BAB
V
SISTEM
MATA PENCAHARIAN/SISTEM EKONOMI SUKU SASAK
Secara tradisional mata pencaharian terpenting dari sebagian besar orang
Sasak adalah dalam lapangan pertanian. Dalam lapangan pertanian mereka bertanam
padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedele,
sorgum. Selain itu, mereka mengusahakan kebun kelapa, tembakau, kopi, tebu.
Perternakan merupakan mata pencaharian sambilan. Mereka beternak sapi, kerbau
dan unggas. Mata pencaharian lain adalah usaha kerajinan tangan berupa anyaman,
barang-barang dari rotan, ukir-ukiran, tenunan, barang dari tanah liat, barang
logam, dan lain-lain. Di daerah pantai mereka juga menjadi nelayan. Dalam
rangka mata pencaharian tadi mereka menggunakan teknologi berupa pacul (tambah),
bajak (tenggale), parang, alat untk meratakan tanah (rejak), kodong,
ancok, dan lain-lain.
Menurut data dari pemerintah Lombok
Timur, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar dari
sektor pertanian (59,55 %), selebihnya dari sektor perdagangan, hotel ,
restauran 11,95 %; jasa-jasa 9,14 %; industri 8,83 % dan lain-lain 10,53 %.
Keadaan ini juga diperlihatkan dari pola penggunaan lahan yang ada, yaitu
permukiman 5,01 %; pertanian (sawah, lahan kering, kebun, perkebunan) 48 %;
hutan 34 %; tanah kosong (tanduns, kritis) 1 %; padang (alang, rumput dan
semak) 9 %; perairan 0,6 %; pertambangan 0,2 % dan lain-lain penggunaan 5 %.
Salah satu yang menjadi ciri khas dari suku sasak di
Lombok – Nusa Tenggara Barat adalah para wanita suku Sasak yang pandai menenun.
Hasil tenun yang terkenal yaitu Tenun Ikat yang dihasilkan oleh tangan-tangan
terampir wanita suku sasak. Bagi masyarakat suku sasak, kedewasaan wanita yang
siap untuk berkeluarga dapat dilihat dari seberapa pandai wanita tersebut
membuat kain tenun ikat. Ini bisa dijadikan acuan bahwa wanita suku sasak yang
sudah pandai menenun, dia sudah dianggap menjadi wanita dewasa dan layak
berkeluarga. Keahlian menenun juga akan berdampak baik bagi kehidupan keluarga
nantinya. Dengan pandai menenun, wanita suku sasak dapat membantu perekonomian
keluarga yang biasanya para lelaki suku sasak hanya mendapatkan uang dari hasil
berkebun atau berladang.
Para wanita suku sasak
sudah sejak dari kecil diajarkan bagaimana cara menenun yang baik dan benar,
wajar bila kita berkunjung ke Lombok dan menemui banyak wanita-wanita tua yang
masih terampil menenun, karena dia sudah belajar menenun sejak kecil.
Kain tenun yang
dihasilkan oleh suku sasak , Lombok – Nusa Tenggara Barat dibuat dengan
cara-cara yang masih sangat tradisional. Alat-alat tradisional yang mereka
pakai masih tetap sama seperti apa yang digunakan oleh nenek moyang mereka.
Bahan-bahan yang digunakam juga berasal dari alam.
Mereka menggunakan
benang-benang yang berasal dari serat-serat tumbuhan seperti serat nanas, serat
pisang, kapas dan dari kulit kayu. Warna-warni dari kain berasal dari warna
alami tanpa ada campuran bahan kimia, namun dengan itu membuat kualitas kain
tenun ikat yang dihasilkan masyarakat suku sasak memiliki kualitas yang buruk,
justru karena keunikan dan kekhasannya yang berasal dari alam, kain tenun hasil
masyarakat suku sasak bernilai kualitas dan harga tinggi.
Pada awalnya, kerajinan
tenun ikat digunakan untuk busana pesta, busana pemimpin adat, maupun busana
kaum bangsawan. Namun seiring perkembangan jaman, kedudukan tenun ikat ini
meluas menjadi salah satu komoditi dari suku Sasak. Dan selain sebagai mata
pencaharian sehari-hari, kegiatan menenun ini juga mereka jadikan sebagai daya
tarik bagi wisatawan yang berkunjung, baik wisatawan local maupun wisatawan
mancanegara sangat meminati kain tenun ikat buatan masyarakat suku sasak ini.