Hilangnya
identitas Dayak
·
Kebiasaan memanjangkan telinga dan membuat tato
Barangkali
identitas dayak yang paling mencolok bagi oraang luar dayak adalah praktik
menindik dan membuat tindik dan memanjangkan daun telinga,meskipun tidak semua
suku dayak melakukan hal yang sama.Di Kalimantan timur tradisi ini masih
dilakukan oleh dayak Kenya,bahau,dan kayan.di kalangan orang orang dayak
kenyah baik kaum laki laki maupun
perempuan memiliki daun telinga yang sengaja di panjangkan,tetapi ukuran
panjangnya berbeda antara laki laki dan perempuan.laki laki tidak boleh
memanjangkan telinganya melebihi bahunya,sedangkan kaum perempuan boleh
memanjangkan hingga sebatas dada.Para orang tua melakukan proses ini sejak dini
pada anak anaknya yaitu dengan menindik daun telinga mereka sejak mereka
berumur satu tahun.setiap tahunnya mereka menambah anting atau subang
perak.tidak semua anting atau subang sama.Gaya anting yang berbeda beda
menandakan status dan jenis kelamin .Gaya gaya tertentu menandakan bahwa
seseorang adalah orang yang jago atau
gagah berani.Para anggota keluarga bangsawan memiliki model model sendiri yang
tidak boleh di pakai oleh orang orang biasa.Menurut penduduk desa pemanjangan daun telinga di
kalangan masyarakat kenyah secara tradisional berfungsi sebagai penanda
identitas kemanusiaan mereka.
Senada
dengan hal itu,departemen pendidikan dan kebudayaan menegaskan bahwa bagi
masyarakat kenyahdan bahau orang orang yang tidak bertelinga panjang di anggap
serupa dengan kera.
Wisatawan
yang dating ke long kelar beranggapan bahwa masyarakat yang tinggal di sana
memiliki tato dan telinga yang panjang.Belakangan ,terbukti bahwa hal ini
sebagian benar,karena banyak orang telah memotong daun telinga mereka yang
dulunya sudah terlanjur panjang.Hal ini di sebabkan karna mereka merasa malu
apabila pergi ke daerah luar dayak.Mereka akan di tertawakan dan menjadi pusat
kerumunan orang,tidak jarang juga menjadi korban ketidak nyamanan berada di
suatu tempat di luar Dayak.
Isu
mengenai apakah penanda penanda fisik ke-Dayak-an ,seperti daun telinga panjang harus di
lestarikan,kerap kali di perdebatkan oleh masyarakat desa itu sendiri.Hanya
sedikit orang yang berpendapat bahwa orang tua yang mempunyai anak gadis atau
anak perempuan yang masih kecil harus di dorong untuk melestarikan
tradisi,dengan cara memanjangkan daun telinga anak anak perempuan mereka.Namun
di sisi lain dari anak mudanya sendiri,khususnya anak perempuan yang lahir di
zaman modern mereka akan merasa malu ,apalagi saat melanjutkan pendidikan di
kota kota besar.Mereka merasa asing atau berbeda dari teman temannya.
Keunikan
dayak harus di pelihara,khususnya di Long Mekar,karna jika tidak maka orang
dayak akan kehilangan tradisi mereka yang sangat berharga itu.
Penanda
fisik Dayak lainnya adalah tato.Banyak perempuan usia paro baya dan manula
memiliki lengan dan kakinya.Tato bagi kaum perempuan menandakan bahwa mereka adalah keturunan keluarga bangsawan.laki laki
suku dayak kenyah hanya memiliki tato di bagian punggung kanan dan kiri mereka.bagi kaum laki laki
tato ini melambangkan bahwa mereka telah menjelajahi negri orang dan telah
melakukan sesuatu yang luar biasa.Sedangkan motif untuk kaum perempuan adalah
motif motif perang,rantai rantai
anjing,tanduk tanduk binatang di bagian lengan dan paha,dan motif motif
lingkaran di betis dan pergelangan kaki.
Sekarang
gadis gadis dan pemuda dayak tidak lagi menggunakan tato,alasannya selain
pembuatan tato harus menahan sakit yang luar biasa,penggunaan tato juga sudah
di anggap suatu perbuatan yang sudah ketinggalan zaman.Meski dulu tato pernah
menjadi penanda identitas Dayak kenyah yang penting,sekarang pada umumnya
penduduk desa tidak punya kecendrungan untuk meneruskan praktik ini.Hanya
beberapa orang tua di desa itu saja yang masih menaruh perhatian ,seraya berpendapat
bahwa modernisasi telah melemahkan aspek kebudayaan tradisonal yang satu ini.
