BAB 8 Sistem Kesenian Kebudayaan Suku Mandar

Kesenian Kebudayaan Suku Mandar
Pattuqduq
Seni gerak tradisional atau tari dalam bahasa Mandar disebut “TUQDUQ” dan pelakunya disebut “PATTUQDUQ”. Dahulu pada pemerintahan raja-raja di Mandar pattuqduq digolongkan atas 3 (tiga) macam menurut stratifikasi pelaku dan kebutuhannya yaitu : Pattuqduq anaq pattola paying , oleh bangsawan penuh. Pattuqduq anaq pattola tau pia, oleh keturunan hadat (masing-masing dipertunjukkan apabila ada upacara kerajaan). Pattuqduq tau biasa,oleh orang umum, dipertunjukkan apabila sewaktu-waktu ada acara raja dan anggota hadat dipertunjukkan sebagai hiburan rakyat.
Jenis tari tradisional ini adalah :
- Sarwadang  Kumabaq  Cakkuriri  Palappaq - Losa-losa  Sawawar  Sore - Dego
Pelakunya ada khusus anak-anak gadis ada pula khusus anak-anak putra. Dilakukan dengan ayunan tangan yang lemah lembut dan gerakkan kaki yang seirama dengan pukulan genang.Gerakan ke depan dengan angkat dan uluran tangan ke samping serta tebaran kipas silih berganti jongkok putar dan berdiri lalu maju dan seterusnya. Dewasa ini di samping tuqduq tradisional yang modernisasi juga telah bermunculan pula tari kreasi baru seperti : Tari Tomassengaq, Tari Pahlawan, Beruq-beruq to Kandemeng, Tari Layang-layang, Tengga-tenggang Lopi, Parri-Parriqdiq, Toaja dll. Di  dalam melaksanakan acara ini para pemain menggunakan keris dengan sebagai berikut :
1. Pelakunya jongkok,lutut sebelah kiri bertumpuh ke tanah.
2. Sementara mengucapkan Sumpah Setia teqo (gagang) keris dipegang terus dengan tangan kanan.
3.  Selesai mengucapkan Sumpah Setia, secepat kilat keris dicabut dari sarungnya dengan :
- Tidak boleh melintasi tubuh raja yang akan menerima Ikrar atau Sumpah Setia itu. Bila terjadi sengaja atau tidak dianggap kurang sopan dan dapat dipassala (dihukum).
- Ujung keris mengarah ke belakang, atau ke kiri.
Ikrar yang diucapkan berlain-lainan, disesuaikan dengan jabatan tingkatan orang yang memanna. Misalnya di kerajaan Pamboang terdiri atas :
- Famili raja yang tidak punya jabatan.
- Anggota Hadat
- Andongguru joaq matoa dan malolo
- Sariang, Kalula, dll.
Seni Vokal dan Instrumental
Seni vokal orang Mandar dapat dikenal melalui lagu-lagu rakyat antara lain:
a. Ayngang Peondo (lagu untuk menina-bobokkan anak)
b. Ayangang Meqdaq (lagu yang dinyanyikan dengan iringan petikan kecapi sambil menyidir pemuda yang kena sindiran masuk di tengah arena peqoro untuk mappaccoq). Acara meqdaq ini dapat dilakukan pada waktu malam dan dapat berlangsung sampai larut malam.
c. Ayangan Toloq (lagu yang dinyanyikan dengan iringan keke atau kecapi), dilakukan pada waktu malam. Isi nyanyian yang dibawakan menggambarkan atau memaparkan suatu kejadian atau peristiwa, baik berupa biografi seseorang maupun romantis.
