Bab VII Sistem bahasa
Aksara Tionghoa
(Mandarin: pinyin: Hànzì) adalah bentuk-bentuk tertulis bahasa Tionghoa, dan dalam jumlah yang lebih kecil; bahasa Jepang danbahasa Korea (hanya di Korea Selatan). Aksara Tionghoa telah menghilang dari bahasa Vietnam — di saat mereka digunakan hingga abad
ke-20 — dan Korea Utara, di saat mereka telah
digantikan sepenuhnya oleh Hangul.
Aksara Tionghoa disebut hànzì dalam bahasa Mandarin, kanji dalam bahasa Jepang, hanja atau hanmun dalam bahasa Korea, dan Hán tự (juga digunakan dalam tulisan chu nom) dalam bahasa Vietnam.
Peribahasa Tionghoa
dalam bahasa asalnya disebut sebagai chengyu Hanzi, mempunyai sejarah sangat tua seiring dengan sejarah
peradaban Cina dan perkembangan bahasa Tionghoa. Peribahasa Tionghoa biasanya terbentuk dari 4
karakter yang membentuk satu kesatuan peribahasa. Keempat karakter ini punya
struktur tertentu yang tidak boleh diubah-ubah untuk tidak menimbulkan
kerancuan.
Rata-rata peribahasa Tionghoa mempunyai asal-usul
cerita yang menarik, bisa dari mitologi atau acuan sejarah faktual, bisa pula muncul
dari hasil karya sastra dari berbagai dinasti dalam sejarah Cina.
Dalam halaman peribahasa Tionghoa ini, peribahasa akan
ditampilkan dalam hanyu pinyin bersama lafal nada dan
diurut menurut karakter latin awal kata pertama dari peribahasa tersebut.
Kemudian di belakang akan ditampilkan pula karakter Han dan terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
Sastra Jawa-Tionghoa
adalah karya sastra dalam bahasa Jawa yang ditulis
oleh orang Tionghoa di daerah Jawa. Karya-karya sastra ini terutama menyangkut
cerita-cerita dari Tiongkok yang dialihbahasakan atau digubah ulang dalam
bahasa Jawa. Selain itu ada pula karya-karya asli dalam bahasa Jawa yang
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan komunitas Tionghoa di Jawa.
Karya sastra Jawa yang ditulis oleh orang Jawa
mengenai orang Tionghoa tidaklah termasuk sastra Jawa-Tionghoa. Karya-karya ini
antara lain adalah Babad Bangun Tapa (atau Babad
Nonah Kuwi) dan Babad Geger Pacinan
Bahasa Tionghoa tertulis
menggunakan aksara-aksara Han ( pinyin: hànzì), yang dinamakan dari kebudayaan Han yang
merupakan sumber dari bahasa ini. Huruf Tionghoa sepertinya berasal dari dinasti Shang sebagai piktogram yang menggambarkan benda nyata. Contoh-contoh
pertama dari huruf Tionghoa adalah tulisan/gambaran pada tulang ramalan (oracle bones), yang
kadang-kadang berupa dombascapula tetapi seringkali berupa
kura-kura plastron yang digunakan untuk meramal. Dalam periode zaman dinasti Zhou dan Han, huruf-huruf ini berubah menjadi lebih bergaya. Selain
itu, terdapat juga komponen-komponen tambahan yang ditambahkan sehingga banyak
karakter huruf memiliki satu elemen yang memberikan tanda (atau dulunya
memberikan tanda) untuk pengejaan, dan sebuah komponen lain (yang disebut
"radikal") memberikan tanda untuk kategori artian umum yang
menunjukkan arti dari kata tersebut. Di dalam bahasa Tionghoa modern, mayoritas huruf-huruf berbasis
fonetik (bunyi) dan bukan berbasis logografik (gambaran). Sebagai sebuah
contoh, karakter huruf àn yang berarti "mendorong ke
bawah", mengandung an (damai), yang berfungsi sebagai komponen
fonetik dari kata tersebut, dan shǒu (tangan), yang menandakan bahwa
itu merupakan suatu pekerjaan yang pada umumnya menggunakan tangan.
Bahasa Tionghoa lisan
(Hanzi sederhana: Hanzi tradisional: ) terdiri atas berbagai macam varietas, yang utama adalah bahasa Mandarin, Wu, Kanton, dan Min. Bahasa-bahasa ini untuk alasan-alasan sosiologis dan
politis biasanya dikelompokkan menjadi satu kelompok bahasa Tionghoa.
Istilah dialek yang digunakan sebagai padanan
kata fangyan kiranya tidak cukup untuk menggambarkan keperbedaan
antarafangyan-fangyan (bahasa Tionghoa: arti harfiah bahasa daerah)yang
ada. Sama seperti dialek-dialek di Indonesia yang kadang-kadang penggunanya
tidak saling memahami satu dengan yang lain, bahkan lebih lagi, demikianlah
"varietas" bahasa Tionghoa lisan tidak dapat dipahami antara seorang
penutur dengan penutur varietas/dialek yang berbeda.
