UAS - KKI 2012, (NIM 4423116705)


Suku Dani, Lembah baliem – Papua
a.     
     Filsafat Hidup Orang Dani

Suku Dani adalah Suatu suku yang mendiami satu wilayah di Lembah Baliem yang dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan juga dahulu terkenal sudah menggunakan alat alat perkakas bahkan disaat diketemukan oleh para ahli, warga suku dani telah mengenal penggunaan perkakas-perkakas seperti: kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang dan lain sebagainya. Mereka hidup diantara belukar, masih memelihara serta mengangkat babi sebagai hewan peliharaannya atau bisa dikatakan hewan buruannya. Mereka masih menggunakan teknologi Neolitik dari Dunia masa lalu.

Ada sekitar kurang lebih  250.000 suku Dani yang hidup di pegunungan tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di dataran papua yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi  di Provinsi Papua.

Suku Dani membangun pondok mereka dalam suatu senyawa yang baik, dimana  mengekspresikan adaptasi lingkungan dan karakter Dani. Suhu dari dataran tinggi yang berkisar antara 26 derajat Celcius pada siang hari dan 12 derajat pada malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.Untuk budaya dari Suku Dani sendiri, meskipun suku Dani penganut Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang. Peperangan dan permusuhan biasanya terjadi karena masalah pelintasan daerah perbatasan, wanita dan pencurian. Pada rekwasi ini, para prajurit biasanya akan membuat tanfa dengan lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan di bagian tubuh mereka. Tangan mereka menenteng senjata-senjata tradisional khas suku Dani seperti tombak, kapak, parang dan busur beserta anak panahnya. Salah satu kebiasaan unik lainnya dari suku Dani sendiri adalah kebiasaan mereka mendendangkan nyanyian-nyanyian bersifat heroisme dan atau kisah-kisah sedih untuk menyemangati dan juga perintang waktu ketika mereka bekerja. Untuk alat musik yang mengiringi senandung atau dendang ini sendiri adalah biasanya adalah alat musik pikon, yakni satu alat yang diselipkan diantara lubang hidung dan telinga mereka. Disamping sebagai pengiring nyanyian, alat ini pun berfungsi ganda sebagai isyarat kepada teman atau lawan di hutan kala berburu.

b.     Local Genius kebudayaan

Peradapan Manusia Papua, Khususnya Suku Dani yang mendiami daerah lembah baliem merupakan peradapan Suku yang bisa dikatakan masih sangat baru. Suku Dani yang mendiami daerah Lembah Baliem merupakan salah satu Suku Terbesar yang mendiami Wilayah Pegunungan Tengah Papua Selain Suku Dani Wilayah Pegunungan Tengah Papua didiami oleh suku, Ekari, Moni, Damal, Amugme dan beberapa sub suku lainnya.

Suku Dani yang mendiami wilayah lembah baliem dan sekitarnya diperkirakan merupakan suku yang berasal dari wilayah Timur Lembah Baliem atau di kenal dengan nama daerah yali (pada saat ini masuk dalam kabupaten Yalimo dan Kabupaten Yahokimo). Sehingga berdasarkan cerita rakyat yang sering dibicakan oleh orang tua bahwa nenek moyang suku dani berasal dari orang Yali. Mitos menceritakan bahwa orang pertama/ manusia pertama suku Dani bernama Pumpa (Pria) dan Nali nali(Wanita) yang masuk ke Lembah Baliem dari arah timur melalui sebuah Goa. Ada beberapa sumber yang mengatakan Goa pertama tempat keluarnya manusia pertama ini berasal dari Goa Kali Huam (Daerah Siepkosy), ada pula yang mengatakan dari Goa di Daerah Pugima dan sebagian mengatakan bahwa keluarnya Manusia pertama suku dani ini berasal dari dari Pintu masuk angin di daerah Kurima.

c.      Kearifan Local Masyarakat


suku dani terdapat suatu bentuk organisasi yang dibuat oleh orang orang asli suku dani, yang diketuai oleh kepala suku. dia dipilih secara turun temurun dan mendapat sebuah panggilan didalam suku dani yaitu “Ap kain”. Didalam menjalankan tugas tugas nya “Ap Kain” dibantu oleh tiga kepala suku yang lain dibawah kedudukannya. Mereka mendapat julukan “Ap Menteg, Ap Horeg, dan Ap Ubaik.” Tugas mereka adalah mengurus perawatan kebun dan binatang-binatang ternak (babi), selain itu juga menjadi penengah sekaligus hakim ketika ada perselisihan antar suku dani. Walaupun jalur pemilihannya melalui garis keturunan. Ketua suku yang terpilih tetap harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan-persyaratannya meliputi, yaitu :

