Kearifan Lokal Suku Bajo (UAS)

  • ·         ASAL USUL SUKU BAJO
suku Bajo tersebar di banyak tempat di Indonesia. Juga diberbagai negara termasuk Thailand. Meski demikian, bahasa yang digunakan tetap sama, bahasa Bajo. Ada dua versi sejarah suku Bajo,
    * ada yang berpendapat berasal  Johor, tapi ada juga yang mengatakan berasal dari Palopo, Sulawesi Selatan. Namun, menurut Manan, presiden suku Bajo, kalau dari bahasa, dia malah melihat ada kesamaan dengan bahasa Tagalog, Filipina.
Bajo, Bajau atau Sama Bajo juga merupakan salah satu suku di Indonesia yang menyebar ke berbagai penjuru negeri.
 Konon nenek moyang mereka berasal dari Johor, Malaysia. Mereka adalah keturunan orang-orang Johor yang dititahkan raja untuk mencari putrinya yang melarikan diri. Orang-orang tersebut diperintahkan mencari ke segala penjuru negeri hingga pulau Sulawesi. Menurut cerita, sang puteri memilih menetap di Sulawesi, sedangkan orang-orang yang mencarinya lambat laun memilih tinggal dan tidak lagi kembali ke Johor. Dan konon menurut satu versi, sang puteri yang menikah dengan pangeran Bugis kemudian menempatkan rakyatnya di daerah yang sekarang bernama BajoE.
Sedangkan versi lainnya menyebutkan karena tidak dapat menemukan sang puteri, akhirnya orang-orang asal Johor ini memilih menetap di kawasan Teluk Tomini, baik di Gorontalo maupun Kepulauan Togian.
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung yang hidup matinya berada diatas lautan.
Suku Bajo tidak bisa lepas dari laut sekalipun mereka sudah menetap di darat. Ketergantungan mereka dengan laut sangat tinggi sekali. Budaya dan cara hidup mereka sangat melekat dengan aroma laut. Bahkan perkampungan merekapun dibangun jauh menjorok kearah lautan bebas, tempat mereka mencari penghidupan. Laut bagi mereka adalah satu-satunya tempat yang dapat diandalkan. Julukan bagi mereka sudah barang tentu sea nomads, karena pada mulanya mereka memang hidup terapung-apung diatas rumah perahu. Orang Bajo inipun menyebar ke segala penjuru wilayah semenjak abad ke-16 hingga sekitar 40-50 tahun silam (perpindahan terakhir terjadi di berbagai wilayah di NTT).
Diberbagai tempat, orang Bajo banyak yang akhirnya menetap, baik dengan inisiatif sendiri atau di’paksa’ pemerintah. Namun tempat tinggalnya pun tidak pernah jauh dari laut. Banyak orang Bajo yang akhirnya menetap, sedang lainnya masih berkelana dilautan. Mereka membangun pemukiman-pemukiman baru di berbagai penjuru Indonesia. Berikut sebagian dari tempat bermukimnya suku Bajo ini, utamanya di Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara sebagai pusat pemukimannya. Orang Bajo dikenal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, kendati tradisinya sendiri tetap berjalan.
Dari segi bahasa, kendati orang Bajo mempunyai satu bahasa. Namun dialek mereka terpengaruh dengan bahasa-bahasa daerah tempat mereka bermukim. Seperti di kabupaten Lembata, mereka hanya berbahasa Bajo dengan kaumnya, sementara itu mereka berbahasa Lamaholot bila bertemu di pasar atau berinteraksi dengan penduduk luar kelompoknya. Dan bahasa bajo sudah mengalami perbedaan yang sangat jauh sebagai akibat pengaruh bahasa-bahasa lainnya.
Orang Bajo terutama di Sulawesi Selatan banyak mengadaptasi adat istiadat orang Bugis atau Makassar. Atau juga adat istiadat Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan orang Bajo di Sumbawa cenderung mengambil adat Bugis, bahkan seringkali mengidentifikasi dirinya sebagai orang Bugis/Buton di beberapa daerah. Meskipun telah ratusan tahun tinggal bersama penduduk lokal yang beragama Katolik atau Kristen di NTT, orang Bajo tetap sampai sekarang taat menganut agama Islam, dan bagi mereka Islam adalah satu-satunya agama yang menjadi ciri khas suku ini. Menjaga kekayaan laut adalah salah sifat yang diemban oleh suku Bajo. Dengan kearifannya mereka mampu menyesuaikan diri dengan ganasnya lautan.
  • ·         Jawa Timur
Suku Bajo diperkirakan banyak terdapat di Kepulauan Kangean, Sumenep. Umumnya mereka tinggal di Pulau Sapeken, Pagerungan Besar, Pagerungan Kecil, Paliat dan pulau-pulau sekitarnya. Mereka tinggal bersama dengan suku Madura dan Bugis.
  • ·         Bali
Orang Bajo dari Kangean dan lain tidak bermukim secara eksklusif dibanding daerah lainnya. Kebanyakan ditemui di Singaraja dan Denpasar atau kawasan pantai membaur dengan masyarakat Bali dan Bugis.

