TATA
CARA MAKAN MASYARAKAT DI DESA WISATA PENTING SARI
Narasumber
:
Nama : Ibu Muju
Umur : 65 Tahun
Asal : Asli warga Desa Pentingsari
Nama : Ibu Muju
Umur : 65 Tahun
Asal : Asli warga Desa Pentingsari
Permulaan
Awalnya
desa wisata penting sari ini memakai peralatan masaknya yang dikenal dengan
istilah Luweng merupakan salah satu bukti betapa luasnya perjuangan Pangeran Diponegoro dalam
mengusir penjajah Belanda di Yogyakarta , luweng pada saat itu digunakan
sebagai alat masak warga dusun Pentingsari dalam menyediakan konsumsi bagi
tentara Pangeran Diponegoro, disamping sebagai tempat persembunyian bila dalam
posisi terdesak. Alat masaknya mulai dari tengku (kayu), kettle (wajan), berek
(isi bumbu) dll.
Setelah
beberapa waktu lamanya masyarakat mulai menggunakan peralatan masak yang
modern. Masyarakat memulainya dari tempat masaknya sampai alat makan yang
digunakan. Masyarakat desa penting sari
terbiasa dengan pola hidup yang sederhana. Mulai dari alat masak, tata cara
makan, sampai kebudayaan yang masih terjaga. Ibu muju narasumber yang saya
wawancara bercerita bahwa dahulu kelurganya menggunakan daun pisang sebagai
wadah makanan mereka akan teteapi sekarang mereka telah memakai piring.
Tata
cara makan
- * Di
acara-acara tertentu
Untuk acara-acara tertentu seperti ruan (doa untuk para
leluhur untuk pengampunan dosa) dengan membuat kue atau kenduri, tata cara
makan tidak terdapat di acara ini karena hanya tradisi membuat kue ataupun
makan bersama. Biasanya tata cara dalam makan pada acara-acara tertentu
menggunakan tangan dan menikmati makananya secara bersama dalam satu tumpeng
yang terdiri dari lauk pauk yang berkeliling disekitar nasi tersebut.
* Di kelurga
Pola makan dalam keluarga, ibu muju sendiri apabila
sedang makan bersama dengan keluarga persiapan pertama yaitu dengan pengelolaan
makanan. Makanan yang sudah siap disajikan di ruang makan dan ditata menurut
keperluan seperti, nasi, lauk,sayur dll. Posisi pada saat makan pada makan
bersama di keluarga apabila sudah menikah dan mempunyai anak, seorang anak yang
masih balita akan duduk mendekat dengan ibunya agar dapat menyuapi.
Setelah itu posisi duduk
masyarakat desa penting sari sama saja dengan masyarakat umumnya yaitu bapak
dan ibu (orang tua) duduk berdekatan. Kemudian dilanjutkan dengan anak pertama
disebelah bapak, anak kedua sebelah ibu berselang seling sesuai urutan dan
apabila anak pertama atau anak kedua
sudah menikah dan mempunyai anak,
yang duduk didekat orangtua adalah yang laki-laki maskipun anak pertama
tersebut perempuan karena yang perempuan akan duduk disebelah anaknya untuk
menyuapi bagi anak yang masih balita
Tempat
keluarga itu sendiri apabila makan di meja makan, sedangkan apabila lesehan
biasanya posisi duduk laki-laki yaitu bersilang dan untuk perempuan kakinya
dirapat atau yang dikenal sebagai
istilah timpuh. Setelah posisi kemudian tata cara dalam proses makan yaitu
selama makan tersebut tidak boleh mengngobrol. Dalam penggambilan makanan
biasanya orang tua yang terlebih dahulu diambilkan oleh anaknya dan untuk yang
berkelurga, istri menggambil makananya untuk suaminya. Selanjutnya, ibunya
menggambilkan makanan untuk anak-anaknya dan begitu seterusnya dari yang tua sampai
yang termuda. Dalam keluarga bu muji biasanya mereka menggunakan tangan tanpa
sendok dan untuk makanan yang berkuah memakai sendok akan tetapi tidak di
konsumsi oleh seorang ibu yang baru bersalin(tigkeh) selama 35 hari.