BAB VI SISTEM TEKNOLOGI SUKU GAYO


Sistem Teknologi Suku Gayo
ü        Perumahan penduduk
Letak rumah Gayo biasanya membujur dari timur ke barat, dan letak tangga yang menuju pintu masuk juga biasanya dari arah timur atau utara. Rumah yang dianggap normal letaknya, dibangun timur-barat disebut bujur, dan bila letaknya utara-selatan disebut lintang. Jika tidak sama sekali mengikuti arah mata angin maka rumah seperti ini disebut sirung gunting. Semua perkayuan yang dipakai seperti pada balok penyangga dari tiang ke tiang disusun pangkal sesama pangkal, di pasang di arah pintu masuk arah ke lepo dan anyung sebelah timur, sedangkan bagian ujung kayu di letakkan ke arah barat. Inilah sebabnya rumah di tanah Gayo terdapat sebutan bagian ralik (pangkal), ujung (ujung), dan lah (tengah).
  •   Umah Edet Pitu Ruang 
Rumah Adat Tujuh Ruang
Rumah Adat Tujuh Ruang (Umah Edet Pitu Ruang) bahasa Gayo,  adalah peninggalan raje  Baluntara yang nama aslinya Jalaluddin sudah berdiri sejak pra-kemerdekaan. Rumah adat itu adalah bukti sejarah orang Gayo yang masih ada, tapi sayang tampaknya tidak ada yang peduli dengan peninggalan sejarah tersebut. Rumah tua Umah Edet Pitu Ruang (Rumah Adat Tujuh Ruang) bukti sejarah orang Gayo tersebut letaknya di sebuah kampung pinggiran Danau Lut Tawar  tepatnya di Kampung Toweren, Kecamatan Laut Tawar Aceh Tengah siapa saja boleh melihatnya, tetapi rumah tesebut warnanya mulai pudar bahkan nyaris hilang dimakan waktu seakan akan tidak ada yang perduli, padahal rumah itu adalah bukti sejarah yang masih ada di Dataran Tinggi Gayo yang benar-benar asli peninggalan tidak seperti rumah adat di Linge dan Mess Pitu Ruang di Kampung Kemili Takengon yang hanya copyan dari bentuk aslinya.
Beberapa bagian lantai rumah adat tersebut sudah mulai lapuk. Begitu juga dengan 27 tiang penyangga dari kayu pilihan dan diukir dengan pahatan kerawang Gayo sudah mulai bergeser dan tidak lagi tegak lurus. Beberapa batu gunung dipakai sebagai alas tiang utama agar posisi rumah tetap stabil. Beberapa warga (Petua Kampung) Toeren tersebut mengatakan saat kami wawancarai, Rumah adat Umah Pitu Ruang Toweren memang dibuat dari kayu pilihan. Diameter tiang penyangganya pun seukuran dekapan dewasa. Tidak diketahui tahun berapa rumah itu dibangun, tetapi menurut cerita, bangunannya sudah berdiri sebelum kolonial Belanda masuk ke Dataran Tinggi Gayo.
Umah Edet Pitu Ruang Gayo tersebut tidak mengunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu  dan  bermacam-macam ukiran di setiap kayu. Ukiran tersebut bentuk nya berbeda-beda, ada yang berbentuk hewan dan ada yang berbetuk seni kerawang Gayo yang di pahat khusus. Walaupun tidak mengunakan paku tapi kekuatan rumah adat pitu ruang tersebut sangatlah kuat apalagi bahan kayu yang sangat bermutu pada zaman duhulu, tetapi bagaimana pun kuatnya tanpa adanya perawatan bangunan tersebut akan roboh dengan sendirinya di makan zaman. Luas Umah Edet Pitu Ruang itu, panjangnya 9 meter dengan lebar 12 meter. Berbentuk rumah panggung dengan lima anak tangga, menghadap utara. Sementara di dalamnya terdapat empat buah kamar. Selain empat kamar, ada dua lepo atau ruang bebas di arah timur dan barat.
