Suku Dani, Lembah baliem – Papua
a.
Filsafat
Hidup Orang Dani
Suku
Dani adalah Suatu suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal
sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan juga dahulu terkenal
sudah menggunakan alat alat perkakas bahkan disaat diketemukan oleh para ahli,
warga suku dani telah mengenal penggunaan perkakas-perkakas seperti: kapak
batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang dan lain sebagainya. Mereka
hidup diantara belukar, masih memelihara serta mengangkat babi sebagai hewan
peliharaannya atau bisa dikatakan hewan buruannya. Mereka masih menggunakan
teknologi Neolitik dari Dunia masa lalu.
Ada
sekitar kurang lebih 250.000 suku Dani
yang hidup di pegunungan tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di dataran
papua yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Papua.
Suku
Dani membangun pondok mereka dalam suatu senyawa yang baik, dimana mengekspresikan adaptasi lingkungan dan
karakter Dani. Suhu
dari dataran tinggi yang berkisar antara 26 derajat Celcius pada siang hari dan
12 derajat pada malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora
dan fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri
bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.Untuk
budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak
diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh
nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara
keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek
moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan
daerah perbatasan, wanita dan pencurian. Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanfa
dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga,
dan bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng
senjata-senjata tradisional khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan
busur beserta anak panahnya. Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri
adalah kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan
atau kisah-kisah sedih untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika
mereka bekerja. Untuk alat musik yang mengiringi senandung atau dendang ini
sendiri adalah biasanya adalah alat musik pikon, yakni satu alat yang
diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka. Disamping sebagai
pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda sebagai isyarat kepada teman
atau lawan di hutan kala berburu.
b. Local
Genius kebudayaan
Peradapan
Manusia Papua, Khususnya Suku Dani yang mendiami daerah lembah baliem merupakan
peradapan Suku yang bisa dikatakan masih sangat baru. Suku Dani yang mendiami
daerah Lembah Baliem merupakan salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah
Pegunungan Tengah Papua Selain Suku Dani Wilayah Pegunungan Tengah Papua
didiami oleh suku, Ekari, Moni, Damal, Amugme dan beberapa sub suku lainnya.
Suku
Dani yang mendiami wilayah lembah baliem dan sekitarnya diperkirakan merupakan
suku yang berasal dari wilayah Timur Lembah Baliem atau di kenal dengan nama
daerah yali (pada saat ini masuk dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten
Yahokimo). Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang sering dibicakan oleh orang
tua bahwa nenek moyang suku dani berasal dari orang Yali. Mitos menceritakan
bahwa orang pertama/ manusia pertama suku Dani bernama Pumpa (Pria) dan Nali
nali(Wanita) yang masuk ke Lembah Baliem dari arah timur melalui sebuah Goa.
Ada beberapa sumber yang mengatakan
Goa pertama tempat keluarnya manusia pertama ini berasal dari Goa Kali Huam
(Daerah Siepkosy), ada pula yang mengatakan dari Goa di Daerah Pugima dan
sebagian mengatakan bahwa keluarnya Manusia pertama suku dani ini berasal dari
dari Pintu masuk angin di daerah Kurima.
c. Kearifan
Local Masyarakat
suku dani terdapat suatu
bentuk organisasi yang dibuat oleh orang orang asli suku dani, yang diketuai
oleh kepala suku. dia dipilih secara turun temurun dan mendapat sebuah
panggilan didalam suku dani yaitu “Ap kain”. Didalam menjalankan tugas
tugas nya “Ap Kain” dibantu oleh tiga kepala suku yang lain dibawah
kedudukannya. Mereka mendapat julukan “Ap Menteg, Ap Horeg, dan Ap Ubaik.” Tugas mereka adalah mengurus
perawatan kebun dan binatang-binatang ternak (babi), selain itu juga menjadi
penengah sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku dani. Walaupun jalur pemilihannya
melalui garis keturunan. Ketua suku yang terpilih tetap harus memenuhi beberapa
persyaratan. Persyaratan-persyaratannya meliputi, yaitu :
- Mengetahui
pengetahuan dasar tentang dunia pertanian (ilmu pertanian)
- - Ramah
dan juga rendah hati,
- - Terampil
berburu
- - Memiliki
nyali yang tinggi
- - Bisa
melakukan komunikasi dengan baik
- - Memiliki
keberanian yang tinggi untuk melakukan perang antar suku , apabila ada masalah/
permasalahan dengan suku yang lainnya.
d. Pola
pengasuhan pada masyarakat
Budaya
Suku dani dalam menjalani hubungan bermasyarakat terbagi dalam beberapa system
kekerabatan atau kekeluargaan , berikut system kekerabatan suku dani :
1. Hubungan
kekeluargaan yang paling kecil meliputi sebuah perkumpulan yang terdiri dari
dua sampai tiga keluarga yang secara bersama-sama tinggal disebuah komplek yang
ditutup dengan menggunakan pagar bambu atau tanaman tanaman kering. System ini
biasa dinamakan ukul atau klan yang kecil
2. Hubungan
antar suku dani yang didalamnya terdapat
beberapa kelompok ukul. Kelompok atau system ini biasa disebut ukul oak atau
ukul besar.
3. Hubungan
territorial , yaitu suatu bentuk hubungan antar kekeluargaan disuku dani, yang kesatuannya
terdiri dari terirorial yang paling kecil suku dani. Merupakan gabungan dari
ukul besar / ukul oak yang diberi nama uma kelompok atau kesatuan ini selalu
dipimpin oleh laki – laki
Sistem
kekerabatan masyarakat Dani ada tiga yaitu kelompok kekerabatan, paroh
masyarakat, dan kelompok teritorial.
a. Kelompok kekerabatan yang
terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini
terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks
perumahan yang ditutup pagar (lima).
