tidak boleh
membeda-bedakan. Masyarakat usiing
dikenal sebagai masyarakat yang taat kepada agama secara religius . mereka
berusaha menjaga hubungan antaragama, di samping hubungannya terhadap sesama
penganut sepaham , hal inn didasari konsep bahwa manusia itu ciptaan Tuhan ,
yang diberi kebebasan memilih .
Tampaknya
konsep rukun juga menjadi prioritas dalam menjalin hubngan sesamanya, baik
terhadap agama yang berbeda-beda maupun status ekonomi yang berbeda. Dalam
kehidupan bermasyarakat, seperti dalam kegiatan bersih desa, peringantan tujuh
belasan , bahkan dalam upacara adat “Rebo Wekasan” mereka secara
berduyun-duyun tanpa emmbedakan apa
agamanya bersatu padu secara serentak melakukan kegiatan ini.
Masyarakat
using yang senang hidup rukun ini dapat terlihat pila dalam sikapnya yang tidak
senang bermusuhan . ini dapat dilihat dalam perilaku mererka dalam menyikapi
suatu permasalahan . jika ada permasalahan segera diselesaikan secara
kekeluargaan , tanpa dendam. Kalau dilihat sepintas, lebih nagi orang yang baru
mengenalnya, mereka akan terkejut mendengar logat bahasanya yang bernada
tinggi seperti orang marah. Akan tetapi
kalau diperhatikan sebenarnya orang using ini sangat santun, menghormati tamu ,
dan baik hati. Gaya bicara mereka terkesan seperti orang marah namun yang jelas
mereka selalu menghormati orang lalin.
3.
Hubungan manusia dengan lingkungan alam atau
hidup
Bintarto (1968) mengatakan bahwa manusia memandang alam
sebagai panggung kehidupan , tempat bijak dan tempat melakukan berbagai
aktivitas karena hubngan antarmereka (manusia dengan alam) sangat dekat.
Berbeda dengan pendapat Daldjoelani dan Suyitno (1986) yang mengatakan bahwa
dalam relasi antara manusia dengan alam , manusia memiliki pandangan bahwa alam
mempunnyai makna baginya. Oleh karena itu , ada beberapa motivasi gerakan
pelestarian alam sebagai ruang huni manusia :
1.
Manusia mempunyai ikatan dengan alam yang
sifatnya dapat sangat religieus
2.
Ada motivasi etis yang berdasarkan rasa
keindahan
3.
Alam merupakan
serikat bagi manusia
4.
Alam menghidupi manusia dengan menyediakan bahan
pangan, sandang dan papan
5.
Alam menjadi sumber alam genetik yang
menghasilkan tanaman dan ternak
6.
Alam penting artinya bagi ilmu pengentahuan ,
dan
7.
Alam menjadi sumber kesehatan, rekreasi dan kesenian .
Diantara ketujuh
unsur ini , sangat tampak bahwa alam
memang memiliki arti yang sangat penting bagi kehiduapn manusia . oleh
karenanya, hubngan manusia dengan alam harus baik karena alam beserta isinya
yang menghidupi manusia.
Dalam
memnadang alam , ada dua faham yang berbeda , yyaitu : inklusionisme dan
eklusionisme . inklusionisme (diikuti oleh dunia ilmu pengetahuan) memandang
bahwa manusia itu bagian dari alam, dengan kata lain “manusia dan alam”.
Sedangkan enklusionisme (yang dikembangkan
oleh para ahli agama dan
filosofi) memnadang bahwa manusia itu berdiri di luar alam , atau dengan
kata lain “ manusia dengan alam”. Di desa kemiren yang masyarakatnya sebagian
besar beragama islam dan masih kuat
tradisinya, mereka memnadang alam dengan manusia sebagai satu keterkaitan yang
tak terpisahkan . alam harus diperhatikan dengan baik supaya anak keturunan
atau cucu – cucu nantinya dapat hidup dalam suatu ekoistem yang relatif baik.