Semua sambungan memakai ciri khas tersendiri menggunakan pasak kayu. Hampir semua bagian sisi dipakai ukiran kerawang yang dipahat, dengan berbagai motif, seperti puter tali dan sebagainya. Di tengah ukiran kerawang terdapat ukiran berbentuk ayam dan ikan yang melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan. Sementara ukiran naga merupakan lambang kekuatan, kekuasaan dan kharisma. Peninggalan Raja Baluntara, bukan hanya bangunan tua yang bertengger usang di Kampung Toweren Uken, tetapi aset bersejarah lain masih tersimpan rapi oleh pihak keluarga seperti Bawar. Bawar adalah sebuah tanda kerajaan yang diberikan oleh Sultan Aceh kepada Raja Baluntara.
Selain Bawar yang masih disimpan oleh keluarga keturunan raja itu, ada piring, pedang, cerka dan sejumlah barang peninggalan yang sangat bersejarah. Di belakang rumah adat tersebut dahulunya ada rumah dapur di bagian Selatan yang ukurannya sama dengan ruang utama yang berukuran 9 x 12. Ruangan dimaksud telah hancur. Selain itu, juga ada mersah, kolam dan roda, alat penumbuk padi dengan kekuatan air yang semuanya juga sudah musnah. Sekeliling rumah pitu ruang tersebut pada tahun 1990 dubuat pagar kawat oleh Suaka Sejarah dan Peninggalan Purbakala Banda Aceh tahun, kini rumah itu tidak lagi di tempati oleh keluarga reje baluntara.
  •  Pakaian
Pakaian perempuan sehari-hari di tanah Gayo adalah Upuh pawak, yaitu kan pinggang yang dililiti lagi dengan sepotong kain stagen yang khusus ditenun bernama ketawak, sepotong baju yang hampir seluruhnya berwarna hitam (upuh item) sama dengan yang dipakai di aceh, kadang-kadang ada hiasan bunga-bunga dan bis-bis dari benang putih, ditambah dengan kombinasi kain selendang atau kain lepas bernama upuh ules. Berlainan dengan di Aceh, perempuan gayo tidak memakai celana. Penenun disini hanya membuat upuh pawak, ketawak, dan upuh ules. Untuk kain yang jenis terakhir ini perempuan Gayo yang lebih suka mrah demilih kain yang berwarna dasarnya hitam. Kalo berada di gayo lues, pada kesempatan tertentu, sering meneun sendiri upuh kio,dan upuh umut sebagai kain selendang.
Pakaian lelaki tidak ada yang ditenun, hanya celana atau upuh pinggang saja. Baik di danau atau deret, pakaian mereka hampir tidak teredakan dengan pakaian lelaki aceh. Di Gayo Lues ada bentuk seragam, tetapi kalau celana (seruel) upuh pinggang, baju, biaasanya baju kurung, yang hanya pada lehernya terbuka, atau baju belah dede yang terbuka pada bagian dada, seperti bentuk baju jas yang dikenakan orang-orang barat ( baju kut) dilengkapi tutup kepala (bulang), terbuat dari tenunan luar negeri. Semua kain putih dan hitam serta kain cetakan lainnya banyak dimasukkan dari luar daerah. Pada hari-hari pesta, orang-orang Gayo memakai celana dan kain model aceh.
Satu-satunya perangkat pakaian khas lelaki Gayo adalah baju warna hitam yang dibordir berbunga-bunga dengan benang putih, ikat kepala (kriol) yang dipinggirnya di beri bis dengan kasap, dilengkapi dengan senjata (terutama amarsemu dan luju ulang). Senjata ini bila di daerah gayo lues masih termasuk dalam perlengkapan utama. Penduduk daerah ini sangat gemar perang disaat genting mereka memakai pakaian jenis kimono hitam dengan senjata tanpa sarung. Baju jenis ini disebut (baju gus). 