Pernikahan orang Dani
bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu –
satuan tempat tinggal yang disebut siimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 &
ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku
Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di
sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama
Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga
perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di
luar Moety).
b. Paroh masyarakat.
Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang
disebut ukul oak (klen besar)
c. Kelompok teritorial.
Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah
kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang
patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).
e. Relasi
manusia dan binatang pada kebudayaan
Mereka
hidup diantara belukar, masih memelihara serta mengangkat babi sebagai hewan
peliharaannya atau bisa dikatakan hewan buruannya. Mereka masih menggunakan
teknolo gi Neolitik dari Dunia masa lalu. Ada sekitar kurang lebih 250.000 suku Dani yang hidup di pegunungan
tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di dataran papua yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi
Papua. Suku Dani membangun pondok mereka
dalam suatu senyawa yang baik, dimana
mengekspresikan adaptasi lingkungan dan karakter Dani. Suhu dari dataran
tinggi yang berkisar antara 26 derajat Celcius pada siang hari dan 12 derajat
pada malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora
dan fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri
bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya
f. Relasi
alam dan kebudayaan pada masyarakat
Masyarakat Suku Dani di
Lembah Baliem (1.650 dpl) di Pegunungan Jaya Wijaya, Papua, menggunakan tongkat
sederhana sebagai cangkul pengolah lahan kebun ubi. Sadar atau tidak,
penggunaan teknologi sederhana ini berfungsi dalam konservasi tanah kebun di
lereng bukit (yang memang senstif terhadap erosi dan longsor). Cara lain yang
mereka lakukan untuk mengkonservasi lahan di lereng bukit adalah dengan sistem
bera, yaitu mengistirahatkan lahan kebun bertahun-tahun (bisa sampai 10 tahun)
setelah digunakan selam dua siklus penanaman secara berturut-turut. Dan masih
terdapat beberapa tradisi yang merupakan wujud sistem pengetahuan lokal
terhadap lingkungan.
g. Relasi
agama dan kebudayaan pada masyarakat
Dasar
kepercayaan suku Dani adalah seperti halnya diuraikan di atas yakni menghormati
roh nenek moyang dengan cara menyelenggarakan berbagai ritual upacara yang
dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan / keagamaan yang terpenting
adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara
patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain
:
* Kemampuan atau kekuatan untuk
menyembuhkan penyakit
* Kemampuan atau kekuatan untuk menyuburkan
tanah, dan
* Kemampuan atau kekuatan untuk menjaga
ladang
Sebagai
bentuk penghormatan kepada nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang untuk
nenek moyang mereka yang disebut Kaneka. Selain sebagai perlambang untuk nenek
moyang, dikenal juga Kaneka Hagasir, yakni sebuah upacara keagamaan yang
bertujuan untuk kesejahteraan keluarga, juga ketika mengawali dan mengakhiri
peperangan.
Masyarakat
suku dani juga masih mempercayai kepercayaan akan roh roh pelindung desa,
bahkan juga kepercayaan akan lahan lahan pertanian. Biasanya masyarakat suku
dani juga mengadakan festival-festival atau upacara upacara adat berupa
peperangan antar suku di dataran papua yang bertujuan untuk melindungi desa
dari marabahaya dan mengenang arwah leluhur suku dani.
h. Pelestarian
kebudayaan pada era globalisasi, kasus masyarakat
Kesadaran
yang terus berkembang bahwa penduduk asli yang tinggal di suatu wilayah
terlebih khusus suku dani. telah mempunyai perkembangan tentang pemahaman dan pandangan dari sumberdaya,
lingkungan dan ekosisem setempat, menimbulkan pemikiran bahwa para ahli tidak
boleh semata-mata mengandalkan pada cara-cara ilmiah-resmi dalam memahami suatu
wilayah. Kesadaran ini menjadikan diterimanya pendekatan partisipatif dalam
pembangunan serta tumbuhnya minat untuk mengkombinasikan sistem pengetahuan
lokal dengan pengetahuan ilmiah-modern.
i. Destinasi
dan potensi pariwisata budaya pada masyarakat dani
Kurangnya
perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat menjadikan suku dani menjadi
lebih terisolir dari peradaban masa kini. Yang seharusnya masyarakat suku dani
lebih mandiri menjadi masyarakat yang mencintai alam, akan tetapi semakin
berjalannya tahun masyarakat suku dani sekarang dibandingkan dahulu telahlah
berubah mulai dari telah mengenalnya uang didalam diri mereka.
Faktanya
dahulu kedatangan wisatawan maupun orang asing ke lingkungan suku dani sangat
lah dihormati oleh mereka dengan disambutnya para wisatawan dengan menggunakan
tarian tarian adat asli suku dani. Tapi,
kita lihat sekarang masyarakat suku dani telah materialistik dibanding dahulu
mereka akan menyambut kita dengan baik apabila ada uang atau tips yang kita
berikan, contohnya seperti apabila kita ingin memfoto atau berfoto dengan suku
dani atau tentang peradabannya mereka akan meminta tip atau uang bagi yang
melakukan hal tersebut.
Seharusnya
kita sebagai insan pariwisata dapat melihat nya sebagai suatu problema
kebudayaan yang seharusnya kita bisa kembalikan dan terus kita kembali
lestarikan agar kebudayaan terus terjaga keasliannya tanpa tergeser oleh
modernisasi masa kini, sedikit pesan dari penulis semoga bermanfaat bagi para
rekan rekan sekalian.
Terima
kasih