d. Ayangan Tipalayo (lagu yang dinyanyikan oleh seseorangdengan iringan kecapi untuk menyalurkan perasaan rindu lelaki terhadap pujaannya atau kekasihnya). Biasanya dinyanyikan pada saat bulan purnama dikala seseorang sedang rindu kepada sang kekasih. Ayangan ini ada 2 (dua) macam yaitu :
- Tipalayo Biasa
- Tipalayo Canandi
Ayangan Tipalayo ini pada mulanya muncul di Luaor Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene oleh seorang pemuda nelayan ketika sedang di laut lepas menangkap ikan.Untuk melawan kantuk dan sementara dimabuk rindu kepada sang kekasih gadis pujaan yang ada di kampong halaman. Karena kebetulan perawakan tubuh sang kekasihnya tinggi semampai, maka dengan spontan menyanyilah sang pemuda tersebut dengan ayangan tersendiri yang dimulai dengan kata “TIPALAYO”. Kosa kata Tipalayo ini terdiri dari dua buah kata dasar yakni ; tipa dari kata matipa yang artinya lemah lembut atau semampai , layo sama denagn malayo atau malinggao yang artinya tinggi. Jadi “TIPALAYO” artinya “TINGGI SEMAMPAI”. Selanjutnya lagu tersebut popular dengan nama “AYANGANG TIPALAYO”. Demikian populernya ayangan ini, maka kata Tipalayo ini diabadikan.
e. Ayangang Nasauaq Dialangang (lagu untuk menjemput Ammana I
I Wewang seorang raja juga seorang pahlawan menentang penjajah Belanda yang dibuang ke Belitung).
f. Ayangang Buraq Sendana (lagu yang diciptakan oleh permaisuri seorang  raja Balanipa bergelar Toniallung di Kaeli) untuk menyalurkan perasaannya rindunya kepada sang suami yang tak kunjung datang (kembali ke Balanipa).
g. Ayangan Sayang-sayang (lagu yang menyatakan perasaan rindu dan cinta kasih di kalangan muda-mudi ). Biasanya dibawakan oleh oleh dua orang penyanyi secara berbalasan dan diiringi ndengan petikan gitar.
h. Ayangan Tomenjari Luyung (lagu yang memithoskan seorang ibu yang menjelma menjai seekor ikan duyung yang meninggalkan seorang anak yang masih menyusu).
i. Dan beberapa lagu klasik lainnya seperti : Andu-andu ruqdang (berasal dari kata andiq-andiq duruqdang), Kelloqmaq, Gayueq, Kanjilo dll.
Lagu-lagu klasik pada zamannya itu biasanya dilagukan dengan iringan alat-alat instrumental tradisional pula seperti :
- Kecaping, Sattung, alat nikoqbiq (dipetik)
- Suling, keke; alat nituei (ditiup)
- Gesoq; alat nigesoq (digesek)
- Jarumbing ; alat nepettuttuang (dipukulkan)
- Ganrang, gong, tawaq-tawaq, calong, katto-kattoq, alat nituttuq (dipukul)
Lagu-lagu yang telah dimodernisir dan lagu-lagu modern dibawakan oleh para biduan dengan iringan alat-alat instrumental modern pula melalui group-group musik dan Band yamg sedang bermunculan di daerah ini oleh seniman putra-putri Mandar sendiri yang cukup berbakat.
Lagu-lagu tersebut antara lain : Battu Timor, Diwattu Talloqbeqna, Passurunggaqi Salili, Tengga-tenggang Lopi, Tunggara Pallariko, Duriang Anjoro Pitu, Rapang Daiq Timbogading, Abaga, Pappukaq dll.
j. Untuk menghibur orang-orang sakit adanya suatu ayangang yang disebut  “Ayangang Layauela”, nyanyian yang bersifat menyembuhkan penyakit ; sama dengan pelipur lara. Biasanya dinyanyikan oleh 2 (dua) orang dukun secara bersamaan.
Seni Rias
Macam seni rias tradisional orang Mandar adalah :
1.      Rias pada tubuh, simbolong atau kondeq (sanggul = gulungan rambut di kepala), tappu-tappung (bedak dari beras untuk rias pada muka perempuan, gincu (pemerah bibir khusus wanita), paccilaq (penghitam alis khusus perempuan).
2.     Rias pada pakaian : gallang (gelang pada lengan wanita), atti-atting (anting-anting), paku-paku (sejenis anting-anting), beros (peniti dari emas), ratte-ratte (kalung rantai), tombi-tombi (kalung pada anak-anak wanita), simaq-simang (gelang untuk anak-anak wanita).
