BAB
VI
SISTEM
TEKNOLOGI SUKU SASAK
§ Rumah
Adat
Sebagai
penduduk asli, suku Sasak telah mempunyai sistem budaya sebagaimana tertulis
dalam kitab Nagara Kartha Garna karangan Empu Nala dari Majapahit. Dalam
kitab tersebut, suku Sasak disebut “Lomboq Mirah Sak-Sak Adhi.” Jika
saat kitab tersebut dikarang suku Sasak telah mempunyai sistem budaya yang
mapan, maka kemampuannya untuk tetap eksis sampai saat ini merupakan salah satu
bukti bahwa suku ini mampu menjaga dan melestarikan tradisinya. Salah satu
bentuk dari bukti kebudayaan suku Sasak adalah bentuk bangunan rumah adatnya.
Rumah
adat dibangun berdasarkan nilai estetika dan local wisdom masyarakat, seperti
halnya rumah tradisional suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak
mengenal beberapa jenis bangunan sebagai tempat tinggal dan juga tempat
penyelanggaraan ritual adat dan ritual keagamaan.
Atap
rumah Sasak terbuat dari jerami dan berdinding anyaman bambu (bedek). Lantainya
dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami.
Seluruh bahan bangunan (seperti kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat
tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan untuk menyambung
bagian-bagian kayu tersebut, mereka menggunakan paku yang terbuat dari bambu.
Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu berukuran sempit dan rendah,
dan tidak memiliki jendela.
Orang
Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah. Mereka
meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang
menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan membangun rumah di atas bekas
perapian, bekas tempat pembuangan sempah, bekas sumur, dan pada posisi jalan
tusuk sate atau susur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan
membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih
dahulu ada. Menurut mereka, hal tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).
Rumah
adat suku Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke
bawah dengan jarak 1,5 sampai 2 meter dari permukaan tanah (fondasi). Atap dan
bubungannya (bungus) terbuat dari alang-alang, dindingnya dari anyaman
bambu (bedek), hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada
jendelanya. Ruangannya dibagi menjadi ruang induk meliputi bale luar ruang
tidur dan bale dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu
melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan. Ruangan bale
dalem juga dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat
menyimpan makanan dan peralatan rumah tanggan lainnya) tersebut dari bambu
ukuran 2x2 meter persegi. Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu
masuk dengan sistem sorong (geser). Di antara bale luar dan bale
dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran
tanah kotoran kerbau/kuda, getah, dan abu jerami.
Bangunan
rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari beberapa macam, diantaranya
adalah Bale Tani, Bale Jajar, Berugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale
Beleq Bencingah, dan Bele Tajuk. Dan nama bangunan tersebut
disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing tempat.
Ø Bale
Tani
adalah
bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai
petani.
Ø Bale
Jajar
Merupakan
bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengan ke atas. Bentuk
Bale Jajar hampir sama dengan Bale Tani, yang membedakan adalah jumlah dalem
balenya.
Ø Sekepat
Berfungsi
sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua
orang boleh masuk rumah. Berugaq / sekupat juga digunakan pemilik rumah yang
memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar).
Ø Sekenam
Digunakan
sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai
budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
Ø Bale
Bonter
Dipergunakan
sebagai ternopat pesangkepan / persidangan adat, seperti: tempat
penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat, dan sebagainya. Umumnya bangunan
ini dimiliki oleh para perkanggo / Pejabat Desa, Dusun/kampung.
Ø Bale
Beleq Becingah
adalah
salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan. Bale Beleq diperuntukkan
sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan sehingga sering juga disebut “Becingah”.
Ø Bale
Tajuk
Merupakan
salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga
besar. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan
pelatihan macapat takepan, untuk menambah wawasan dan tata krama.
Ø Bale
Gunung Rate
Bale
gunung rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang
tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale balaq dibangun dengan
tujuan untuk menghindari banjir, oleh karena itu biasanya berbentuk rumah
panggung.
§ Benda-Benda
Ø Sabuk
Belo
Sabuk
belo adalah sabuk yang panjangnya 25 meter dan merupakan warisan turun temurun
masyarakat Lombok khususnya yang berada di Lenek Daya.
Ø Gendang
Beleq
salah
satu alat musik berupa gendang berbentuk bulat dengan ukuran yang besar. Gendang
beleq ini tediri dari 2 jenis yang disebut gendang mama (yang dimainkan
oleh laki-laki) dan gendang nina (yang dimainkan oleh perempuan). Konon, pada
jaman dahulu, musik Gendang Beleq digunakan untuk mengantar prajurit yang
hendak berangkat berperang. Sekarang alat musik ini sering digunakan untuk
mengiringi rombongan pengantin atau menyambut tamu-tamu kehormatan. Gendang ini
digunakan sebagai pembawa dinamika dalam kesenian Gendang Beleq.
Ø Ende
Sebuah
perisai yang terbuat dari kulit lembu atau kerbau. Ende (perisai) ini
dipergunakan dalam kesenian bela diri yang disebut Periseian. Periseian adalah
kesenian bela diir yang sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Lombok,
awalnya dalah semacam latihan pedang dan perisai sebelum berangkat ke medan
pertempuran.
Ø Peralatan
Untuk Bekerja
Masyarakat
sasak memiliki alat-alat penunjang untuk mereka bekerja, antara lain pacul
(tambah), bajak (tenggalae), alat untuk meratakan tanah (rejak), parang, kodong,
ancok dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut digunakan masyarakat sasak untuk
bekerja, baik sebagai petani, berkebun atau berladang.
Ø Peralatan
Untuk Membangun Rumah
Peralatan-peralatan
yang digunakan masyarakat suku sasak untuk membangun rumah adat mereka antara
lain jerami dan alang-alang yang digunakan untuk membuat atap rumah mereka,
bedek (anyaman dari bamboo yang digunakan untuk membuat dinding), kayu-kayu
penyangga, getah pohon kayu bantem dan bajur, kotoran kerbau atau kuda sebagai
bahan campuran untuk mengeraskan lantai, abu jerami yang digunakan sebagai
campuran mengeraskan lantai.