Sistem Mata Pencaharian Orang Tolaki
Mata pencaharian pokok orang Tolaki adalah
bercocok tanam di ladang, menanam padi di sawah, berkebun tanaman jangka
panjanh, berternak kerbau dan lain-lain. Sebagai mata pencaharian sampingan,
ada di antara mereka yang sewaktu-waktu meramu misalnya menggali ubi hutan,
berburu rusa, anuang, ayam hutan, dan berbagai jenis burung, serta manangkap
ikan di rawa-rawa dan sungai.
1. Bercocok tanam di ladang
Padi ditanam pada umumnya diladang. Pengolahan
tanah untuk suatu ladang penanaman padi dilakukan secara berpindah-pindah pada
lokasi-lokasi yang dipandang subur dan dapat menghasilkan produksi yang
diharapkan
Pengolahan suatu tanah ladang selain merupakan
kegiatan utama dari anggota rumah tangga yang bersangkutan juga mendapat
bantuan dari trtangga-tetangga yang terdekat secara gotong-royong.
Lokasi perladangan biasanya merupakan suatu
kompleks yang terdiri dari sejumlah bidang tanah ladang yang saling berbatasan
satu sama lain. Hampir setiap fase pengolahan tanah ladang sampai pada fase
terakhir pemetikan hasil selalu dirangkaikan dengan suatu upacara keagamaan
yang bertujuan untuk memuja sanggoleo mbae (roh padi, dewi padi) dan untuk
menolak bala dari makhluk halus.
2. Menanam padi di sawah
Selain menanam padi di ladang, ada pula beberapa
orang tolaki yang menanam padi di sawah. Sawah hanya terdapat di Lambuya, di
Rate-rate, di Tinodo, dan di Mowewe. Namun kini setelah pemerintah membangun
irigasi di beberapa tempat,antara lain di Pu'unggalaku, di Ameroro, dan di
Wundulako, orang Tolaki mulai lebih intensif belajar mengolah sawah dan
sementara itu pemerintah setempat telah melarang penduduk berladang liar yang
belim sepenuhnya ditaati.
Menanam padi di sawah bagi orang Tolaki belumlah
merupakan pekerjaan yang menarik dibandingkan dengan adat mereka untuk bercocok
tanam di ladang. Mereka tidak begitu tahan berdiri di tengah sawah untuk
mencangkul dan membuat pematang.
Lokasi persawahan biasanya selain menjadi satu
pada suatu wilayah dataran yang luas, juga ada diantaranya yang terpencar
secara terpisah, tergantung pada adanya lokasi yang memungkinkan untuk digarap
sebagai tanah persawahan. Karena lokasi ini tidak jauh dari lokasi
perkampungan, maka tidak semua dari mereka mendirikan rumah di kompleks tanah
persawahan, karena mereka masih dapat pulang-pergi dari rumah ke sawah.
Tidak seperti pada proses kegiatan perladangan
yang hampie seluruhnya dilakukan dengan upacara-upacara, maka dalam kegiatan di
sawah tidak ada sesuatu upacara yang harus dilakukan, karena bagi mereka,
bersawah bukan cara bertani yang turun-temurun, tetapi merupakan hal baru.
Tidak ada pantangan-pantangan dan keharusan-keharusan di dalamnya untuk ditaati.
3. Berkebun tanaman jangka panjang
Sebagai makanan tambahan selain beras, orang
Tolaki juga menanam sagu. Sagu ditanam pada tanah-tanah berlumpur di
pinggir-pinggir sungai dan rawa.
Lain halnya dengan sistem pengolahan padi di
ladang yang penuh dengan upacara dan ritus, maka dalam sistem pengolahan sagu
tidak diperlukan upacara kecuali pengucapan mantera-mantera pada saat untuk
sumandu, karena sagu bukan merupakan makanan pokok orang Tolaki.
Tanaman jangka panjang lainnya seperti kelapa,
mangga, durian, langsat, kopi, kapok, pinang, dan lain-lain ditanam pada
kintal-kintal dan pada halaman-halaman rumah di kampung.
Pemeliharaan tanaman semacam ini tidak dilakukan
secara terus menerus tetapi hanya bila ada kesempatan sisa waktu bekerja di
ladang, sehingga kurang produktif dalam arti ekonomi.
4. Berburu dan beternak
Untuk bahan protein, orang Tolaki memelihara
ternak kerbau, kambing, dan ayam selain itu, mereka juga menangkap ikan di
rawa-raw dan di sungai, berburu rusa dan anuang, serta menangkap unggas seperti
ayam hutan dan berjenis-jenis burung yang dapat dimakan.
Selain untuk dimakan dagingnya, kerbau mempunyai
peranan khususdalam masyarakat Tolaki sebagai lambang kekayaan dan
kesejahteraan pemiliknya. Berbeda dengan kambing, daging kambing semata-mata
hanya untuk hidangan pada hari lebaran dan pada upacara-upacara ritual.
Sedangkan ayam, daging dan telurnya selain untuk bahan konsumsi rumah tangga,
ada juga yang dijual sewaktu-waktu sekedar untuk membeli garam dan sabun. Orang
Tolaki juga memelihara ayam jantan untuk sabungan.
Bukti adanya kegotongroyongan dalam rangkaian
berburu dan beternak ini hanya tampak pada saat berburu rusa dengan anjing,
berburu rusa dengan kuda, dan dalam membuat pagar perangkap untuk menangkap
kerbau liar. Berburu semata-mata hanyalah aktivitas pria. Selain itu anak
laki-laki menggembalakan kerbau. Wanita bertugas menangkap ikan dan mengambil
kerang-kerangan di rawa dan di sungai juga memelihara kambing dan ayam yang
dibantu oleh anak-anaknya. Ada semacam pembagian ayam untuk anak-anak dalam
suatu rumah tangga untuk dipelihara dan diperlakukan sebagai miliknya.
5. Meramu
Pada musim-musim kekurangan makanan, orang Tolaki
mengolah sejenis ubi hutan yang disebut uwikoro (gadung). Ubi gadung ini tidak
ditanam tetapi tumbuh sendiri di hutan.
Pekerjaan mengolah ubi gadung ini pada dasarnya
adalah pekerjaan wanita, namun kadang-kadang apabila diperlukan, pria ikut juga
membantu. Pekerjaan ini hanya aktivitas anggota keluarga inti dan tidak
memerlukan bantuan dari pihak kerabat lainnya.