BAB VIII SISTEM KESENIAN SUKU GAYO


Sistem Kesenian Suku Gayo
Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian juga merupakan salah satu sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan cipta, rasa dan karsa manusia. Berikut ini adalah kesenian-kesenian yang terdapat di suku Gayo:
1.         Didong
Didong
Sebuah kesenian rakyat Gayo yang keseniannya memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama Islam melalui media syair. zaman Reje Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To`et. Kesenian didong lebih digemari oleh masyarakat Takengon dan Bener Meriah. Kata “didong” mendekati pengertian kata “denang” atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi-bunyian”. Dan, ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “Din” berarti Agama dan “dong” berarti Dakwah.
Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-mata menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan di dalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang sesuai dengan Islam. Dalam didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berperilaku baik. Pendek kata, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihan di segala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.
Dalam perkembangannya, didong tidak hanya ditampilkan pada hari-hari besar agama Islam, melainkan juga dalam upacara-upacara adat seperti perkawinan, khitanan, mendirikan rumah, panen raya, penyambutan tamu dan sebagainya. Para pe-didong dalam mementaskannya biasanya memilih tema yang sesuai dengan upacara yang diselenggarakan. Pada upacara perkawinan misalnya, akan disampaikan teka-teki yang berkisar pada aturan adat perkawinan. Dengan demikian, seorang pe-didong harus menguasai secara mendalam tentang seluk beluk adat perkawinan. Dengan cara demikian pengetahuan masyarakat tentang adat dapat terus terpelihara. Nilai-nilai yang hampir punah akan dicari kembali oleh para ceh untuk keperluan kesenian didong.
Pemain dan Peralatan
Satu kelompok kesenian didong biasanya terdiri dari para “ceh” dan anggota lainnya yang disebut dengan “penunung”. Jumlahnya dapat mencapai 30 orang, yang terdiri atas 4-5 orang ceh dan sisanya adalah penunung. Ceh adalah orang yang dituntut memiliki bakat yang komplit dan mempunyai kreativitas yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan puisi-puisi dan mampu menyanyi. Penguasaan terhadap lagu-lagu juga diperlukan karena satu lagu belum tentu cocok dengan karya sastra yang berbeda. Anggota kelompok didong ini umumnya adalah laki-laki dewasa. Namun, dewasa ini ada juga yang anggotanya perempuan-perempuan dewasa. Selain itu, ada juga kelompok remaja. Malahan, ada juga kelompok didong remaja yang campur (laki-laki dan perempuan). Dalam kelompok campuran ini biasanya perempuan hanya terbatas sebagai seorang Céh. Peralatan yang dipergunakan pada mulanya bantal (tepukan bantal) dan tangan (tepukan tangan dari para pemainnya). Namun, dalam perkembangan selanjutnya ada juga yang menggunakan seruling, harmonika, dan alat musik lainnya yang disisipi dengan gerak pengiring yang relatif sederhana, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.
Jalannya Pementasan
Pementasan didong ditandai dengan penampilan dua kelompok (Didong Jalu) pada suatu arena pertandingan. Biasanya dipentaskan di tempat terbuka yang kadang-kadang dilengkapi dengan tenda. Semalam suntuk kelompok yang bertanding akan saling mendendangkan teka-teki dan menjawabnya secara bergiliran. Dalam hal ini para senimannya akan saling membalas “serangan” berupa lirik yang dilontarkan olah lawannya. Lirik-lirik yang disampaikan biasanya bertema tentang pendidikan, keluarga berencana, pesan pemerintah (pada zaman Orba), keindahan alam maupun kritik-kritik mengenai kelemahan, kepincangan yang terjadi dalam masyarakat. Benar atau tidaknya jawaban akan dinilai oleh tim juri yang ada, yang biasanya terdiri dari anggota masyarakat yang memahami ddidong ini secara mendalam.
