Kampung Marengo, BADUY LUAR
Menuju sebuah kampung yang masih
sangat menjaga kearifan lokal menjadi ciri khas tersendiri yaitu kampung suku
baduy . Sesampainya di ciboleger kami melanjutkan perjalanan menuju kampung
marengo, ditengah perjalanan yanh cukup melelahkan untuk sampai ke kampung
marengo. Perjalanan yang menanjak, tebing dan jurang menjadi sahabat perjalanan
kamu untuk menuju kampung marengo. Serta jalan setapak menurun dan menanjak
seperti menjadi tantangan yang harus di hadapi untuk sampai di kp. Marengo.
Pemandangan yang indah dan sungai seakan-akan mengurangi rasa lelah dalam
melakukan perjalanan sampai ke kp. Marengo tanpa terasa 2 jam perjalanan kami
sampai di kampung yang menjadi tujuan kami. Rasa penat dan lelah semua terasa
terbayarkan setelah sampai di kp.marengo dengan melihat kehidupan yang
sederhana tanpa mengeluh seakan membuat kami merasa malu , membandingkan
kehidupan kami dengan mereka. Kami sadar bahwa kehidupan memberikan pelajaran
yang sangat berarti, inilah kehidupan yang sebenarnya. Kami yang hidup serba
kecukupan saja terkadang masih mengeluh tetapi mereka menjalani kehidupan penuh
kesederhanaan tanpa ada sedikitpun mengeluh, karena mereka sadar bahwa kehidupan
bukan hanya untuk hari ini saja. Perjalanan kehidupan masih terus berjalan
tidak akan terputus untuk hari ini .
Melihat dari segi kehidupan mereka
kami menarik kesimpulan bahwa mengeluh saja tidak cukup melakukan kegiatan dan
itu sangat merugikan mereka tentunya , seandainya mereka terus-meners hanyalah
mengeluh. Meskipun waktu menunjukan sore hari kami bergegas untuk menunggu
pembagian homestay karena kami sampai di ciboleger jam 2 siang, dan langsung
melanjutkan perjalanan ke marengo dan homestay yang akan kami tinggali sangat
berbeda jauh dengan rumah kami. Yang kiri kanan sudah tembok tetapi disini kami
menemui rumah yang terbuat dari bilik bambu dan beratapkan kirai ini menjadi
sebuah pengalaman baru untuk kami. Setelah pembagian homestay selesai kami langsung
menuju homestay yang disediakan untuk beristirahat sejenak melepas penat dan
rasa lelah. Seakan waktu mengisyaratkan kami menunjukkan pukul 5 sore ingin
membersihkan diri dari keringat yang mengalir deras karena perjalanan tadi.
Jadi kami beranjak langsung menuju sungai yang letaknya tidak jauh dari kampung
marengo , sebuah pengalaman baru juga untuk mandi disungai karena sungai
menjadi satu-satunya sumber air untuk kp.marengo . Semua aktivitas yang
berkaitan dengan air disana semua dilakukan seperti mandi, mencuci,dan kakus
mereka lakukan disana. Meskipun air disungai tidak terlalu jernih tetapi sangat
menyegarkan badan dan merasa cukup , selesai kami langsung bergegas kembali
menuju homestay untuk beristirahat.
