FOLKLORE BUKAN LISAN



FOLKLORE BUKAN LISAN

Tulisan ini menginformasikan tentang folklore bukan lisan masyarakat Baduy atau yang dikenal juga sebagai Urang Kanekes. Data dari tulisan ini diambil berdasarkan penelitian baik dengan cara pengamatan, dan dengan cara bertanya kepada orang baduy itu sendiri, sehingga informasi yang di dapat merupakan informasi hasil observasi langsung di sekitar baduy luar.

Mata pencaharian utama orang baduy adalah bertani. Namun cara bertani orang baduy tidak menanam padi sawah, melainkan padi huma. Pertanian huma pada suku baduy dimulai mengikuti seruan adat, dalam hal ini adalah puun. Apabila puun mengatakan sudah waktunya yang tepat uuntuk memulai kegiatan bertani, maka seluruh masyarakat akan mulai mempersiapkan lahan bertani mereka.
Proses penanaman padi huma pada masyarakat baduy dimulai dengan sebutan Nyacar. Nyacar adalah kegiatan memotong semua tanaman dan rerumputan serta pepohonan dengan menggunakan sebilah sabit dengan maksud membabat habis semua tanaman yang kiranya dapat mengganggu tumbuhnya tanaman padi huma. Selanjutnya ada kegiatan yang disebut nutuhan . adalah kegiatan memotong dahan-dahan pepohonan yang dapat menghambat masuknya sinar matahari sebagai komponen fotosintesis dari proses penyinaran matahari bagi tanaman utama atau tanaman penyela seperti cabe, kunyit, kencur dll. Selanjutnya adalah ngaduruk . kegiatan membakar ranting dahan dan daun kemudian hasil pembakarannya dijadikan sebagai penyubur tanah atau sebagai pupuk. Selanjutnya kegiatan nyasap. Kegiatan membersihkan rerumputan yang akan mengambil humus tanah sehingga menggambil jatah mineral yang harusnya dapat membantu kesuburan tanaman huma warga. Ngaseuk adalah kegiatan melubangi tanah dengan sebatang kayu sebesar kepalan tangan sebagai tempat untuk menaruh bibit/biji padi huma. Selanjutnya ada kegiatan  ngored yakni membersihkan rerumputan setelah masa tanam 2 atau 3 minggu karena rumput akan mengganggu proses pertumbuhan padi dengan mengambil mineral yang dibutuhkan padi. Setelah tanaman berusia sekitar 7 bulan, dilakukanlah proses panen dengan mengunakan alat yang disebut etem. Setelah padi di panen, dilakukan proses ngalantai/nyalantai  dimana proses menjemur padi dengan sebatang kayu atau bamboo yang diberi atap sebagai penghalan ketika hujan. Proses ini dilakukan selama 3 minggu sebelum padi dimasukan kedalam leuit.
Leut adalah tempat penyimpanan pada atau lumbung padi masyarakat baduy. Padi yang disimpan di leuit bahkan dapat bertahan hingga 100 tahun berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari narasumber orang baduy dalam bernama Kang Harja, asalkan padinya itu tidak terkena basah.
Setelah masa panen, lahan bekasi tanaman padi tidak begitu saja langsung ditinggalkan, ada tanaman penyela seperti cabe, kunyit, jahe dan lain-lain sebagai penghasilan tambahan selain dari bertanam padi huma.
Tidak seperti tanaman padi sawah yang akan di bajak berulang-ulang setelah panen, pola ngahuma pasa masyarakat baduy menjadikan lahan bekas tanaman padi huma dibiarkan kembali tumbuh seperti hutan, mengembalikan sari-sari yang ada di dalam tanah, dan masyarakat baduy akan mencari lahan baru untuk kegiatan tanam selanjutnya.
Setelah masa panen dan sebelum masa tanam kembali, masyarakat baduy menyelenggarakan upacara KAWALU, yakni upacar sebagai wujud rasa syukur atas panen yang telah berhasil dan berharap agar masa tanam yang selanjutnya aka lebih baik lagi. KAWALU biasa dilakukan 3 bulan, dan pada masa saat upacara KAWALU sedang berlangsung, orang asing yang bukan orang baduy dilarang untuk masuk ke daerah baduy dalam
Apabila orang baduy ingin menggunakan hasil panennya, baik untuk kebutuhan acara bersama atau keperluann lainnya, padi yang ada akan ditumbuk dengan alat yang bernama Lesung/Lisung yang ada disetiap kampung di baduy, baik baduy luar maupun baduy dalam yang berada di dalam sebuah gazebo atau tempat sepertisaung yang berukuran besar. Uniknya, Lesung ini terbuat dari pohon yang terdapat di hutan baduy.
Selain itu, aren adalah kegiatan yang terkenal di baduy selain huma. Banyak orang baduy yang menjadi petani aren dan menjadikannya sebagai penghasilan tambahan karena gula aren yang hasilkan dapat dijual dan bisa menghasilkan uang untuk membeli lauk sederhana seperti ikan asin dan lainnya.
Di baduy tidak mengenal isyarat seperti kentongan atau alat bunyi-bunyian sebagai symbol atau pertanda ada sesuatu hal penting. Misalkan ketika ada orang baduy yang meninggal, kabar tersebut akan otomatis tersebar tanpa mesti adanya isyarat dan setiap warga baduy akan bergotong-royong untuk membantu tanpa perlu dilakukan permintaan atau perintah sebelumnya.
ARSITEKTUR RUMAH BADUY
Pada umumnya rumah Suku Baduy sama rata bentuk rumah panggung  dan bangunannya dan bersifat fleksibel, konsep rancangannya mengikuti kontur lahan, tiang penyangga masing-masing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda. Kebanyakan bangunan rumah tinggal suku Baduy menghadap ke utara-selatan dan saling berhadapan, untuk memperbedakan rumah penduduk biasa dengan jaro dan puun hanya terasnya. Suku Baduy  tidak pernah berusaha mengubah atau mengolah keadaan lahannya-misalna ngalelemah taneuh, disaeuran, atawa diratakeun untuk kepentingan bangunan yang akan didirikan di atasnya. Sebaliknya, mereka berusaha memanfaatkan dan menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi lahan yang ada. Rumah tinggal suku Baduy Dalam termasuk jenis bangunan knock down dan siap pakai, yang terdiri dari beberapa rangkaian komponen. Selanjutnya, komponen-komponen tersebut dirakit atau dirangkai dengan cara diikat menggunakan tali awi temen ataupun dengan cara dipaseuk. Konstruksi utamanya yang berfungsi untuk menahan beban berat, seperti tiang-tiang, panglari, pananggeuy, danlincar, dipasang dengan cara dipaseuk karena alat paku dilarang digunakan. Justru teknik tersebut bisa memperkuat karena kedua kayu yang disambungkan lebih menyatu, terutama ketika kedua kayunya sudah mengering.


