Sistem Bahasa

  • ·        Bahasa Tana ( Bahasa Ibu Orang Maluku )

    “iwato ela painom k, o hei kepeng susah, hei kepeng akaho na susa painoi , lolo fue fufun anakolu isikora apina fia-fia, akang anau e jadi mansia ela a”
    “hayo e hidop susa jua, mancari uang susa tar mancari deng tamba susah lai, loko punggul sadiki-sadiki jua par anana iskolah tu, la kata dong jadi orang sadiki”
     
    “duh, hidup sangat susah ya, bekerja susah tidka bekerja makin susah, tidak apa-apa menabung sedikit demi sedikit buat anak-anak sekolah agar mereka menjadi orang yang pintar”
    Seperti quote diatas, pada quote pertama adalah ungkapan dari Bahasa Tana, kedua dari bahasa Melayu Ambon, di seluruh maluku dari Kei sampai dengan Ternate terdapat bahasa-bahasa daerah asli maluku yang disebut dengan ‘Bahasa Tana’ bahasa ini tidak hanya terdapat pada beberapa daerah atau desa-desa akan tetapi bahasa ini merupakan bahasa ibu orang maluku, Kenapa saya lebih menulis ‘tana’ dari pada ‘tanah’ walaupun artinya sama namun memiliki nilai yang berbeda dalam bahasa ambon, ‘tana’ dalam bahasa ambon bisa berarti tanah bisa berarti juga ditujukan kepada tanah leluhur di pulau Nusa Ina, sehingga bahasa tana dapat diartikan sebagai bahasa asli suku maluku.
    Bahasa yang bermula dari pedalaman Nusa Ina yang dianggap sebagai pulau pertama orang maluku berdiam sebelum tersebar ke seontero maluku. Sedangkan bahasa ambon atau bahasa sehari-hari orang Maluku disebut dengan bahasa Melayu Ambon, yang dipergunakan hampir oleh sebagian besar orang maluku ini dalam komunikasi sehari-hari.
    Sampai sekarang tidak kurang dari 117 Bahasa Tana yang terdapat di seluruh maluku ini, dan ada beberapa yang mengalami kepunahan, kebanyakan bahasa-’Bahasa Tana’ yang mengalami kepunahan adalah Bahasa Tana yang dipergunakan oleh desa-desa kristen baik di pulau ambon maupun di sebagian kecil pulau seram. Bahasa Tana pada komunitas kristen pernah dicatatat oleh Geogius Rumphius pada tahun 1987, yaitu di desa Hative dan Hitu, dalam laporannya ia mengatakan bahwa bahasa Ambon (hative dan hitu) sangat berbeda sekali dengan bahasa pulau-pulau yang berdekatan dengannya seperti ternate, makassar dan banda. dan dua bahasa ini yang telah dicatat oleh om george itu sudah punah tanpa jejak sampai sekarang. sedangkan pada komunitas Islam selain masih bertahan juga beberapa hari yang lalu baru diluncurkan “kamus Bahasa Tana Asilulu – Inggris oleh James T. Collins yang telah melakukan penelitian cukup lama tentang punahnya Bahasa Tana di Pulau ambon ini.
    ·       
  •  Bahasa Melayu Ambon
Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.
Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sbb.:
  • bahasa Wamale  (di Seram Barat)
  • bahasa Alune (di Seram Barat)
  • bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih)
  • bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari),
  • bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
  • bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur),
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di propinsi ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 131 bahasa di kepulauan Maluku yakni:
  • ·        Sejarah Bahasa Melayu Ambon

        Bahasa Melayu berasal dari Indonesia bagian barat (dulu disebut Nusantara bagian barat) dan telah berabad-abad menjadi bahasa antar suku di seluruh kepulauan nusantara. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (Tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Misalnya bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, Portugis menjajah Maluku sehingga cukup banyak kosa-kata (vocabulary) bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga ada cukup banyak, kata serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata dalam bahasa Melayu Ambon. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan beberapa kitab dari Alkitab. Bahasa Indonesia yang baku[1] biasanya digunakan di seluruh Republik Indonesia dalam situasi resmi, atau dengan kata lain dalam konteks formal, seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.
Bahasa Indonesia baku sangat penting untuk hal-hal seperti itu. Tetapi kita harus ingat bahwa sebelum ada bahasa Indonesia baku itu di Maluku, bahasa Melayu Ambon sudah ada.[1] Masing-masing bentuk bahasa Melayu itu mempunyai peran penting dalam masyarakat Maluku sebagai dasar untuk bahasa nasional. Setelah bahasa Indonesia baku mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Maluku, maka ia mulai mempengaruhi bahasa Melayu Ambon sehingga sejumlah kata diserap dari bahasa Indonesia baku ke dalam bahasa Melayu setempat,tentu saja disesuaikan dengan ucapan (logat) setempat. Semua bahasa di dunia ini berkembang terus, kecuali bahasa yang sudah punah seperti bahasa Latin. Bahasa Melayu Ambon tetap berkembang terus, oleh karena kreativitas penuturnya maupun pengaruh dari tempat lain.

