Bahasa
Bali adalah
sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik
dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur
pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki
tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan
Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam
pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah
dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat
menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan
bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan
dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar
kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di
beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek
Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai
contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing.
Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Fonologi
Vokal
Ada 6 vokal di dalam bahasa bali
Vokal
|
|||
Depan
|
Madya
|
Belakang
|
|
Tertutup
|
i
|
u
|
|
Tengah
|
e
|
ə
|
o
|
Terbuka
|
a
|
Konsonan
Ada 18 konsonan di dalam Bahasa Bali:
Bibir
|
Gigi
|
Langit2
Keras |
Langit2
Lunak |
Celah
Suara |
||||||
Letup
|
p
|
b
|
t
|
d
|
c
|
ɟ
|
k
|
g
|
||
Sengau
|
m
|
n
|
ɲ
|
ŋ
|
||||||
Desis
|
s
|
h
|
||||||||
Getar / Sisi
|
r l
|
|||||||||
Hampiran
|
w
|
j
|
||||||||
Alofon
Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa
fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sebagai [t] pada posisi akhir,
namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).
Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafazkan sebagai [ĕ].
Misalkan kata Kuta, nama pantai
termashyur di Bali, dilafazkan sebagai [k'uʈĕ].
Sukukata
Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung
dengan kata-kata dwisukukata dan berbentuk KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah
sukukata monosilabik berbentuk KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK
berbeda dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Melayu
|
Bali
|
Jawa
|
kukus
|
kuskus
|
dang (bentuk berbeda)
|
ngengat
|
ngetnget
|
ngĕngĕt
|
Kekerabatan dan kosakata
Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai
paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini
tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa
bahasa di pulau Sumbawa bagian barat.
Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa
karena aktivitas kolonisasi Jawa pada masa lampau, terutama pada abad ke-14 Masehi. Bali
ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan
dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa
Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa
Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan
senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa
Baru:
Melayu
|
Bali
|
Jawa Kuna
|
Jawa Baru
|
dua
|
dua
|
rwa
|
ro, loro
|
jalan
|
jalan
|
dalan
|
dalan
|
dengar
|
dingěh
|
rĕngö
|
rungu
|
jarum
|
jaum
|
dom
|
dom
|
jauh
|
joh
|
doh
|
doh
|
ada
|
ada
|
hana
|
ana
|
beli
|
běli
|
wĕli, tuku
|
tuku
|
jari, jeriji
|
jriji
|
(?)
|
driji
|
betis, kaki
|
batis, bais
|
jöng, suku
|
sikil
|
hidup
|
idup
|
hurip
|
urip
|
air, ayer
|
yèh
|
wway
|
we, banyu
|
buah
|
buah, woh
|
wwah
|
woh
|
di
|
di
|
ri, ring
|
i, ing
|
telur
|
taluh
|
antiga
|
tigan, ĕndhog
|
jemur
|
jěmuh
|
(?)
|
pepe
|
bunga
|
bunga
|
kambang
sĕkar |
kĕmbang
sĕkar |
nasi
|
nasi
|
sĕga
sĕkul |
sĕga
sĕkul |
hujan
|
ujan
|
hudan
|
udan
|
- Perbandingan Bahasa Bali dan Bahasa Banjar
Melayu
|
Bali
|
Banjar
|
telur
|
taluh
|
hintalu
|
kaki, betis
|
batis, bais
|
batis
|
perahu
|
jukung
|
jukung
|
bulus
|
bedwang
|
bidawang
|
hujan
|
ujan
|
ujan
|
jari
|
jriji
|
jariji
|
dengar
|
dingěh
|
dangar
|
jemur
|
jěmuh
|
jamur
|
jalan
|
jalan
|
jalan
|
hidup
|
idup
|
hidup
|
Pengaruh bahasa Jawa
Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa
Kuna dan bahasa Sanskerta.
Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang
terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak
mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip
dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa
Jawa:
Melayu
|
Bali
|
Jawa
|
sudah
|
sampun
|
sampun
|
meninggal
|
seda
|
seda
|
datang
|
rauh
|
rawuh
|
dari
|
saking
|
saking
|
arti
|
teges
|
tĕgĕs
|
Kosakata khas Bali
Di atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu
dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Melayu
|
Bali
|
Jawa
|
sungai
|
tukad
|
kali
|
yang
|
sane
|
ingkang, sing
|
dukun, tabib
|
balian
|
dhukun
|
Konsep geografis
Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, namun masih mirip
dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam
menentukan arah berorientasi bukan pada arah mata angin yang pasti
namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan
laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.
Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan
istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali
Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya
Buleleng, adalah 'Selatan'. Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan
istilah 'kaja' diatas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan'
untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali
Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'. Kauh berarti Barat, dan kangin
berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara.
Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan
kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang
Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah
titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.
Jenis bahasa Bali
- Bahasa Bali Baku : Dengan menggunakan sistem bahasa Bali baku sebagai
diasistem bahasa Bali dan bertitik tolak dari realisasi fonem /∂/ pada
posisi akhir di beberapa wilayah di Bali, analisis keempat daerah analisis
itu adalah (1) daerah analisis kontrastif antara diasistem dan sistem
bahasa Bali di daerah [a], (2) daerah analisis kontrastif antara diasistem
dan sistem bahasa Bali di daerah [e], (3) daerah analisis kontrastif
antara diasistem dan sistem bahasa Bali di daerah [ ], dan (4) daerah
analisis kontrastif antara diasistem dan sistem bahasa Bali di daerah [o].
- Bahasa Bali Aga : Morfologi merupakan salah satu subsitem dari subsitem gramatikal yang mempelajari seluk-beluk struktur kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata. Tesis ini mencoba untuk menguraikan persoalan morfologi, khususnya yang menyangkut afiksasi dengan berdasarkan pada teori yang mempertimbangkan komponen bentuk dan makna sebagai dua hal yang sangat penting dalam penentuan apakah suatu bentuk berstatus sebagai morfem atau bukan; serta ditunjang dnegan penerapan metode padan dan distribusional. Dari penerapan teorii dan metode itu, diperoleh gambaran morfologi yang berkaitan dengan afiksasi bahasa Bali Dialek Baliga (BBDBA) sebagai berikut. Pembentukan kata dalam BBDBA dengan proses afiksasi dapat dilakukan dengan pembentukan afiks-afiks yang termasuk di dalamnya adalah prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Adapun afiks-afiks yang dimaksud adalah sebagai berikut. a. Prefiks: {N-}, {ma-}, {paN-}, {pa-}, {ka}, {sa}, dan {pati-} b. Infiks: {-in}, {-um-}, dan {-e;-} c. Sufiks: {-ang}, {-an}, {-in}, dan {-a} d. Konfiks: {paN-/-an}, {ma-/-an}, {ka-/-an}, dan {sa-/-an} Makna yang dikandung oleh masing-masing afiks itu sangat beragam. Keberagaman makna itu bergantung pada jenis kata bentuk dasar yang digabunginya. Pembentukan kata melalui proses afiksasi dapat menimbulkank perubahan-perubahan, baik pada bentuk dasar maupun pada morfem afiks itu sendiri. Perubahan-perubahan semacam itu disebut dengan proses morfofonemik. Proses morfofonemik yang terjadi sebagai akibat proses afiksasi dalam pembentukan kata mencakup: a. proses pemunculan fonem b. proses perubahan fonem c. proses pelesapan fonem d. proses perubahan dan pelesapan fonem.
- Bahasa Bali Jawa