2.         Tari Bines
Tari Bines ditarikan oleh para wanita dengan cara duduk berjajar sambil menyanyikan syair yang berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan dengn perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti seketika secara serentak. Perkembangan Tari Bines sudah meluas di daerahnya, dengan perkembangannya yang dulunya Tari Bines ditarikan hanya pada upacara pemotongan padi sekarang dapat dilakukan pada acara apapun, baik itu pada acara perkawinan maupun acara besar lainnya. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman Tari Bines ini juga sudah mulai banyak yang mengkreasikannya, sehingga yang tadinya tarian ini merupakan tarian yang baku, tetapi sekarang sudah banyak yang mengkreasikan Tari Bines ini.

Dalam peranan Tari Bines pada masyarakat Gayo Lues tersebut, yang mana Tari Bines disini memiliki suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu dikalangan masyarakat Gayo, dan hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang. Selain untuk hiburan dan rekreasi, Tari Bines juga memiliki peran dalam masyarakat Gayo Lues sebagai sarana pendidikan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat.
Dalam pelestarian Tari Bines, yang mana Tari Bines ini, harus lebih dilestarikan dengan menjaganya agar tidak hilang begitu saja, dan tetap selalu berkembang didaerah gayo Lues tersebut. Pada dasarnya Tari Bines ini dulunya termasuk kedalam tari tradisi tetapi setelah perkembangan sudah mulai pesat dan dilestarikan oleh masyarakatnya, Tari Bines kini menjadi tari hiburan yang dapat dinikmati.
3.             Tari Guel
Tari Guel
Tari Guel adalah salah satu khasanah budaya Gayo di NAD. Guel berarti membunyikan. Khususnya di daerah dataran tinggi gayo, tarian ini memiliki kisah panjang dan unik. Para peneliti dan koreografer tari mengatakan tarian ini bukan hanya sekedar tari. Dia merupakan gabungan dari seni sastra, seni musik dan seni tari itu sendiri.
Dalam perkembangannya, tari Guel timbul tenggelam, namun Guel menjadi tari tradisi terutama dalam upacara adat tertentu. Guel sepenuhnya apresiasi terhadap wujud alam, lingkkungan kemudian dirangkai begitu rupa melalui gerak simbolis dan hentakan irama. Tari ini adalah media informatif. Kekompakan dalam padu padan antara seni satra, musik/suara, gerak memungkinkan untuk dikembangkan (kolaborasi) sesuai dengan semangat zaman, dan perubahan pola pikir masyarakat setempat. Guel tentu punya filosofi berdasarkan sejarah kelahirannya. Maka rentang 90-an tarian ini menjadi objek penelitian sejumlah surveyor dalam dan luar negeri.
4.         Tari Saman
Tari Saman

Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan.
Tari Saman telah diakui sebagai kekayaan budaya Indonesia sejak lama bahkan dunia internasional melalui UNESCO telah mengakui Tarian Saman sebagai warisan budaya dunia. Kebanyakan orang hanya tahu bahwa Tari Saman berasal dari Aceh. Tarian yang memiliki keunikan berupa kekompakan penari yang luar biasa ini sebenarnya sangat beragam di Aceh. Jika di hari peringatan kebangkitan nasional beberapa tahun lalu kita melihat tarian ini banyak ditarikan oleh wanita, maka pada daerah asalnya hal ini malah dilarang.
UNESCO bukan hanya mengakui bahwa Saman merupakan warisan budaya dunia, tapi juga mengakui bahwa asal muasal Tarian Saman adalah dari Kabupaten Gayo Lues. Pengakuan dunia ini tidak lepas dari usaha banyak pihak yang mempromosikan Tarian Saman Gayo Lues ke seluruh kota di dunia. Termasuk terlibat di dalamnya seorang pemerhati budaya dan artis terkenal, Christien Hakim. Beberapa tahun yang lalu, Beliau bersama rombongan tari Saman Gayo Lues melakukan tour promosi budaya tari saman. Tanggapan luar biasa ditunjukkan oleh para penonton. Sehingga pengakuan dunia memang sepantasnya didapatkan oleh rombongan Tari Saman Gayo Lues ini.
