LATAR
BELAKANG KEBUDAYAAN
A. Lokasi
Ø Irian jaya yang sekarang disebut dengan papua adalah
suku terbesar kedua di dunia setelah Greenland, yang kekuasaannya berbeda di
belahan timur kekuasaan papua merupakan pemerintahan Papua Nugini sedangkan
daerah belahan barat merupakan pemerintahaan Republik Indonesia. Suku asmat di
bagi menjadi 4 kecamatan yaitu sarwa-erma, agats, ats, dan pirimpun. Suku asmat
merupakan suku yang berada di antara suku mappi, yohukimo dan jayawijaya
terdapat di pulau papua. Suku ini berdiam di wilayah pesisir barat pantai
dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km. Di sebelah barat suku bangsa ini
terletak kota timika dan tembagapura dengan masyarakat mimika yang berbatasan
dengan sungai pomats. Di sebelah timur terletak kabupaten marauke dengan suku
bangsa kombai, korowai, citak-mitak dan marind-anim berbatasan dengan asewetsy.
Wilayah tersebut merupakan dataran rendah berpaya-paya yang selalu basah oleh air laut yang pasang
atau oleh air banjir yang datang dari Pegunungan Tengah. Karena itu pula
kawasan ini dulu hampir tidak dikenal orang luar oleh keberadaannya di daerah
pendalaman. Sebelah selatan garis khatulistiwa setiap kenaikan ketinggian 100m
( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan menurun 0.6 derajat celcius. Letak
astronomi papua sendiri terletak pada kedudukan 0° 19 ± 10° 45 LS
dan 130° 45 ± 141° 48 BT berbatasan dengan laut
arafura. Sebelah utara suku asmat tinggal berbatasan dengan pengunungan yang
puncak-puncaknya besalju abadi. Suku asmat terdapat di dataran rendah yang
berawa – rawa dan berlumpur, di tutipi hutan tropis.
Wilayah Asmat penuh dengan sungai dan anak-anak sungai
yang lebar-lebar dan dapat dilayari kapal-kapal besar sampai sejauh 50 mil ke
arah pedalaman.
Wilayah sebaran orang Asmat sekarang sudah berstatus otonomi sebagai sebuah kabupaten, dengan ibukotanya AGATS. Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa dan berlumpur, serta ditutupi dengan hutan tropis. Sungai-sungai yang mengalir di daerah ini tidak terhitung banyaknya, dan rata-rata berwarna gelap karena tertutup dengan lumpur. Daerah tersebut landai yang dimana dialiri oleh tidak kurang dari 10 sungai besar dan ratusan anak sungai. Sungai-sungai besar itu dapat dilayari kapal dengan bobot 1.000-2.000 ton samapi sejauh 50 kilometer ke hulu. Sejauh 20 kilometer ke hulu, air sungai-sungai itu masih terasa payau. Lingkungan alam di sekitarnya masih terpencil dan penuh dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu, dan tumbuhan rawa lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter sehingga dapat dimanfaatkan untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik. Keadaan alam seperti itu disebabkan antara lain adalah karena curah hujan yang turun sebanyak 200 hari setiap tahunnya. Selain itu, perembesan air laut ke pedalaman menyebabkan tanahnya tidak dapat ditanami dengan jenis-jenis tanaman seperti pohon kelapa, bambu, pohon buah-buahan, dan jenis tanaman kebun seperti sayur-mayur, tomat, mentimun, dan sebagainya. Walaupun tanaman seperti itu ada, namun jumlahnya pun sedikit/ terbatas. Daerah rawa-rawa berair payau dengan suhu udara minimal 21 derajat celcius dan maksimal 32 derajat celcius. Di daerah masyarakat asmat batu sangat langka di temukan karena tanah liat pada daerah ini sehingga tidak mengenal barang-barang keramik.