-       Mengetahui pengetahuan dasar tentang dunia pertanian (ilmu pertanian)
-      -   Ramah dan juga rendah hati,
-      - Terampil berburu
-      - Memiliki nyali yang tinggi
-      - Bisa melakukan komunikasi dengan baik
-      - Memiliki keberanian yang tinggi untuk melakukan perang antar suku , apabila ada masalah/ permasalahan dengan suku yang lainnya.

d.    Pola pengasuhan pada masyarakat

Budaya Suku dani dalam menjalani hubungan bermasyarakat terbagi dalam beberapa system kekerabatan atau kekeluargaan , berikut system kekerabatan suku dani :

1.    Hubungan kekeluargaan yang paling kecil meliputi sebuah perkumpulan yang terdiri dari dua sampai tiga keluarga yang secara bersama-sama tinggal disebuah komplek yang ditutup dengan menggunakan pagar bambu atau tanaman tanaman kering. System ini biasa dinamakan ukul atau klan yang kecil
2.    Hubungan antar suku dani yang didalamnya  terdapat beberapa kelompok ukul. Kelompok atau system ini biasa disebut ukul oak atau ukul besar.
3.    Hubungan territorial , yaitu suatu bentuk hubungan antar kekeluargaan disuku dani, yang kesatuannya terdiri dari terirorial yang paling kecil suku dani. Merupakan gabungan dari ukul besar / ukul oak yang diberi nama uma kelompok atau kesatuan ini selalu dipimpin oleh laki – laki

Sistem kekerabatan masyarakat Dani ada tiga yaitu kelompok kekerabatan, paroh masyarakat, dan kelompok teritorial.
a. Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat suku Dani adalah keluarga luas. Keluarga luas ini terdiri atas tiga atau dua keluarga inti bersama – sama menghuni suatu kompleks perumahan yang ditutup pagar (lima).

Pernikahan orang Dani bersifat poligami diantaranya poligini. Keluarga batih ini tinggal di satu – satuan tempat tinggal yang disebut siimo. Sebuah desa Dani terdiri dari 3 & ndash; 4 slimo yang dihuni 8 & ndash; 10 keluarga. Menurut mitologi suku Dani berasal dari keuturunan sepasang suami istri yang menghuni suatu danau di sekitar kampung Maina di Lembah Baliem Selatan. Mereka mempunyai anak bernama Woita dan Waro. Orang Dani dilarang menikah dengan kerabat suku Moety sehingga perkawinannya berprinsip eksogami Moety (perkawinan Moety / dengan orang di luar Moety).
b. Paroh masyarakat. Struktur masyarakat Dani merupakan gabungan beberapa ukul (klen kecil) yang disebut ukul oak (klen besar)
c. Kelompok teritorial. Kesatuan teritorial yang terkecil dalam masyarakat suku bangsa Dani adalah kompleks perumahan (uma) yang dihuni untuk kelompok keluarga luas yang patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki).


e.     Relasi manusia dan binatang pada kebudayaan

Mereka hidup diantara belukar, masih memelihara serta mengangkat babi sebagai hewan peliharaannya atau bisa dikatakan hewan buruannya. Mereka masih menggunakan teknolo gi Neolitik dari Dunia masa lalu. Ada sekitar kurang lebih  250.000 suku Dani yang hidup di pegunungan tengah. Lembah Baliem. Salah satu suku tertua di dataran papua yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi  di Provinsi Papua.  Suku Dani membangun pondok mereka dalam suatu senyawa yang baik, dimana  mengekspresikan adaptasi lingkungan dan karakter Dani. Suhu dari dataran tinggi yang berkisar antara 26 derajat Celcius pada siang hari dan 12 derajat pada malam hari. Hutan-hutan di mana suku Dani bermukim sangat kaya akan flora dan fauna yang tak jarang bersifat endemic seperti cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya

f.      Relasi alam dan kebudayaan pada masyarakat

Masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem (1.650 dpl) di Pegunungan Jaya Wijaya, Papua, menggunakan tongkat sederhana sebagai cangkul pengolah lahan kebun ubi. Sadar atau tidak, penggunaan teknologi sederhana ini berfungsi dalam konservasi tanah kebun di lereng bukit (yang memang senstif terhadap erosi dan longsor). Cara lain yang mereka lakukan untuk mengkonservasi lahan di lereng bukit adalah dengan sistem bera, yaitu mengistirahatkan lahan kebun bertahun-tahun (bisa sampai 10 tahun) setelah digunakan selam dua siklus penanaman secara berturut-turut. Dan masih terdapat beberapa tradisi yang merupakan wujud sistem pengetahuan lokal terhadap lingkungan.

g.     Relasi agama dan kebudayaan pada masyarakat

Dasar kepercayaan suku Dani adalah seperti halnya diuraikan di atas yakni menghormati roh nenek moyang dengan cara menyelenggarakan berbagai ritual upacara yang dipusatkan pada pesta babi. Konsep kepercayaan / keagamaan yang terpenting adalah Atou, yaitu kekuatan sakti para nenek moyang yang diturunkan secara patrilineal (diturunkan kepada anak laki-laki). Kekuasaan sakti ini antara lain :

    * Kemampuan atau kekuatan untuk menyembuhkan penyakit
    * Kemampuan atau kekuatan untuk menyuburkan tanah, dan
    * Kemampuan atau kekuatan untuk menjaga ladang

Sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyangnya, suku Dani membuat lambang untuk nenek moyang mereka yang disebut Kaneka. Selain sebagai perlambang untuk nenek moyang, dikenal juga Kaneka Hagasir, yakni sebuah upacara keagamaan yang bertujuan untuk kesejahteraan keluarga, juga ketika mengawali dan mengakhiri peperangan.

Masyarakat suku dani juga masih mempercayai kepercayaan akan roh roh pelindung desa, bahkan juga kepercayaan akan lahan lahan pertanian. Biasanya masyarakat suku dani juga mengadakan festival-festival atau upacara upacara adat berupa peperangan antar suku di dataran papua yang bertujuan untuk melindungi desa dari marabahaya dan mengenang arwah leluhur suku dani.

h.     Pelestarian kebudayaan pada era globalisasi, kasus masyarakat

Kesadaran yang terus berkembang bahwa penduduk asli yang tinggal di suatu wilayah terlebih khusus suku dani. telah mempunyai perkembangan tentang  pemahaman dan pandangan dari sumberdaya, lingkungan dan ekosisem setempat, menimbulkan pemikiran bahwa para ahli tidak boleh semata-mata mengandalkan pada cara-cara ilmiah-resmi dalam memahami suatu wilayah. Kesadaran ini menjadikan diterimanya pendekatan partisipatif dalam pembangunan serta tumbuhnya minat untuk mengkombinasikan sistem pengetahuan lokal dengan pengetahuan ilmiah-modern.

i.       Destinasi dan potensi pariwisata budaya pada masyarakat dani
Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat menjadikan suku dani menjadi lebih terisolir dari peradaban masa kini. Yang seharusnya masyarakat suku dani lebih mandiri menjadi masyarakat yang mencintai alam, akan tetapi semakin berjalannya tahun masyarakat suku dani sekarang dibandingkan dahulu telahlah berubah mulai dari telah mengenalnya uang didalam diri mereka.

Faktanya dahulu kedatangan wisatawan maupun orang asing ke lingkungan suku dani sangat lah dihormati oleh mereka dengan disambutnya para wisatawan dengan menggunakan tarian tarian adat asli suku dani.  Tapi, kita lihat sekarang masyarakat suku dani telah materialistik dibanding dahulu mereka akan menyambut kita dengan baik apabila ada uang atau tips yang kita berikan, contohnya seperti apabila kita ingin memfoto atau berfoto dengan suku dani atau tentang peradabannya mereka akan meminta tip atau uang bagi yang melakukan hal tersebut.

Seharusnya kita sebagai insan pariwisata dapat melihat nya sebagai suatu problema kebudayaan yang seharusnya kita bisa kembalikan dan terus kita kembali lestarikan agar kebudayaan terus terjaga keasliannya tanpa tergeser oleh modernisasi masa kini, sedikit pesan dari penulis semoga bermanfaat bagi para rekan rekan sekalian.
Terima kasih



0 Responses