Sedangkan rumah Baduy Luar untuk menahan beban tiang-tiang sudah menggunakan paku,
Lisung (lumbung padi), bahan untuk membuat rumah yaitu pohon kalabise atap nya pohon kirai. Adapun leuit, yang gunanya untuk menaruh padi yang sudah di panen.
bagian rumah :
teras = sosoro tepas
dapur = rumah
kamar =peneng
arit = cerulit
bilik (dinding)
 rarangkit (atap) dan
palupuh (lantai).
Antara ruangan sosoro dan tepastidak terdapat pembatas. Keduanya menyatu membentuk huruf L terbalik atau siku. Rumah tinggal suku Baduy hanya memiliki satu pintu masuk, Sebagian besar pintu tidak dikunci ketika ditinggalkan penghuninya. Akan tetapi, beberapa orang membuat tulak untuk mengunci pintu dengan cara memalangkan dua kayu yang didorong atau ditarik dari samping luar bangunan. bagian inti dari rumah suku Baduy terletak pada ruangan yang disebut imah karena ruang tersebut memiliki fungsi khusus dan penting. Selain berfungsi sebagai dapur (pawon), imah juga berfungsi sebagai ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya.

Mereka tidak memiliki tempat tidur khusus, tetapi hanya menggunakan tikar,  Di sekeliling ruangan imah terdapat rak-rak untuk menyimpan peralatan dapur dan tikar untuk tidur.
Obat-obat Tradisional Suku Baduy.

1. Aceh (rambutan)
Khasiat: obat penurun panas
Cara pembuatan: Tumbuk kemudian rendam didalam air dan minum

2. Angsana
Khasiat: Obat sakit gigi
Cara Pembuatan: Getah di oleskan

3. Antawalu (brotawali)
Khasiat: Mengobati cacingan
Cara Pembuatan: Batang dicuci, ditumbuk, tambahkan air dan diminum

4. Anting-anting
Khasiat: mengobati asam urat
Cara Pembuatan: batang dicuci direbus lalu diminum airnya.

5. Antanan (pegagan)
Khasiat: mengobati asam urat
Cara Pembuatan: batang dicuci direbus lalu diminum airnya.

6. Awi Bitung
Khasiat: obat batuk dan tonik rambut

7. Belimbing
Khasiat: mengobati darah tinggi
Cara Pembuatan: di makan seperti biasa

8. Bangban
Khasiat: Obat batuk
Cara Pembuatan: dipotong pohon bangban lalu diminum airnya

9. Berenuk
Khasiat: obat penurun panas
Cara Pembuatan: campur daun berenuk dengan rambutan aceh, daun nangka walanda direbus dan diminum airnya.