Dengan
demikian,penanda penanda ke-dayak-an itu sendiri di perdebatkan di desa
itu,khususnya orang orang dayak yang lahir dari generasi yang berbeda.
·
Perubahan generasional
Seperti yang tlah di ketahui masyarakat luas,telah lama terjadi sejumlah
perubahan yang penting di kalangan warga desa Long Mekar. Golongan
yang lebih muda tidak lagi melakukan aktivitas aktivitas yang sama dengan yang
di lakukan oleh sekelompok yang lebih tua.perubahan ini tersebar luas : dalam
berburu misalnya.Sikap orang orang muda terhadap cara berburu ‘tradisional’
Dayak sudah berubah karna adanya situasi situasi yang baru.Ini tampak kontras
dengan sikap generasi tua yang cenderung mengagungkan masa lalu.
Sekarang
orang orang dayak di Long Mekar sedang kehilangan identitas budaya hutan
‘tradisional’ mereka karena lingkungan tidak lagi mendukung praktik praktik
tradisional.Contohnya orang orang Dayak Long Mekar tidak lagimenggunakan anjing
dalam berburu,karena mereka harus bepergian jauh untuk mencapai daerah daerah
hutan yang cocok untuk berburu saat ini.Selain itu,hasil buruan tidak lagi di
bagi bagi di antara sesamawarga desa karena biasanya para pemburu ,yang
biasanya adalah anak anak muda,lebih suka menjual hasil buruannya untuk
mendapatkan uang tunai.bagi sebagian anak mudanya,berburu merupakan suatu
kegiatan ekonomi.Sebagai sebuah cara untuk mendapatkan uang ketika sedang tidak
ada pekerjaan di pabrik pengolahan kayu.karna menurut mereka,orang dayak tidak
lagi tinggal di daerah terpencil di mana tidak ada lagi tempat untuk menjual
hasil buruan.
Bagi
kalangan generasi tua,bukan hanya perubahan perubahan dalam berburu sajayang
menandai makin terabaikannya nilai nilai tradisional dayak.Anak anak remaja di
daerah Long Mekar juga sudah mengenal minuman keras dan obat obatan
terlarang.Para orang tua sudah memperingatkan,namun mereka tidak
memperdulikan.mereka juga sudah mulai ada yang melakukan tindak kriminal
seperti mencuri agar dapat membeli obat obatan terlarang.
Pada masa sekarang ini dapat di katakana bahwa Suku Dayak sedang
mengalami culture loss . tetapi
generasi muda yang sudah selesai sekolah dan memasuki bursa kerja formal
memiliki perspektif yang berbeda.Sekarang ini,anak ank muda anak desa itu
beranggapan bahwa orang orang yang bekerja di kantor adalh orang orang yang
modern dan lebih terhormat dari para petani.
Bagi orang tua desa itu ,tampaknya menjadi ‘Dayank yang sesungguhnya’
berarti menjalani kehidupan layaknya apa yang merka alami pada masa
lalu.Masalah ini juga muncul ketika orang menegoisasikan ke-Dayak-an dengan
pandangan tentang kerukunan.
·
Kerukunan
Para orang tua Long mekar khususnya,menekankan pentingnya kebudayaan
Dayak yang berupa sikap mau berbagidan hidup rukun dengan para anggota rumah
panjang atau desa seseorang.Di katakana hidup rukun adalah aspek kunci dalam
kehidupan orang orang kenyah.Bagi mereka hidup rukun di ekspresikan dengan
mengenakan pakaian tradisional dan menarikan tarian persatuan.Oleh mereka,rumah
panjang juga di pandang sebagai sebuah komponen yang penting dalam menjaga
kerukunan dan hubungan hubungan yang akrab.Konflik dengan kelompok kelompok
suku lainnya dimasa lalu justru memperkuat persatuan di kalangan subsuku
Kenyah.
Di satu sisi dari keinginan untuk hidup rukun ini adalah praktik
redistribusi tanah,baik ladang maupun sawah.Praktik ini di jalankan tampaknya
telah memperkuat keyakinan bahwa para anggota sebuah komunitas rumah panjang
harus hidup rukun dan lebih khusus lagi tidak boleh menunjukkan ketamakan.