Tidak terasa sore berganti malam dan waktu
menunjukkan pukul 7 malam , setelah kami selesai makan malam dengan penerangan
yang sangat redup menemani hari pertama kami di kp.marengo - baduy luat. Semua
aktivitas seakan terhenti dengan terbenam sang cahaya . Pemandangan yang
berbeda dengan kemajuan teknologi masih ada di sebuah perkampungan yang di
malam hari hanya diterangi oleh rembulan , tidak adanya listrik dalam kehidupan
malam mereka tanpa harus merasakan kegelapan malam yang semakin larut semakin
gelap. Yang menjadi pertanyaan kami adalah apa alasan kp.marengo tidak mau
menggunakan listrik ? Apakah mereka tidak ingin membayar listrik atau karena
merka tidak mengerti apa itu listrik ? . Ternyata bukan karena mereka tidak
mengerti tetapi mereka tidak mau mengambil resiko yang akan ditimbulkan seperti
: kebakaran , apabila terjadi konsleting listrik dan alasan lain adalah
masuknya listrik ke kampung mereka berarti alat-alat elektronik pasti akan
terjadi modernisasi didalam kampung mereka. Seperti televisi yang akan membuat
malas anak-anak mereka nantinya, hanya menonton televisi saja setiap hari dan
tidak mau membantu bapak berladang disawah yang sudah menjadi aktivitas mereka
sehari-hari. Jadi, itulah alasan mereka tidak mau menggunakan listrik serta
jangkauan listrik yang sangat jauh pula menjadi pemikiran mereka dan alasan
yang paling kuat adalah mereka sudah berpegang teguh pada kepercayaan nenek
moyang sejak zaman dahulu , serta tidak mau untuk merubah kebiasaan dari nenek
moyang sampai sekarang. Keadaan dalam rumah yang penuh kesederhanaan hanya ada
satu kamar, satu dapur , dan ruang tengah. Serta adanya leuyit, jembatan bambu
menajadi suatu pengalaman baru .
Tidak terasa malam semakin larut,
mata ini untuk dipejamkan, sebuah malam tanpa aktivitas menjadi keheningan
malam yang hanya terdengar menutupi malam pertama kami di kp.marengo - baduy
luat untuk melanjutkan kegiatan esok hari untuk lebih mengenal orang-orang
pribumi yaitu kp. Marengo.
Seputar Ilmu Pengetahuan
·
Mata Pencaharian
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat badui biasanya melakukan
kegiatan berladang dan berkebun sebagai mata pencaharian. Seperti berladang,
berkebun pohon aren untuk dibuat gula aren dan menenun. Hal nya:
1. Ladang
adalah tempat menanam padi . Padi yang di tanam adalah padi gogo karena di
tanam didaerah lereng dan cara menanamnya juga bukan nandur tapi tanam maju.
Biasanya panen padi setahun sekali, ada juga syukuran yang dilaksanakan pada
saat sebelum menanam dan setelah panen. Untuk pupuk padinya di gunakan pupuk
organic yang berasal dari daun cengkudu, dan daun jeruk bali. Pemupukannya
dilakukan semusim 5 Kali dan 1 bulan 2 kali. Setelah panen padi dibawa ke
lantaian dengan cara nggunjal ,setalh 2 minggu padi kemudian di bawa ke leuyit
(lumbung padi).
Padi gogo ini bentuknya lebih kebulat .
2. Kebon adalah tempat menanam seperti pisang, duren
, kencur, jahe, ubi-ubian dll. Alat taninya berupa arit (cerurit) dan golok .
3. Tenun
adalah salah satu aktivitas dimana para masyarakat tidak keladang atau bukan
musim panen .alat-alatnya seperti parakatinun, kerekan , sisir dll. Untuk warna
di benang tenunya ada dua macam yaitu alami
dari daun rengreng caranya di godok , diambil airnya kemudian dicelupkan
bahannya. dan sintetik untuk yang sintetik bahannya di beli dari daerah Bandung
yang berjenis majalaya . proses penenunan paling cepat seminggu tergantung
motif dan besarnya. Biasanya dijual ke cibeo dan ada juga yang dijual perumah ,
dengan harga dari 15 ribu sampai puluhan ribu .
4.
Gula Aren
Gula aren merupakan salah satu sumber daya alam yang
di hasilkan di baduy . dari pohon inilah pemanis yang dihasilkan .
Dari hasil beladang
dan berkebun itulah yang mereka konsumsi sehari–hari. Dengan makan-makanan yang
sederhana, begitupun kehidupannya .
5.
Pengrajin Tas yang biasanya disebut tas koja yang
terbuat dari kulit kayu yang dianyam .