Wilayah sebaran orang Asmat sekarang sudah berstatus otonomi sebagai sebuah kabupaten, dengan ibukotanya AGATS. Suku Asmat mendiami daerah dataran rendah yang berawa-rawa dan berlumpur, serta ditutupi dengan hutan tropis. Sungai-sungai yang mengalir di daerah ini tidak terhitung banyaknya, dan rata-rata berwarna gelap karena tertutup dengan lumpur. Daerah tersebut landai yang dimana dialiri oleh tidak kurang dari 10 sungai besar dan ratusan anak sungai. Sungai-sungai besar itu dapat dilayari kapal dengan bobot 1.000-2.000 ton samapi sejauh 50 kilometer ke hulu. Sejauh 20 kilometer ke hulu, air sungai-sungai itu masih terasa payau. Lingkungan alam di sekitarnya masih terpencil dan penuh dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu, dan tumbuhan rawa lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter sehingga dapat dimanfaatkan untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik. Keadaan alam seperti itu disebabkan antara lain adalah karena curah hujan yang turun sebanyak 200 hari setiap tahunnya. Selain itu, perembesan air laut ke pedalaman menyebabkan tanahnya tidak dapat ditanami dengan jenis-jenis tanaman seperti pohon kelapa, bambu, pohon buah-buahan, dan jenis tanaman kebun seperti sayur-mayur, tomat, mentimun, dan sebagainya. Walaupun tanaman seperti itu ada, namun jumlahnya pun sedikit/ terbatas. Daerah rawa-rawa berair payau dengan suhu udara minimal 21 derajat celcius dan maksimal 32 derajat celcius. Di daerah masyarakat asmat batu sangat langka di temukan karena tanah liat pada daerah ini sehingga tidak mengenal barang-barang keramik.
B. Demografi
Ø
Suku asmat mempunyai luas wilayah yang berkisaran
sampai 24.502 Km2, dengan jumlah penduduk 1.206 jiwa yang penghuninya menyebar,
biasanya dalam satu kampung di huni sekitar 100 sampai 1000 orang. Penduduk itu
terdiri dari pendatang dan penduduk asli. Masyarakat asmat mendiami daerah
rawa-rawadi, salah satu suku asli papua yaitu terdapat di bagian selatan
propinsi irian jaya sebanyak 90 persen dan pendatang 10 persen. Penduduk
pendatang berasal dari jawa, bugis-buton-makassar, toraja, manado, tionghoa,
belanda, dan australia. Masyarakat yang hidup didesa-desa 35 samapai 2000 jiwa
sekitar tahun 50an sebelum sejumlah pedatang tiba. Populasi asmat bertambah sejak adanya kontak
kontak misionaris dan petugas kesehatan yang dikirim oleh pemerintah.
Pertambahan penduduk sangat pesat, berkisar antara 28 sampai 84
jiwa setiap 1.000 orang. Angka kelahiran di pendalaman adalah 13 persen, di
pesisir 9 persen. Angka kematian di masyarakat asmat pun cukup
tinggi, yaitu bekisar antara 21 sampai 45 jiwa tiap 1000 orang.perkampunagan
orang asmat yang jumlahnya kurang dari 120 buah tersebar dengan jarak yang
saling berjauhan. Suku asmat mulai mulai mengikuti program pendidikan dari
pemerintah dari semenjak itulah suku asmat memeluk agama nya dan memeluk agama
kristen. Suku asmat sampai awal tahun 90-an memberikan input signifikan bagi
pemerintah indonesia dalam pengambilan keputusan yang memepengaruhi penggunaan
tanah di wilayah teritolial. Kampung tersebut terdapat di tepi-tepi sungai
dengan pola memanjang yang di bangun
sedemikian rupa sehingga mudah mengamati musuh. Terdapat 3 katagori yang
masyarakat asmat yakini. Kampung besar, yang umumnya terletak di bagian tengah, dihuni oleh
sekitar 500-1000 jiwa. Kampung di daerah pantai, rata-rata dihuni oleh sekitar
100-500 jiwa. Kampung di bagian hulu sungai, jumlah warganyalebih kecil , berpenduduk sekitar 50-90 jiwa.
Ciri-ciri
fisik
Bentuk tubuh orang Asmat berbeda
dengan penduduk lainnya yang berdiam di pegunungan tengah atau di nagian pantai lainnya.
