SISTEM PENGETAHUAN
A.
Sistem Ide
Ø
Perhatian antropologi terhadap pengetahuan. Dalam
suatu etnografi biasanya ada berbagai bahan keterangan mengenai system
pengetahuan dalam kebudayaan suku bangsa yang bersangkutan. Bahan itu biasanya
meliputi pengetahuan mengenai teknologi, seringkali juga ada keterangan
mengenai pengetahuan yang menyolokdan dianggap aneh oleh pengarangnya.
Pentingnya pengetahuan akan mengenai obat-obatan asli dari suku-suku bangsa.
System pengetahuan ini sering kali para antropolog kurang menjadi objek analisa
yang diperhatikan. Perhatian akan ini disebabkan karena antara para ahli di
eropa dulu ada suatu pendirian bahwa dalam kebudayaan suku bangsa di luar eropa
tidak ada system pengetahuan. Seorang
ahli filsafat bernama L. Levy-Bhrul menerangkan bahwa dasar cara berpikir
manusia yang hidup dalama masyarakat rendah atau kebudayaan tidak serupa dengan
bangsa lain. Cara berpikir yang berbeda itu membuat masyarakat rendah tidak
dapat mempunyai ilmu pengetahuan seperti dalam dunia modern. Dengan demikan
orang misalnya dapat mempunyai konsepsi yang terang dan teliti mengenai
cirri-ciri suatu tumbuhan dan tentang cara tumbuhan-tumbuhan itu harus
diperlakukan dalam pertanian. Tiap kebudayaan bangsa-bangsa besar yang hidup
dalam Negara kompleks dan modern, tetapi juga kebudayaan suatu kelompok . suku
bangsa berburu kecil, yang hidupnya terpencil dalam suatu daerah
tundra,
semua mempuynyai system ,masing-masing.
Pentingnya
pengetahuan akan alam sekitar adalah hal yang harusnya ditetapkan oleh suku
ini. Pengetahuan akan alam tersebut pun berbeda jebisnya misalkan, tentang
sifat gejala-gejala alam, tentang flora dan fauna di sekitar tempat suku bangsa
tinggal. Pengetahuan tentang tubuh manusia dalam kebudayaan-kebudayaan yang
belum begitu banyak dipengaruhi ilmu kedokteran masa kini. Pengetahuan kan ilmu
menyembuhkan penyakit dalam masyarakat pedesaan banyak dilakukan oleh seorang
duku maupun tukang pijit. Dengan demikian tiap masyarakat tidak dapat
meninggalkan ataupun mengabaikan pengetahuan tentang sesame manusianya.
B.
Sistem Perilaku
Ø
Pengetahuan akan alam sekitar sangat diperlukan
karena, masyarakat asmat tinggal di tempat terpencil dan ganas dengan
rawa-rawa. Masyarakat asmat mengetahui yang harus dilakukan pada perbedaan
pasang surut mencapai 4-5 meter. Masyarakat suku asmat akan melakukan pelayaran
dari satu tempat ke tempat lain. Pada waktu pasang surut, orang akan berperahu
kearah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik.
Orang-orang asmat hanya mengenal 3 warna dalam kehidupannya, yaitu merah,
putih, dan hitam. Oleh sebab itu, suku asmat perlu mengetahui sifat dan tingkah
laku (kebutuhan) antar ,manusia. Tempat
tinggal suku Asmat yang berada di daerah dataran rendah membuat mereka perlu
mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya. Perilaku terhadap pengatasan
terhadap kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masyarakat merekas sendiri
maupun masyarakat luar.
Suku asmat telah biasa
melakukan system barter dengan masyarakat lain yang tinggal di daerah daratn
tinggi untuk mendapatkan alat-alat seperti kapak, batu, dan sebagainya yang
memudahkan mereka dalam kehidupan. Selain itu suka asmat juga telah beradaptasi
dengan lungkungan mereka. Pengetahuan akan mengenai ruang dan waktu telah
meberikan tindakan dan perilaku yang baik. Adanya . bahan makanan di hutan,
orang-orang Asmat pun berangkat pergi pada hari Senin dan kembali ke kampung
pada hari Sabtu. Selama di hutan, mereka tinggal di rumah sementara yang
bernama bivak.
Dengan
mengambil air minum, maka air minum diambil pada saat air surut, sewaktu air
sungai tidak terlalu asin. Air tersebut disimpan dalam tabung bambu yang
diperoleh dari hasil penukaran dengan penduduk desa di lereng-lereng gunung.
C.
Wujud Budaya
Ø
Sebagaimana kebanyakan anak-anak yang hidup di desa,
anak-anak asmat pun setiap pagi ke sekolah untuk menuntut ilmu yang belum
pernah dikecap oleh orang tuanya. Memang sebenarnya orang tua tidak sepenuhnya
mendukung pendidikan formal bagi anak-anaknya, karena menurut pemikiran
sederhana mereka, yang penting adalah kepandaian mencari dan menghasilkan bahan
makanan demi kelangsungan hidup.
Pemanfaatan flora dan fauna di daerah
lingkungan orang Asmat dapat ditemui seperti sagu. Sagu merupakan makanan pokok
orang Asmat. Sagu diibaratkan wanita karena kehidupan keluar dari pohon sagu
sebagaimana kehidupan yang keluar dari Rahim ibu. Kayu kuning sangat berharga
bagi orang Asmat sebagai bahan utama ukiran, pahatan dan kapal. Rotan sebagai
bahan utama pembuatan keranjang sedangkan labu yang dikeringkan dimanfaatkan
sebagai botol air. Hasil pangan berupa cocok
tanam suku Asmat meliputi wortel, jeruk, jagung, matoa dan peternakan meliputi
ayam dan babi. Masyarakat suku Asmat juga mengkonsumsi ulat sagu, tikus hutan,
kuskus, iguana, ikan dan kepiting rawa.
Cangkang kerang dan gigi anjing dimanfaatkan sebagai perhiasan.
Suku Asmat memiliki pola perilaku yang turun temurun
yaitu kanibalisme. Masyarakat suku Asmat akan membunuh musuhnya dalam
peperangan. Mayat musuh akan dibawa pulang ke kampong, diarak-arak sambil
menyanyikan lagu kematian dan memenggal kepalanya. Tubuh musuh dipotong-potong
dan dibagikan kepada seluruh penduduk untuk dimakan bersama. Otaknya dibungkus
sagu, dipanggang dan dimakan. Masyarakat suku Asmat biasanya memotong satu ruas
jari apabila ada salah satu keluarga yang meninggal. Bagi suku Asmat kematian
disebabkan oleh roh jahat dan ilmu hitam. Maka dari itu, apabila ada yang
meninggal, orang Asmat akan menutup segala lubang dan jalan masuk dengan tujuan
menghalangi roh jahat.
Daftar Pustaka :
-
Ensiklopedi nasional Indonesia, 1997, Jakarta : PT.
Delta Bamungkas
-
Sudaraman dea, 1984, asmat menyingkap budaya suku
pendalaman irian jaya, Jakarta : sinar harapan.
-
Koetjaraningrat, 2002, pengatantar ilmu antripologi,
Jakarta : PT. Rineka Cipta