·
Arsitektur Tradisional
1. Rumah baduy :
Rata-rata
bentuk rumahnya sama satu dengan yang lainnya , yaitu rumah panggung yang
memiliki teras dibagian depan yang
sangat luas, ruang tengah, satu kamar dan dapur. Komponen pembutan rumah baduy
sebagai berikut :
o Atapnya terbuat dari susunan Daun Kirai dan ijuk.
o Tersusun dari bambu surung dan bambu wayan. Yang di
cara penyatuannya tanpa menggunakan alat penguat (paku) , tetapi menggunakan
rotan/ijuk yang diikat untuk menguatkan satu sisi dengan sisi yang lain untuk
baduy dalam,tetapi kalau badui luar sudah menggunakan paku dan alat modern
lainnnya.
o Temboknya terbuat dari anyaman bambu item .
o Susunan lantainya terbuat dari : sarang, pelupuh ,
dolos dan sunduk.
o Pintunya terbuat dari kayu jengjeng
o Di baduy dalam hanya ada 1 pintu dan dipintunya ada
Penolak Bala (katomas atau katajuran) yang terbuat dari hanjuang .
Rumah Baduy
Dinding
bilik
Lantai
2. Lantaian dan Leuyit / Lumbung Padi
Lataian
Lantaian merupakan tempat penyimpanan padi sebelum
dimasukkan ke leuyit.
3. Leuyit
Leuyit
merupakan tempat penyimpanan padi
4. Jembatan Gajeboh
Jembatan ini
merupakan salah satu penghubung untuk menuju desa lain , yang dibuat diatas
sungai . terbuat dari susunan bambu yang bahan penyatunya dari ijuk dan rotan.
·
Obat – Obatan Tradisional
Suku baduy memanfaatkan flora sebagai obat-obatan .
diantaranya :
1. Daun kanyere untuk obat Pusing
2. Kelapa ijo untuk
obat kulit
3. Daun kasoro untuk obat batuk
4. Getih daun jampang untuk obat luka yang dioleskan
5. Aren untuk tuak (lahang)
6. Daun sembung untuk penurun panas
·
Bahasa Isyarat
Untuk bahasa Isyarat di baduy tidak mengunakan bahasa
isyrat apapun, berita yang disampaikan hanya melalui mulu ke mulut. Baik
menyampaikan suatu acara maupun mengumpukan masyarakatnya.
·
Pakaian
Baduy Dalam :
o Tutup Kepala / Telekung berwarna putih bagi Laki-laki.
o Baju Hitam , seperti kebaya untuk bekang .
o Kain Bawahan berwarna Putih .
o Gelang Tolak Bala terbuat dari rotan , handam yang
dikepang .
o Tas kain .
o Tanpa menggunakan alas kaki .
Baduy Luar :
o Tutup Kepala / Telekung berwarna biru bagi Laki-laki.
o Baju berwarna dan lebih bermotif karena pengaruh
masuknya budaya asing.
o Celananya sudah bermotif bagi laki-laki, dan untuk
bekang masih mengunakan kain biru bercorak batik .
o Sudah menggunakan alas kaki/sandal.
·
ALAT TRADISIONAL
Alat Masak :
Peralatan hidup seperti alat masak yang masih sederhana di Baduy yaitu seeng, boboko, asepan, ngiru, salang
(nyimpen nasi), tampi beras, kompor yang yang tradisional
.tetapi yang sudah mengalami perubahan itu seperti piring dan gelas dahulu masi
terbuat dari kayu tetapi sekarang sudah menggunakan melamin atau pelastik
searah dengan pergeseran zaman baik baduy luar maupun baduy dalam.
Alat Tani :
Alat
tani yang dipakai adalah arit (cerurit) , golok dan
dukuy / dudung ( topi ladang) .
Kelompok
:
·
Dheny Fadhillah
·
Muhammad Andi Putra
·
Hana Dwi Suryani
·
Fitriani
·
Devita Sari