sistem religi di Suku Anak Dalam

SISTEM RELIGI
            Suku Anak Dalam tidak menyebutkan diri sebagai penganut agama tertentu, namun mereka memiliki aturan dan norma yang  bersumber dari kepercayaan asli nenek moyang, bahwa siapa yang berbuat baik akan selamat, siapa yang jahat akan celaka. ,mereka percaya adanya Tuhan, Dewa-Dewa, hantu, roh, surge dan neraka. Masuk surge atau neraka tergantung kelakuan manusia dimasa hidupnya. Orang yang baik akan masuk surge dan yang jahat akan masuk neraka. Perbuatan yang dianggap jahat adalah bejinah dengan istri orang, membunuh, mencuri dan menipu. Adanya kepercayaan ini menuntut mereka selalu jujur dan tidak meerugikan orang.  Selain itu, ada pendapat yang mengatakan kalao Kepercayaan Suku Anak Dalam dewasa ini masih sangat menganut Animisme, mereka percaya akan adanya roh-roh halus yang menguasai segala kehidupan mereka. Walaupun demikian pengaruh islam mulai mewarnai kehidupan mereka, seperti babi adalah binatang haram, penanaman jenazah dan lain-lain. Penyadaran diri terhadap dewa-dewa tersebut sampai saat ini masih sangat kuat. Segala tindakan mereka selalu dikaitkan dengan kemurahan dewa. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan semua symbol-simbol yang diyakini sebagai pemberian dewa akan dilaksanakan nya. Begitupula sebaliknya, tindakan-tindakan yang diyakini akan mengundang amarah dewa sedapat  mungkin mereka hindari. Mereka mempunyai keyakinan bila suatu larangan dilanggar maka dewa akan memberikan hukuman berupa musibah bagi mereka.
            Bila pelanggaran terjadi, baik disengaja maupun tidak sengaja, kelompok masyarakat Suku Adat Dalam percaya, bhwa hanya dengan meminta ampunlah maka dewa akan mengampuni dan menyingkirkan dari bencana. Salah satu cara minta ampunan dewa ini adalah dengan melakukan tarian “Ande”. Menurut keterangan, tarian ini adalah tarian yang  ditunjukan  untuk menolak bala. Pelaksanaan tarian ini dipilih pada waktu tertentu dan ditetapkan oleh kepala suku. Setiapp penari diharuskan memegang “mayang jambe” (bunga jambe” yang dianggap sebagai lambing penolak segala kesialan. Dalam tarian ini seorang penari diyakinin kemasukan roh dan disini dianggap terjadunya komunikasi antara manusia dan dewa. Untuk mencegah pelanggaran terhadap larangan dan pantangan yang diberikan dewa tersebut, dalam kelompok ini ada tertua yang ahli dalam pengetahuan mengenai dunia gaib dan dunia roh.
            Suku Anak Dalam yakin bahwa prilaku diri sendiri akan membuat celaka atau bahagia, sehingga setiap orang harus mempertanggungjawabkan perilakunya. Mereka takut untuk melakukan kesalahan, bukan karena denda adat semata, melainkan hukuman yang bersifat supernatural yang akan membuat kehidupannya sengsara. Mereka juga percaya bahwa orang jahat bila  mati akkan menimbulkan kesengsaraan bagi keluarganya., seperti gagal berburu, tanaman tidak menghasilkan, berjangkitnya wabah penyakit dan kemarau panjang. Seorang yang jahat akan mendapat hukuman dewa dan hal ini tidak hanya ditanggun oleh orang yang melakukan kesalahan namun juga oleh anggota kelompokynya. Hal inilah yang membuat ikatan batin diantara mereka terjalin dengan kuat untuk selalu mengigatkan agar tidak melanggar aturan dan anorma-norma yang berlaku.
           


0 Responses