Relasi agama dan kebudayaan masyarakt Jawa (UAS)

 Memahami islam sebagau agama atau peradaban dibayangkan sebagai bercorak monolitik dan bersifat universal. Cara melihat demikian ini mungkin tidak salah ketika islam itu dimaknai sebagai teks wahyu illahi (al-quran) dan Hadits Nabi yang berlaku dimana saja. Tetapi dalam realitasnya, pemahaman terhadap teks teks al-quran dan Hadits Nabi, sedemikian variatifnya. Munculnya sebagai faham dan aliran dari kalangan umat islam sendiri, menjelaskan akan adanya beragam penafsiran dan kepentingan di antara umat islam itu sendiri. Karena itu, apa yang disebut sebagai agama Islam atau peradaban Islam dalam realitasnya adalah Islam yang dipahami dan diyakini oleh masing masing umat yang ada di dalam faham dan aliran aliran yang berbeda beda. Jadi dalam realitas sosial ketika orang bicara soal Islam, ternyata harus ditanya lanjuti, islam menurut faham, aliran, atau komunitas apa?

Bagaimana kita mendefinisikan dan mengformulasi akulturasi islam dalam kebudayaan Jawa?
Pertama adalah berangkat dari paradigma yang kita gunakan. Apakah islam sebagai peradaban itu otonom dan karena itu tidak perlu disentuhkan dengan peradaban lain seperti peradaban Jawa, atau kita melihat otonomitas peradaban islam itu tidak akan pernah ada karena sejatinya kehadiran islam ke bumi bukan untuk menghapus peradaban yang sudah ada melainkan untuk menyempurnakan nya? Jika seperti itu makan kita melihat islamsecara akriptualistik. Lalu jika kita melihat menurut paradigma kedia berarti islam lebih dilihat secara substantive.
Persentuhan islam dengan peradaban peradaban local demikian memungkinkan lahirnya berbagai corak ke islaman. Pertama antara peradaban islam dan local saling menyerap sekaligus salaing menafikan. Kedua peradaban Islam menjadi fondasi bagi peradaban masyarakat. Dan ketiga peradaban local mendominasi budaya masyarakat. Yang pertama menjelaskan pada proses awal masuknya islam keberbagai wilayah seperti Jawa. Yang kedua & ketiga menggambarkan kepada akibat dari persentuhan islam dengan budaya local jawa. Persentuhan itu menghadirkan dua corak dalam keislaman orang Jawa, yaitu islam santi dan islam kejawen. Keduanya sama tetapi berbeda. Sama karena mengakui agama islam sebagai agama mereka, tetapi berbeda karena cara menempatkan islam dan sikap, serta tindakan keagamaan yang tidak sama. Pada orang islam santri menempatkan ajaran Agama islam (Al-quran & Hadits) sebagai nilai dominant yang dijadikan acuan tindakan, sementara bagi Islam Kejawen peradaban Jawa ditempatkan lebih dominant dan ajaran islan dipilih secara selektif untuk melengkapi peradaban Jawa tersebut.
Disini kita mulai membandingkan apa dan bagaimana (dalil, formulasi) dari nilai nilai budaya islam menyangkut worldview dan etos terutama terhadap 5 masalah dasar dalam kehidupan manusia. Kemudian dibandingkan dengan nilai nilai budaya dalam kebudayaan Jawa. Dari situ berikutnya kita akan mengetahui nilai nilai budaya hasil bentukan pertemuan dua budaya tsb.
0 Responses