SISTEM BAHASA
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana
Toraja, dengan Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan
digunakan oleh masyarakat,akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah dasar di Tana
Toraja. Ragam bahasa di Toraja
antara lain Kalumpang, Mamasa, Tae' , Talondo' , Toala'
, dan Toraja-Sa'dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa
Austronesia. Pada mulanya, sifat geografis Tana
Toraja yang terisolasi membentuk banyak dialek dalam bahasa Toraja itu sendiri.
Setelah adanya pemerintahan resmi di Tana Toraja, beberapa dialek Toraja
menjadi terpengaruh oleh bahasa lain melalui proses transmigrasi, yang
diperkenalkan sejak masa penjajahan. Hal itu adalah penyebab utama dari
keragaman dalam bahasa Toraja. Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki
sistem tulisan.Untuk menunjukkan kosep keagamaan dan sosial, suku Toraja
membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura (atau "tulisan").
Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.
Setiap ukiran memiliki
nama khusus. Motifnya biasanya adalah hewan dan tanaman yang
melambangkan kebajikan, contohnya tanaman air seperti gulma air dan hewan seperti kepiting dan kecebong yang
melambangkan kesuburan. Ukiran kayu Toraja,
terdiri atas 15 panel persegi. Panel tengah bawah melambangkan kerbau atau
kekayaan, sebagai harapan agar suatu keluarga memperoleh banyak kerbau. Panel
tengah melambangkan simpul dan kotak, sebuah harapan agar semua keturunan
keluarga akan bahagia dan hidup dalam kedamaian, seperti barang-barang yang
tersimpan dalam sebuah kotak. Kotak bagian kiri atas dan kanan atas
melambangkan hewan air,
menunjukkan kebutuhan untuk bergerak cepat dan bekerja keras, seperti hewan
yang bergerak di permukaan air. Hal Ini juga menunjukkan adanya kebutuhan akan
keahlian tertentu untuk menghasilkan hasil yang baik.
Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam
ukiran kayu Toraja ,selain itu
ukiran kayu Toraja juga abstrak dan geometris. Alam sering digunakan sebagai
dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang
teratur.Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan
tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran
ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk
membuat oranamen geometris.