10. Beunying
Khasiat: Menyembuhkan luka bacok
Cara Pembuatan: daun diremas remas kemudian ditempelkan ke daerah luka

11. Cangkudu (mengkudu)
Khasiat: Menyembuhkan diare

12. Calincing (belimbing wuluh)
Khasiat: Obat Batuk
Cara Pembuatan: Rebus bunga calincing lalu diminum saat pagi hari

13. Capeu (sembung)
Khasiat: penambah tenaga
Cara Pembuatan: rebus daun capeu lalu di minum

14. Carulang (rumput belulang)
Khasiat: menumbuhkan rambut

15. Dadap (dadap serap)
Khasiat: campak
Cara Pembuatan: cuci bersih daun dadap lalu diremas remas dan tempelkan pada dahi
Khasiat: Panas dalam
Cara Pembuatan: remas daun dadap lalu diseduh dengan air panas dan diminum

16. Gandarusa
Campuran obat kuat bersama langleur gunung

17. Godang (pepaya)
Khasiat: Kencing manis
Cara Pembuatan: buah pepaya ditumbuk lalu direbus dan diminum seperti jamu
Khasiat: Gangguan pendengaran
Cara Pembuatan: tangkai daun pepaya dicuci bersih lalu ujungnya dibakar dan ditempelkan dekat telinga

18. Honje (kecombrang)
Khasiat: cacar
Cara Pembuatan: cuci bersih daun honje lalu direbus dan ambil air rebusan dan gunakan u/ mandi

19. Jambe Pinang
Khasiat: agar rambut kuat & bersih
Cara Pembuatan: batang jambe yang masih muda di kerok lalu dijadikan shampo
Khasiat: obat luka
Cara Pembuatan: pelepah jambe ditambah minyak kelapa lalu ditempelkan pada luka

20. Jambu klutuk (jambu biji)
Khasiat: mencret
Cara Pembuatan: dicucu dan dimakan daunnya.

21. Kareuk
Khasiat: batuk&pilek
Cara Pembuatan: daun dicuci bersih lalu ditumbuk dan letakkan pada kening

22. Kelapa
Khasiat: obat diare
Cara Pembuatan: tumbuk kulit kelapa kasih air dan minum

23. Kembang Teleng
Khasiat: sakit kepala
Cara Pembuatan: bunga kembang teleng diremas lalu teteskan pada mata

24. Keras tulang
Khasiat: menguatkan tulang
Cara Pembuatan: petik daun lalu cuci bersih seduh dengan air panas dan minum seperti teh

25. Kunyit
Campuran u/ org melahirkan

26. Kumis kucing
Campuran untuk orang sehabis melahirkan

27. Kundur (bligo)
Khasiat: menurunkan gula darah
Cara Pembuatan: biji bunga kundur di sanghai lalu ditumbuk halus seperti bubuk kopi dan diseduh diminum 2x sehari

28. Lajagoah (lengkuas)
Khasiat: sakit perut dan kepala
Cara Pembuatan: cuci bersih lengkuas lalu ditumbuk seduh dengan air panas dan minum.

29. Mahoni
Khasiat: obat pegal linu
Cara Pembuatan: biji buah disangrai diseduh dan diminum

30. Nangsi
Khasiat: menyegarkan badan
Cara Pembuatan: daun pohon nangsi direbus lalu minum

31. Penisilin tangkal (pohon zigzag)
Khasiat: borok
Cara Pembuatan: getahnya dioleskan kebagian yang sakit

32. Sariawan peurjit
Khasiat: sariawan usus
Cara Pembuatan: daun dicuci bersih lalu dikunyah atau direbus dan diminum

33. Siwurungan
Khasiat: flu dan sakit kuning
Cara Pembuatan: pucuk dicuci bersih lalu direbus dan diminum atau bisa juga dimakan langsung

34. Pecah beling
Khasiat: panas dalam
Cara Pembuatan: cuci daun lalu rebus dan minum airnya

35. Panglay(bangle)
Untuk mengobati berbagai penyakit dan kesurupan dengan cawa langsung di makan

36. Paku Kapal
Khasiat: luka luka dan patah tulang
Cara Pembuatan: daun paku kapal ditambah daun jahe dan daun cikur lalu dicuci bersih dan ditumbuk dan tempelkan pada luka atau tulang yang patah.

37.Jeruk nipis
Khasiat: nyeri pinggang
Cara Pembuatan: lalapan

38. Jahe
Khasiat: obat batuk dan pemulih tenaga
Cara Pembuatan: jahe ditumbuk lalu campurkan dengan air dan minum

39. Kacapi
Khasiat: pemulih tenaga
Cara Pembuatan: daun & akar kecapi dicampur dengan kulit leme pisitan dan akar kunci lalu digodok dengan air dan diminum.

40. Jakut Wisa
Khasiat: digigt binatang berbisa
Cara Pembuatan: remas daun nya lalu ambil air dan tempel

41. Cikur (kencur)
Khasiat: obat keseleo
Cara Pembuatan: tumbuk sampai keluar air lalu oleskan dan pijat

42. Putri mau
Khasiat: menyembuhkan sariawan
Cara Pembuatan: daun nya diperas lalu ambil airnya dan minum

43. Sirih
Khasiat: mata kotor
Cara Pembuatan: cuci daun lalu rebus dan teteskan pada mata.

Satu hal yang menjadi perbedaan dan terlihat cukup jelas antara baduy luar dan baduy dalam yaitu dari pakain yang digunakan. Orang baduy dalam menggunakan ciri khas kain putih yang diikatkan dikepala sebagai pembeda dengan baduy luar yang menggunakan kain berwarna  hitam biru gelap.
Demikian tuisan ini dibuat, semoga dapat memberikan informasi bagi siapapun yang membaca.
0 Responses