Bab 5 sistem ekonomi

Sistem ekonomi
Sistem ekonomi bagi orang Dayak di Kalimantan Tengah terdiri atas empat macam, yaitu berladang, berburu, mencari hasil hutan dan ikan, menganyam.
Dalam berladang mereka mengembangkan suatu sistem kerja sam dengan cara membentuk kelompok gotong-royong yang biasanya berdasarkan hubungan tetanggaan atau persahabatan. Masing-masing kelompok terdiri atas 12-15 orang yang secara bergiliran membuka hutan bagi-bagi ladang masing-masing anggota. Apabila kekurangan tenaga kerja laki-laki maka kaum wanita dapat menggantikan pekerjaan kasar itu, misalnya membuka hutan, membersihkan semak-semak, dan menebang pohon-pohon.
Siklus pengerjaan ladang di Kalimantan sebagai berikut :
  1. Pada bulan Mei, Juni atau Julio rang menebang pho-pohon di hutan, setelah penebangan batang kayu, cabang, ranting, serta daun dibiarkan mengering selama 2 bualan.
  2. Bulan Agustus atau September seluruh batang, cabang, ranting, dan daun tadi harus dibakar dan dan bekas pembakaran dibiarkan sebagai pupuk.
  3. Waktu menanam dilakukan pada bulan Oktober.
Bulan Februari dan Maret, tibalah musim panen, sedangkan untuk membuka ladang kembali, orang Dayak melihat tanda-tanda alam seperti bintang dan sebagainya serta memperhatikan alamat-alamat yang diberikan oleh burung-burung atau binatang-binatang liar tertentu. Jika tanda-tanda ini tidak dihiraukan maka bencana kelaparan akibat gagalnya panen akan menimpa desa.
Peralatan perladangan
Tamparang adalah untuk membuat lubang pada kayu.
Ambang sejenis mandau
beliung adalah sejenis kapak yang gunanya untuk menebang pohon.
Ranggaman adalah alat pemotong padi.
Balakon terbuat dari anyaman rotab untuk mengangkat padi.
peralatan menangkap ikan
Pisi adalah pancing kecil yang bertangkai gunanya untuk menangkap ikan kecil.
Banjur untuk menangkap ikan besar.
Sakang untuk menangkap buaya.
Rawai untuk menangkap ikan.
Duhuk adalah alat penangkap ikan yang terbentuk dari tombak bermata dua. Duhuk hampir sama dengan tampuling hanya ukurannya lebih kecil dan pada umumnya duhuk digunakan untuk menangkap atau berburu ikan. Di bagian ujungnya dipasang besi runcing dan pada sudutnya diberi kaitan semacam kancing yang biasa di sebut ahau atau lanjau sehingga tancapan ujung tomabng pada tubuh binatang buruan tidak mudah lepas. Keistimewaan alat ini terlepasa secara otomatis apabila mengenani sasaran.  Oleh karena itu pada pangkal tombak di ikat seutas tali yang berfungsi sebagai alat penarik binatang yang kena sasaran.

Dahiling atau Tangguk
Dahiling atau Tangguk atau sauk ialah alat penangkap ikan terutama ikan-ikan kecil di rawa atau di sungai kecil yang airnya dangkal. Ikan berukuran besarpun tidak terkecuali dapat tertangkap dengan alat ini asalkan ikan-ikan tersebut sedang berada di daerah rawa yang berlumpur dan bersembunyi di sela-sela akar-akar pohon atau diantara bebatuan dan masuk dilubang-lubang tanah. Bahan pembuatan dahiling atau tangguk ialah bambu atau rotan. Dasarnya berbentuk cekung dan atasnya berbentuk elips dan terbuka. Ukurannya bervariasi.

Tangkalak
Tangkalak ialah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung memanjang  dan ruangnya menyempit sehingga ikan yang telah masuk kedalam tidak bisa keluar karena tidak bisa membalikkan atau memutar tubuhnya. Ukuran Tangkalak  bervariasi sesuai selera dan jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan.

Sentapo
Sentopo alat penangkap ikan, yang berbentuk tabung memanjang, bagian tengah diberi ahau dan dindingnya diberi duri-duri. Sehingga apabila ada ikan besar bersisik tebal masuk sentapo, tidak dapat keluar lagi karena badannya akan melekat pada duri-duri tersebut.

Pasuran
Pasuran adalah alat penangkap ikan kecil-kecil. Bentuknya seperti tabung dan terbuat dari rotan atau bambu. Pada dinding dibuat lubang yang gunanya untuk tempat menancapkan tabung kecil yang ujungnya diberi ahau. Apabila ikan masuk ketabung kecil yang telah diberi umpan, maka ikan tidak bisa keluar karena terhalang ahau.

Rawai
Rawai ialah alat penangkap ikan dengan cara dipancing. Tali rawai dari serat kayu tengang atau boleh juga tali nilon. Caranya tali rawai diulur panjang dan diperkirakan sampai mencapai dasar sungai. Sebelum dilemparkan ke sungai,  pada tali rawai terlebih dahulu diikat mata kail dengan ukuran yang bervariasi, pada mata kail diberi umpan, baru kemudian diberi pemberat dan dilemparkan ke sungai. Dibagian sebelah atas dipasang pelampung yang terbuat dari bambu.