3.     Rias untuk pattuqduq seperti : kawariq (kalung besar), gallang balleq (gelang lebar), dali (subang) dan bakkar.
4.     Baju tradisional untuk pakaian adapt bagi wanita adalah pasangang (warna merah, hijau dan ungu) yang masih gadis dan baju pokko warna sembarang. Pasangang (warna putih, biru atau hitam) yang sudah kawin.
5.     Sarung, pada umumnya sarung sutra dikenakan apabila menhadiri suatu acara atau hal-hal yang dianggap penting dengan corak bermacam-mcam misalnya :
- Sureq padada : warna dasar merah, bergaris-garis putih dan biru atau hitam.
- Sureq lowing : tidak punya warna dasar corak besar-besar dengan warna merah jambu, coklat, hijau dll.
- Sureq pengulu : warna dasar hitam bergaris-garis putih dan coklat tua.
- Sureq tunggeng : warna dasar sembarang seperdua dari sarung itu coraknya dibuat berlawanan.
- Sureq pandeng kammuq : warna dasar ungu, bergaris-garis putih, coklat dll.
- Untuk laki-laki songkok. Sokkoq ada 3 macam yakni : Sokkoq lotong (kopiah hitam), sokkoq Bone) dan saputangan (destar).
Khusus songkok hitam, pemasangannya harus sedemikian rupa, tidak terlalu miring ke samping kanan atau kiri tidak mencuat ke muka atau ke belakang sebab akan mudah atuh dan dianggap kurang sopan. Dan pemasangan melintang, berarti orangnya lapar atau kurang sehat.
Teknik membuat sarung Mandar
Benang sutera dimasak dengan pewarna dari daun-daunan sesudahnya dimasak, dicici lagi bersih-bersih, setelah itu barulah digulung dan selanjutnya ditenun.Pada umumnya sarung Mandar warnanya suram, seperti hitam, merah tua, coklat tua.


Seni Rupa
Hasil seni rupa yang dapat kita nikmati sebagai hasil seni rupa orang Mandar antara lain kita jumpai pada :
- Kayu puncak Qubah mesjid Al-Fatah Kec.Pamboang (Mesjid Agung Pamboang yang didirikan oleh Siiyed Zakaria dan RM.Suryo Dilogo terukir dengan motif huruf Arab atau Al-Qur”an.
- Jeppang (lesplan rumah ujung dan pangkal) dengan motif naga dan tumbuh-tumbuhan.
- Tiang bendera Kerajaan Balanipa “ISORAI” (Sinar Kemenangan) di mana wajah Arayang Todialing dan Puatta I Saranati dipahatkan sebelah-menyebelah.
- Butung-butung (kayu pada pertemuan ujung jeppang sebelah atas) dengan motif garis, daun dan bunga.
- Paqaling-aling (kayu bengkok kecil yang diinjak pada bual atau alat bongkar tanah.
- Teqo dan guma gayang (gagang dan sarung keris) dengan motif garis dan tumbuh-tumbuhan.
- Pammaluq, Passa, Talutang (masing-masing alat tenun) diukir dengan motif garis dan bidang-bidang segi empat,lingkaran dan segi tiga.
- Pamarung (puncak bagian muka belakang perahu baqgoq) dengan motif tumbuh-tumbuhan dan pada umumnya diberi warna hijau.
- Tindaq batu (batu nisam dengan motif garis tumbuh-tumbuhan).
- Tappere (tikar yang dibunga dengan pinggir yang berbagai macam corak dan pada umumnya kombinasi warna-warna merah hijau dan kuning.
- Suling (alat seni) dengan motif garis bidang-bidang segi empat dan lingkaran dengan warna hitam.
- Lariq (pion kayu pada dinding) dengan motif garis, daun, bunga dan lingkaran.
- Hiasan-hiasan dinding dengan motif warna yang serasi dari bahan kain dan benang.

Ahmad, 2007. Monografi Kebudayaan Mandar di Kabupaten Majene, Dinas P & K
kabupaten Majene, Bidang Binmudorabud Seksi Budaya.


0 Responses