Kebanyakan pakar bahasa menganggap semua varian bahasa
Tionghoa sebagai bagian dari rumpun bahasa Sino-Tibet dan mereka percaya bahwa dahulu kala pernah
ada sebuah bahasa proto yang mirip situasinya dengan bahasa proto Indo-Eropa di mana semua bahasa-bahasa
Tionghoa, Tibet dan Myanmar adalah bahasa turunannya. Relasi antara bahasa
Tionghoa, di satu sisi dengan bahasa Sino-Tibet lainnya masih belum begitu
jelas berbeda dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa. Para pakar masih secara aktif
merekonstruksi bahasa proto Sino-Tibet. Kesulitan utamanya ialah bahwa meskipun
banyak sekali dokumentasi di mana kita bisa merekonstruksi bunyi-bunyi bahasa
Tionghoa kuna, tidak ada dokumentasi mengenai sejarah perkembangan dari bahasa
proto Sino-Tibet menjadi bahasa-bahasa Tionghoa. Selain itu banyak bahasa yang
bisa membantu kita merekonstruksi bahasa proto Sino-Tibet, kurang
didokumentasikan dan masih belum dikenal dengan baik.
Daftar kata serapan dari bahasa
Tionghoa dalam bahasa Indonesia
Kata-kata ini terutama berhubungan dengan dapur dan makanan. Pengaruhnya terutama sangat terasa di
pulau Jawa, di mana penduduk pulau ini sekarang tidak bisa lagi
makan dan minum tanpa teh, tahu, kecap, bakmi, bakso, soto dan sate. Kemudian
kata-kata lain adalah yang spesifik berhubungan dengan budaya Tionghoa, misalkan Imlek, hongshui, shio dan sebagainya. Namun dalam bahasa Melayu dialek
Betawi yang dipertuturkan di daerah Jakarta dan sekitarnya, kata ganti pertama (gua) dan
kedua (lu) berasal dari sebuah bahasa Tionghoa. Selain itu dalam menyebut
kata-kata bilangan, yang tidak dimuat di daftar ini, juga banyak dipakai
kata-kata Tionghoa. Bahkan kota yang berada di barat Jakarta, kota Tangerang didirikan oleh orang Tionghoa dan nama ini
berasal dari sebuah bahasa Tionghoa.
A
·
amah (阿嫲)
·
amoy (阿妹)
·
angkin
·
angkong
·
anglo (洪爐)
·
anglong
·
angpao (紅包)
·
angsiau (紅燒)
·
ang (紅)
B
·
bacang (粽子)
·
bak (tinta) (墨)
·
bakiak(木屐)
·
bakmi (肉麵)
·
bakpau (肉包)
·
bakpia (肉餅)
·
bakso
·
bakwan (肉丸)
·
babah
·
banji
·
barongsai
·
batau
·
beca(becia kereta kuda atau tidak makan kalau tidak menarik
beca/tidak mencari uang )
·
bihun (mihun) (米粉)
·
bolui(沒錢)
·
bongmeh
·
bopo
·
bongpai (墳碑)
C
·
cabo (女人)
·
cah (炒)
·
caisim
·
cakwe (炸粿/炸鬼)
·
cangantu
·
cangbok
·
cangklong
·
cap cai (雜碎): tumis sayuran
·
Cap Go Meh (十五暝; pinyin: shí wǔ wěi):
perayaan 15 hari setelah tahun baru Imlek
·
capjiki
·
cawan (茶碗 cháwǎn - cangkir)
·
cha sio (sederhana: 叉烧; tradisional 叉燒; pinyin chāshāo):
sejenis babi panggang
·
cat
·
cece (坐坐)
·
ceki
·
cia (吃)
·
cialat
·
ciami
·
ciaciu, undangan perjamuan ala Cina
·
cici (姐姐)
·
Cina (支那)
·
cincai (隨便)
·
cincau (仙草)
·
cincu (珍珠)
·
cingantu
·
cingbok
·
cingcai (隨便)
·
cingge
·
cintong
·
ciu (酒)
·
cocang
·
compoh
·
cuankie, jenis makanan yang terdiri dari
tahu putih/coklat, siomay, dan baso dimakan dengan kuah yang rasanya mirip
dengan kuah Baso Malang.
·
cui (水)
·
cuki
·
cukeng
·
cukong (主公)
·
cun (寸)
D
Contoh sebuah dacing.