Dimensi lain ada pandangan pandangan yang saling bertentangan mengenai
apa yang di maksud dengan Dayak dalam perdebatan mengenai distribusi tanah
ini.Konsep konsep kerukunan dan kesetaraan harus di pertahankan dan di pelihara
karena konsep konsep tersebut esensial bagi identitas Dayak.Tetapi banyak
masyarakat yang menentang adanya kesetaraan yang di berlakukan pemerintah.hal
ini di menunjukkan bahwa ke-Dayak-an di pertentangkan di kalangan penduduk desa
Long Mekar sendiri, dan bahwa perdebatan perdebatan tentang identitas Dayak
berkaitan erat dengan persoalan persoalan keseharian seperti hak untuk menanami
lahan.
·
Gotong royong
Dari waktu ke waktu masyarakat Long Mekar melakukan gotong royong . Laki
laki dewasa dari setiap rumah tangga di wajibkan ikut serta dalam kegiatan ini
dan kaum ibu ibu dan perempuan perempuan tua bertugas menyiapkan makanan dan
minuman untuk semua yang ikut gotong royong.
Pada mulanya banyak ibu ibu dalam mempersiapkan makanan .namun karna
keterbatasan dana maka jumlahnya di kurangi.Ibu ibu yang mempunyai anak kecil
tidk boleh ikut bergotong royong.Hal ini di sebabkan panitia tidak mau
mengeluarkan uang untuk semua yang bergotong royong.
Pada saat sekarang ini kebiasaan gotong royong sudah mulai di tinggalkan
oleh masyarakat Dayak.mereka berpendapat apabila pemerintah memberikan dana
yang cukup untuk membangun lamin maka masyarakat tidk perlu bergotong royong,sehingga
mereka dapat melakukan kegiatan kegiatan ekonomi yang lain.menurut
mereka,mereka di tipu atau di peralat atas nama tradisi.Sekalipun lamin itu
tidak di bangun atas dasar bergotong royong toh itu menjadi symbol ke-Dayak-an
mereka.masyarakat setempat beranggapan pemerintahnya telah memanipulasi
penduduk atas nama tradisi agar tidak mengeluarkan dana terlalu banyak.
Menurut banyak orang tua dan anak anak muda mau bekerja jika ada
uang.padahal gotong royong itu adalah tradisi dari generasi ke generasi yang
perlu terus di jaga,karna merupakan suatu identitas kedayakan mereka .
·
Simbolisme Dayak ; burung enggang
Burung enggang merupakan symbol Dayak yang paling penting ,menghadap ke
hulu.Hanya apabila burung itu menunjuk ke makam barulah burung itu menghadap ke
hilir.Hulu berarti kehidupan dan hilir berarti kematian.Simbol Dayak yang satu
ini juga di pakai untuk menghias gedung gedung perkantoran,dan bangunan
bangunan umum ,seperti misalnya ,gedung kantor pemerintah daerah,pasar,dan
Bandar udara di Kalimantan timur.
Sekarang di Long Mekar tidak ada lagi patung penjaga dengan burung
Enggang.Patung yang semula ada sudah tersambar petir,namun mereka belum juga
menggantinya.Ironisnya ,kendati penggunaan symbol symbol dayak itu justru sudah
semakin banyak di gunakan belakangan ini di lingkungan yang lebih luas di
Kalimantan timur,khususnya pada bangunan bangunan umum dan dalam bahan bahn
promosi Kalimantan Timur.Hal ini terjadi di seluruh desa desa Dayak di
Kalimantan Timur.
Di desa Long Mekar kepala adat sering mengingatkan agar warga desa
melestarikan budaya Dayak. Secara khusus menjaga dan memelihara karakter unik
tertentu di dalam masyarakat dayak terutama patung patung tertentu sangat di
anjurkan dan di dukung.kendati sekarang ini mereka adalah penganut agama
Kristen mereka berpendapat tidak ada masalah dalam melestarikan adat yang
menurut mereka berbeda namun tidak bertentangan dengan agama.Namun mereka
terkadang tidak menghiraukan anjuran tersebut.
Dewasa ini banyak warga Long Mekar merasa khawatir bahwa surutnya
kekuasaan kekuasaan kepala suku Dayak sebagian di sebabkan oleh penyeragaman
struktur pemerintahan di desa itu.Peran kepala adat masih signifikan dalam
proses mobilitas masyarakat dayak.
Lidya Puspita Wirhabni Padang
4423116716
Usaha Jasa Pariwisata
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negri Jakarta
goood