Tukung
Perangkap ikan yang terbuat dari bambu dan diikat rotan. Perangkap ini dibangun permanen di dalam sungai atau danau, terutama di daerah yang banyak ikannya. Ukuran tukung bermacam-macam sesuai kebutuhan. Tingginya diusahakan mencapai batas air pasang, dan luasnya sekitar dua sampai tiga meter. Pada bagian atas tukung  diberi tutup  yang tidak permanen, sehingga pada saat air pasang banyak ikan terperangkap dan ketika air surut ikan-ikan tersebut telah aman berada di dalam tukung. Pintu masuk disediakan pada bangunan tukung, gunanya untuk jalan masuk pemilik tukung ketika ia menyelam dan memasuki bangunan tukung untuk menangkap ikan yang terperangkap di dalam tukung . Umumnya ikan-ikan yang terperangkap berukuran besar. Sambil menyelam, pemilik tukung mahauk lauk yaitu menangkap ikan dengan alat semacam jaring yang bertangkai.  Ikan-ikan yang terjaring, dibawa ke permukaan sungai atau danau dan diterima oleh salah seorang yang bertugas mengamankan ikan yang telah terjaring di dalam perahu, dan pemilik meneser atau menyelam kembali ke dalam tukung untuk menangkap ikan lainnya.
Pisi
Pancing kecil yang bertangkai, gunanya untuk menangkap ikan-ikan kecil.

Banjur
Banjur digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar, umpannya adalah ikan hidup, biasanya tanpa menggunakan tangkai pancing dan tali banjur diikat dipohon kayu. Ikan besar yang tertangkap hanya seekor saja.

Buwu Tali
Ditunggu dengan perahu, dan tali dipegang. Untuk menangkap ikan atau buaya.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rengge, Tampirai, Pasuran, Takalak, Telung, Haup, Jala, Pasat, Hancau, Siap, Hantai, Rawai Banjur, Panggilar/pengilar, Pikat, Embang, Rempa, Buwu Puring, Takalak Liau, Tambu, Lukah, Tangkawing, Hempeng/Hampang, Serapang, Bubu/Buwu, Kabam, Tambak udang, Salambau, Jebuk, Rakep, Ringkap, Banjur,  Tukung, Lurang, Santagi, Salahawu.  
Cara menangkap ikan
Maneser tukung
Menyelam dan menangkap ikan yang terperangkap dengan jenis alat yang disebut mahauk yaitu sejenis jala yang bertangkai.
Menyauk
Menangkap ikan dengan alat yang disebut sauk, seolah menyaring air, dan ikan yang tertangkap tertinggal sauk.
Manuba
Meracuni air di sungai atau danau untuk menangkap ikan.
Sepan-sepan
Sumber air yang rasanya asin dan digemari oleh binatang buruan seperti kijang, rusa bahkan jenis burung menyukainya.pada jam 4 sore berduyung-duyung binatang buruan mendatangi tempat itu untuk minum air asin yang terasa hangat. Dan para pemburu telah menunggu untuk memburunya. Caranya sepan tiruan mengumpulkan batang kelapa yang kemudian dibubuhi garam maka binatang buruan akan berdatangan.
Sansuruj adalah alat penjebak untuk berburu binatang khusus pelanduk atau kancil.
Sangkatok adalah alat berburu sejenis jerat khusus untuk menjerat tupai, tikus dan binatang lainnya. Sangkatok terbuat dari bambu.
Mamisi yaitu memancing
Manjala yaitu menjala ikan
Peralatan berburu
Tampulinga alat berburu berbentuk menyerupai duhuk alat penangkap ikan hanya ukurannya lebih kecil. Seperti tombak bermata dua dan tangkainya terbuat dari bambu berukuran 1,75 meter. Pada ujung tombak di beri kaitan semacam kancing yang biasa disebut ahau atau lanjau agar tancapan ujung tombak tidak mudah terlepas. Keistimewaan alat ini yaitu ujung tombak dapat terlepas otomatis apabila mengenai sasaran sehingga pada pangkal tombak diikat seutas tali yang berfungsi sebagai alat penaruk binatang yang kena sasaran.
jarat atau jebakan ikan.
Tambuwung yaitu menangkap ikan buruan dalam keadaan hidup. Caranya dengan menggali lubang dibawah tanah dengan kedalam sekitar 2 meter. Di dalam lubang tidak diberi senjata tajam. Dibagian atas lubang ditutupi ranting-ranting pohon dan dedaunan kering, sehingga binatang yang lewat jatuh dan terperangkap kedalam lubang. terkadang manusia juga bisa tererangkap. Oleh karena itu bagi siapapun yang berjalan di hutan harus berhati-hati dan mengamati salugi yaitu bambu runcing yang diletakan di daerah sekitar situ, arah bambu menunjukan arah tambuwung. salugi semacam pemberitahuan kepada yang lewat di daerah tersebut bahwa di daerah itu ada Tambuwung. Apabila manusia yang terperangkap berarti kesalahan sendiri karena tidak melihat rambu-rambu di hutan.

Sangguh sipet adalah tempat anak sumpitan yang berbentuk tabung.
Sambulut adalah perangkap burung yang terbuat dari getah rekat. Burung yang hinggap akan merekat dan tidak dapat lepas sampai pemilik sambuluh datang.
Katek adalah ketapel untuk penangkap burung,

Florus, P, Djuweng, S., Bamba, J., Andas Putra, N. (ed.). 1994. Kebudayan Dayak: Aktualisasi dan Transportasi. LP3S – Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
0 Responses