·
dacing - timbangan (称)
·
dim sum (tradisional: 點心, sederhana: 点心 hanyu pinyin: dianxin) - sejenis makanan kecil
E
·
encang (阿丈)
·
encing
·
engkoh (阿哥)
·
engkong (阿公)
F
·
fu yung hai (芙蓉蛋)
G
·
gin coa
·
gincu (胭脂)
·
ginkang
·
giok
·
giwang (耳環)
·
gua 我 Hokkien ‘goa’ Saya / aku
·
guci
H
·
haisom - teripang
·
hengkang
·
hiansay
·
hio (香)
·
hisit - sirip ikan hiu
·
hoakiau (華僑)
·
hoana (土人)
·
hoki (福氣)
·
honghouw
·
hongsui atau fengshui (風水) - ilmu keharmonisan Tionghoa
·
hopeng (好朋)
·
hunkue (粉粿)
·
hwahwee
·
hwee
I
·
Imlek (陰曆)
J
·
jalangkung
·
jamu(草藥)
·
jintan
·
jitu
·
jok
·
juhi - cumi kering
K
·
kamsia (感謝 ganxie)
·
kecap (茄汁 atau 鮭汁) - sejenis penyedap makanan
·
kecoa
·
keluyuk kolobak (咕咾肉)
·
kepang - ikatan rambut
·
kiejin
·
kimlo
·
kiu-kiu - sejenis permainan domino
·
klenteng
·
koa
·
koi (鯉)
·
koko (哥哥 gege)
·
Kong Hu Cu (孔夫子 Kongfuzi)
·
kongcu (孔子 Kongzi)
·
kongkalikong (串謀)
·
kongko (講座 jiang zuo)
·
kongsi (公司 gongsi)
·
koyo
·
ku
·
kuaci (瓜籽 gua zi)
·
kuah (湯)
·
kucai - sejenis sayuran
·
kue (糕 gao)
·
kung fu (功夫 gongfu) - seni bela diri
·
kuntau
·
kuntung
·
kuli (苦力)苦 Khu (pahit) dan 力 li (energi)
·
kwetiauw (粿條)
L
·
lakcang - sejenis sosis
·
lang (人)
·
langseng - mengukus,menanak
·
leci (荔枝)
·
lengkeng
·
lihai (厲害)
·
liong (龍)
·
loak
·
lobak
·
loteng 楼 / 层 = lou / Ceng - [atas] lantai / tingkat)
·
lonceng
·
lonte
·
lu 你 ‘lu / li’ kamu
·
lumpia (润 饼 (Hokkian = lun-pia ⁿ) - springroll)
M
·
maciok, mahyong (麻雀 / 麻將)
·
mangkok (碗鍋)
·
mie (面> 面 Hokkien mI - mie)
·
mihun (bihun) (米粉)
·
misoa (麵線)
·
moksai
·
mua
·
mak (媽)
N
·
ncik (姐)
O
·
oto (kata)
P
·
pakau
·
pakpui
·
pangseng
·
pangsi
·
pangsit (扁食)
·
pangkeng (房間)
·
pia (餅)
·
Pisau (匕首 bǐshǒu - pisau)
·
pong - sejenis tahu
·
popia
·
potehi - boneka wayang Tionghoa
·
putau - sejenis minuman anggur
S
·
samcam (三層)
·
sampan (舢舨)
·
sate (三疊)
·
sentiong - kuburan
·
shio (肖)
·
sinci
·
sincia (新假 xīnjià kemungkinan berasal
dari 新年假期 xīnnián jiàqí - liburan tahun baru)
·
singkek
·
singkong
·
sinse (診師) - ahli pengobatan dengan ilmu
pengobatan dari negeri Cina
·
siomai (燒賣)
·
soja
·
sohun (細粉)
·
sopia
·
soto
·
suhu - instruktur
·
sumpit
·
swipoa (sederhana 算盘; tradisional: 算盤; Pinyin: suànpán) - alat hitung,
juga disebut sebagai abakus.
T
Karakter bahasa Tionghoa
·
tacik (大姐)
·
tahu (bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: 豆腐, hanyu pinyin: doufu) - sejenis makanan yang dibuat
dari kedelai
·
tai chi
·
taifun - angin ribut
·
taiko
·
taipak
·
taipan
·
Tangerang
·
tangsi
·
taoci
·
tauco (豆醬)
·
taucang
·
taufan
·
tauge (豆芽)
·
tauke (頭家)
·
teh (茶)
·
teko (茶壶> 茶壶 = cháhú [Mandarin ], Teh-ko
[Hokkian] = poci)
·
tekong - kapten kapal
·
tim - sejenis nasi bubur
·
timlo
·
Tionghoa (中華)
·
Tiongkok (中國)
·
toapekong
·
toko
·
tongkang
·
toya - tongkat untuk permainan silat
·
tukang (土工)
W
·
waitangkung - sejenis senam
·
wangkang (艋舺)
·
wotie
·
wushu
Y
·
yin yang (陰陽)