Gayo Lues terpilih sebagai asal daerah kesenian tari saman. Hal ini berdasarkan tradisi masyarakat untuk mempertahankan keaslian tradisi dalam menarikan Saman. Saman Gayo Lues berhasil membuktikan bahwa tarian asli, yang tetap menjaga ketentuan-ketentuan dalam menari lebih dihargai dibanding tarian saman yang agak dimodern-kan. Tarian Saman di Gayo Lues hanya ditarikan oleh laki-laki. Berbeda dengan yang kita ketahui, bahwa penari pada Tarian Saman yang sering kita tonton di TV local adalah wanita.
Selain itu, Saman gayo Lues tidak menggunakan peralatan seperti rebana. Lantunan music yang diperdengarkan berasal dari nyanyian para penarinya. Selain itu, para penari Saman Gayo Lues memiliki rambut yang panjangnya sebahu. Fungsinya adalah menambah keindahan puncak tarian. Dimana pada awalnya rambut itu akan dirapikan dengan ikat kepala berkain kerawang (kain khas Gayo) dan pada pertengahan tarian ikat kepala itu akan dilepas dan rambut penari terurai sehingga terlihat ikut menari bersama gerakan para penarinya. Bahasa yang digunakan dalam tarian saman di Gayo Lues juga bukan bahasa Arab seperti pada saman yang lain, melainkan murni bahasa daerah Gayo Lues.
Tarian Saman di Gayo Lues bukan hanya sebagai tarian penghibur hati atau hanya dipentaskan di panggung hiburan saja. Bagi masyarakat Gayo Lues, tarian saman adalah rutinitas harian yang selalu ditanggapi dengan antusias. Menjadi penari saman gayo lues merupakan cita-cita yang lumrah bagi anak laik-laki di Gayo Lues. Uniknya disana jarang sekali terdapat sanggar tari, sehingga anak-anak belajar menari dengan sendirinya tanpa dipandu siapa pun dalam beragam kesempatan. Tidak jarang di atas punggung kerbau yang berderetan mereka mencoba menarikan 2-3 gerakan Saman.
Saman bukan hanya dilakukan di pentas seni. Setiap kesempatan, ketika telah duduk berbarengan penari-penari saman, kadang mereka menarikan saman tanpa diinstruksikan. Bahkan ketika upacara kematian. Lagu yang dinyanyikan dalam Saman, dapat diadaptasikan dalam kondisi Saman ditarikan, dapat berupa doa, syukur bahkan keharuan. Ketika Saman ditarikan saat menyambut pejabat, maka lagu yang dinyanyikan pun merupakan ucapan selamat datang, terimakasih bahkan pujian terhadap pejabat tersebut.
Untuk menjaga kelestarian Saman di hati masyarakat, setiap saat diadakan pentas tarian saman, baik antar kecamatan maupun antar sekolah. Pemerintah juga ikut ambil peranan dalam penggalakan tradisi ini dengan pemberian insentif bagi setiap kelompok tarian dalam setiap pentasnya. Herannya, walaupun sering sekali menonton tarian Saman, masyarakat Gayo Lues tetap terlihat antusias setiap kali ada pertunjukan Saman. Bahkan ketika ada video Saman yang diputar, masyarakat menyempatkan diri untuk berhenti dari aktivitasnya dan menonton.
5.      Dabus
Dabus merupakan atraksi budaya yang memperlihatkan kekebalan tubuh, seperti halnya Debus di Banten dan Jawa Barat. Pelaksanaan Dabus ini menggunakan beragam benda tajam yang ditusukkan, digoreskan, diiriskan bahkan dipukulkan ke seluruh tubuh. Dalam mempertontonkan Dabus, para pemain harus memiliki keterampilan spiritual terlebih dahulu.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Didong
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Bines
                http://zairifblog.blogspot.com
                http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Saman
                http://www.akparmedan.ac.id

0 Responses