  • ·        Perbedaan Bahasa Melayu Ambon dengan bahasa Melayu Ternate
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Misalnya bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, Portugis menjajah Maluku sehingga cukup banyak kosa-kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga ada cukup banyak, kata serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata dalam bahasa Melayu Ambon. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan beberapa kitab dari Alkitab.
Setelah bahasa Indonesia baku mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Maluku, maka ia mulai mempengaruhi bahasa Melayu Ambon sehingga sejumlah kata diserap dari bahasa Indonesia baku ke dalam bahasa Melayu setempat, tentu saja disesuaikan dengan logat setempat. Pada awalnya misionaris Belanda menerjemahkan injil dalam Bahasa Melayu dan dibawa ke Ambon. Disini para penduduk yang bisa menghafal injil itu kemudian dibaptis, dan terus dibimbing dalam bahasa Melayu. Bahasa ini dibawa kemungkinan dari Malaka, karena pada masa itu sudah ada kegiatan dagang antara Malaka dan Maluku. Pada awalnya, bahasa Melayu ini hanya dalam bentuk pasaran yang kemudian menjadi bahasa tutur anak-anak generasi selanjutnya. Menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Kristen Ambon dan sebagian kecil Muslim Ambon. Sedangkan kebanyakan masyarakat Muslim Ambon masih mempunyai bahasa daerah sendiri yang disebut bahasa tanah.

Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini (kepemilikan):

Beta pung buku = Buku saya = My book

Susi pung kaka = Kakak susi = Susi’s brother/sister

Ahmad ada pi ka Tulehu = Ahmad sedang pergi ke Tulehu

Ada orang dapa bunuh di kusu-kusu = ada orang dibunuh di Alang-alang

Katong jaga tinggal disini sa = kami tetap tinggal disini saja

Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi terutama pada akhiran ‘n’. Seperti berikut : makang (makan), badiang (diam), jang (jangan), ikang (ikan), lawang (lawan) dst

Untuk kata ganti orang adalah sebagai berikut : Beta (saya), ose (kamu) (dibeberapa daerah dikatakan ‘os’, atau ‘se’) – asal dari kata ‘voce’ Portugis, dia, katong (kependekan dari kita orang/ kita), dorang (kependekan dari dia orang / mereka), kamong atau kamorang (kamu orang/ kalian).

Ungkapan khas lainnya adalah: Ao e!, Mamae!, Sio Mama!, Tuang Ala!, Tuang Ana!, Ai!, Gaga Batul!, Maniso! dsb
Panggilan sosial :
  • Babang/ abang (kakak laki-laki : dipakai kalangan Muslim)
  • Caca (kakak perempuan: Muslim)
  • Usy (kakak perempuan Kristen)
  • Broer/ bung/ bu (kakak laki-laki dipakai kalangan Kristen)
  • Nyong (netral)
  • Bapa Raja (kepala desa)
Beberapa contoh Kata serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain:
  • Bandera (bendera): Bandeira (Portugal)
  • Fork (garpu) : Vork (Belanda)
  • Ose/Os (kamu) : Voce/Os (Portugal)
  • Om (paman) : Om (Belanda)
  • Pai (ayah) : Pai (Portugal)
  • Mai (ibu) : Mai (Portugal)
  • Fader (ayah) : Vader (Belanda)
  • Muder (ibu) : Moeder (Belanda)
  • Tanta (bibi) : Tante (Belanda)
  • Mar (tetapi) : Maar (Belanda)
  •   Galojo (rakus) : Guloso (Portugal)
  • Almanak (kalender) : Alamanaak (Belanda)
  • Kadera (kursi) : Cadeira (Portugal)
  • Kapitan (kapten/panglima perang) : Kapitein (Belanda)/ Capitao (Portugal)
  • Marinyo (penyuluh) : Meirinho (Portugal)
  • Patatas (kentang) : Batatas (Portugal)
  • Danke (terimakasih) : Dank je (Belanda)
  • Kasbi (singkong) : Cassave (Belanda)/Cassava (Portugal)
  • Testa (dahi) : Testa (Portugal)
  • Oto (mobil) : Auto (Belanda)
  • Sono (tidur) : Sono (Portugal)
  • Vor (untuk) : Voor (Belanda)
  • Par (untuk) : Para (Portugal)
  • Marsegu (kelelawar) : Morcego (Portugal)
  • Klaar (selesai) : Klaar (Belanda)
  • Onosel (bodoh) : Onnozel (Belanda)
  • Flauw (lemah) : Flauw (Belanda)
  • Fangen (tangkap) : Vangen (Belanda)
  • Lopas (lari) : Loop (Belanda)
  • Gargantang (tenggorokan) : Garganta (Portugal)
  • Kintal (pekarangan) : Quintal (Portugal)
0 Responses