  •      Pakaian pernikahan suku Gayo
pakaian adat pernikahan
 Busana adat perkawinan Gayo, Aceh Tenggara, mengetengahkan kekayaan teknik sulaman benang warna putih, merah, kuning dan hijau. Pakaian pria dikenal dengan sebutan baju Aman mayak, pakaian wanita disebut Ineun mayak. Unsur-unsur pakaian pengantin wanita adalah baju, kain sarung pawak, dan ikat pinggang ketawak. Unsur-unsur perhiasan adalah mahkota sunting, sanggul sempol gampang, cemara, lelayang yang menggantung di bawah sanggul, ilung-ilung, anting-anting subang gener clan subang ilang, yang semuanya itu ada di seputar kepala. Di bagian leher tergantung kalung tangang terbuat dari perak atau uang perak tangang ringit dan tangang birah-mani; clan belgong yang merupakan untaian manik-manik.
Kedua lengan sampai ujung jari dihiasi dengan bermacam-macam gelang seperti ikel, gelang iok, gelang puntu, gelang berapit, gelang bulet, gelang beramur, topong, dan beberapa macam cincin sensim belah keramil, sensim genta, sensim patah paku, sensim belilit, sensim keselan, sensim ku I. Bagian pinggang selain ikat pinggang dari kain ketawak, masih ada tali pinggang berupa rantai genit rante; clan di bagian pergelangan kaki ada gelang kaki. Unsur busana lain yang sangat penting adalah upuh ulen-ulen selendang dengan ukuran relatif lebar.
Pengantin pria mengenakan bulang pengkah, yang sekaligus berfungsi tempat menancapkan sunting. Unsur lain adalah baju putih, tangang, untaian gelang pada lengan, cincin, kain sarung, genit rante, celana, ponok yakni semacam keris yang diselipkan di pinggang.
  •   Masakan khas suku Gayo
·           Masam Jaeng
·           Gutel
·           Lepat
·           Pulut Bekuah
·           Cecah
·           Pengat
  •   Kerajinan tangan
      1.  Anyaman
Kerajinan menganyam biasanya dibuat oleh para wanita Gaoy. Kerajinan anyamannya lebih diutamakan pada berbagai tempat duduk tikar dan anyaman yang digunakan untuk tempat menyimpan beras, perkakas sirih, dan bermacam barang lainnya. Bahan baku dari anyaman ini bervariasi tergantung pada halus atau kasarnya pemesanan. Bahan dasar anyaman biasa terbuat dari daun pandan. Pekerjaan menganyam bagi perempuan Gayo hanyalah sebagai pengisi waktu.
2.      Keramik
Kerajinan tanah liat dinamakan nepa yang artinya meratakan tanah liat dengan kayu tipis dengan menggunakan landasan batu (atu giling). Tidak banyak wanita gayo yang mampu membuat keramik sehalus yang dikehendakinya. Benda yang biasa dibuat dalam kerajinan ini adalah: kuren, belanga, capah dan keni, cerek, buyung. Setelah bentuk keramik telah selesai, maka keramik siap untuk dibakar.
  •   Pekerjaan pertukangan
Pekerjaan pertukangan ini hanya dilakukan oleh laki-laki saja. Pekerjaan pertukangan di tanah Gayo terbagi menjadi tukang besi dan tukang mas dan perak. Tukang besi memiliki perkakas seperti martil, tang, landasan. Tukang besi membuat alat-alat yang diperlukan para petani untuk mengolah tanah. Selain itu tukang besi memiliki kemampuan juga dalam pembuatan senjata kasar seperti mata ni nengel (mata luku), jelbang (cangkul), peti (skop), paranga dan sebagainya. Tukang emas dan perak dapat membuat alat perkakasnya sendiri. Perkakasnya terdiri dari tukul, senepit, pat-pat kecil, dan lenesen.

Sumber: Hurgronje, C. Snouck.1996.Gayo Masyarakat dan Kebudayaannya awal abad ke-20.Jakarta:Balai Pustaka
                http://000gayo.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Busana_Adat_Gayo
                            http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Gayo


1 Response
  1. Mentari Says:

    nice .. sejauh ini belum banyak orang mengetahui adanya suku gayo di wilayah aceh ,namun dengan adanya tulisan ini setidaknya beberapa orang kembali lagi dipertemukan dengan salah satu adat indonesia yang sangat unik dan penting untuk dapat terus dilestarikan .