Tinggi badan kaum laki-laki antara 1,67
hingga 1,72 meter, sedangkan kaum perempuan tingginya antara1,60 hingga 1,65
meter. Ciri-ciri bagian tubuh lainnya adalah bentuk kepalayang lonjong
(dolichocephalic), bibir tipis, hidung mancung, dan kulit hitam.Orang Asmat
pada umumnya tidak banyak menggunakan kaki untuk berjalan jauh, oleh
karena itu betis mereka terlihat menjadi kecil. Namun, setiap saat. Mereka mendayung dengan posisi berdiri sehingga
otot-otot tangan dan dadanyatampak terlihat tegap dan kuat. Tubuh kaum
perempuan kelihatan kurus karena banyaknya perkerjaan yang harus mereka
lakukan
C. Sejarah
Ø
Populasi masyarakat asmat terbagi menjadi dua yaitu
mereka tinggal di bagian pendalaman dan pesisir pantai. Dari kedua populasi
tersebut tak berbeda dengan masyarakat umumnya yang memiliki hal dielek, cara
hidup, struktur social dan mempunyai ritual-ritual yang diyakini. Dalam
mitologi suatu suku bangsa, biasanya terdapat dongeng-dongeng seperti penuh
peristiwa keajaiban yang jauh dari fakta sejarah maka demikian juga dengan suku
asmat. Suku asmat di kenal dunia semenjak tahun 1904. Pada tahun 1770 an sebuah
kapal dinahkodai James Cook mendarat di sebuah teluk di daerah asmat. Puluhan
perahu lesung panjang didayungi ratusan laki-laki dengan warna kulit yang
hitam, wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah, hitam, dan putih.
Sekumpulan orang itu berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah james
cook. Berabad-abad kemudian
pada tepatnya tanggal 10 Oktober 1904, Kapal SS
Flamingo mendarat di suatu teluk di pesisir barat daya Irian jaya. Flamingo
adalah sejenis binatang seperti burung yang di percayai sebagai nenek moyang
masyarakat asmat.
Dimana binatang ini datang dari luar papua arah barat
lalu migrant di asmat. Terulang peristiwa yang dialami oleh James Cook dan anak
buahnya pada saat dahulu. Mereka didatangi oleh ratusan pendayung perahu lesung
panjang berkulit gelap tersebut. Namun, kali ini tidak terjadi kontak berdarah.
Sebaliknya terjadi komunikasi yang menyenangkan di antara kedua pihak. Dengan
menggunakan bahasa isyarat, mereka berhasil melakukan pertukaran barang. Suku
asmat yang seminomad itu mengembara sampai jauh keluar daerahnya
Kejadian yang membuka jalan
adanya penyelidikan selanjutnya di daerah asmat. Sejak itu , banyak orang yang
berdatangan ke daerah tersebut kemudian dikenalah daerah asmat.
Ekspedisi-ekspedisi yang pernah di lakukan oleh seorang nekebangsaan belanda
bernama hendrik A.Lorentz pada tahun 1907 hingga 1909. Eksepedisis inggris di
pimpin oleh A.F.R Wollastaon pada tahun 1912 sampai 1913. Suku asmat
menngembara sampai jauh keluar daerahnya menimbilkan peperangan dengan penduduk
daerah yang didatanginya. Pemerintah belanda datang untuk mengatasi kekacauan
tersebut, tahun 19438, belanda mendirikan pos yang belokasi di agats. Adanya
pecah perang dengan jepang membuat belanda dan orang-orang asmat tidak terjalin
selama perang berlangsung. Namun tahun 1953 pos polisi didirikan kembali maka,
hubungan masyarakat asmat dengan pemerintah belanda kembali terjalin. Bulan mei
tahun 1963, di daerah irian jaya resmi masuk menjadi wilayah kekuasaan Republik
Indonesia. Pemerintah mulai melaksanakan usaha-usaha pembangun irian jaya termasuk daerah Asmat. Suku Asmat yang tersebar di
pedalaman hutan-hutan dikumpulkan dan ditempatkan di perkampungan-perkampungan
yang mudah dijangkau. Biasanya kampung-kampung tersebut didirikan di dekat
pantai atau sepanjang tepi sungai. Dengan demikian hubungan langsung dengan
Suku Asmat dapat berlangsung dengan baik. Dewasa ini, sekolah-sekolah,
PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan rumah-rumah ibadah telah banyak juga
didirikan peemrintah dalam rangka menunjang pembangunan daerah dan masayarakat
Asmat.
Daftar
Pustaka :
-
Peyon,A Ibrahim, 2006, Manusia Papua, Jakarta :
gramedia.
-
R.rizky, 2012, mengenal seni dan budaya Indonesia,
Jakarta : cerdas interaktif
-
Nugroho trisno brata, 2006, anropologi, Jakarta : esis
(erlangga)