  • ·         Nusa Tenggara Barat
Suku Bajo di pulau Lombok ditemui disebuah kampung di Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur. Sedangkan di Pulau Sumbawa, mereka banyak dijumpai di Pulau Moyo dan sekitarnya, serta kawasan Bima di belahan timur Sumbawa.
  • ·         Nusa Tenggara Timur
Di Pulau Flores mereka dapat dijumpai di kawasan pesisir, mulai dari Kabupaten Manggarai Barat hingga Flores Timur (di sana ada kota bernama Labuhan Bajo yang diambil dari nama suku itu). Pemukiman mereka di Nusa Tenggara Timur antara lain di Lembata yakni di wilayah Balauring, Wairiang, Waijarang, Lalaba dan Lewoleba. Pulau Adonara : Meko, Sagu dan Waiwerang. Sedangkan sisanya bermukim di Pulau Solor, Alor dan Timor, terutama Timor Barat. Mereka sudah bermukim disana sejak ratusan tahun silam dan hidup rukun dengan penduduk setempat. Orang Bajo juga banyak dijumpai dikawasan sekitar Pulau Komodo dan Rinca.
  • ·         Gorontalo
Sepanjang pesisir Teluk Tomini, terpusat di wilayah Kabupaten Boalemo dan Gorontalo 
  • ·         Sulawesi Tengah
Kepulauan Togian di Teluk Tomini, Tojo Una-Una, Kepulauan Banggai. Selain itu dimungkinkan dijumpai di pesisir Kabupaten Toli-Toli, Parigi Moutong dan Poso.
  • ·         Sulawesi Tenggara
Terdapat di pesisir Konawe dan Kolaka (pulau utama). Di Pulau Muna (Desa Bangko, Kecamatan Baginti yang konon sudah ada sejak abad ke-16), Pulau Kabaena, Pulau Wolio, Pulau Buton, Kepulauan Wakatobi (Kaledupa, Binongko, Kapotta dan Tomea).
  • Sulawesi Selatan
Terpusat di Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone. Orang Bajo banyak tinggal di kawasan sepanjang pesisir teluk Bone sejak ratusan tahun silam.
Orang Bajo juga banyak bermukim di pulau-pulau sekitar Kalimantan Timur, Maluku, dan Papua.


PETA PENYEBARAN SUKU BAJO DI ASIA TENGGARA
 
Top of Form

·         Suku Bajo di Wakatobi
Mendengar kata Wakatobi membuat imajinasi kita akan pesona bawah lautnya yang sangat eksotis dan sangat indah dengan terumbu karang yang masih alami, hamparan pantai yang begitu menyejukkan mata. Tak heran jika sekarang pulau ini sudah menjadi taman wisata laut nasional. Bahkan wisata taman laut Wakatobi sudah semakin banyak dikunjungi wisatawan dan sudah mulai di lirik oleh banyak media. Wakatobi adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wangi-Wangi. Bentuk wilayahnya adalah berupa kepulauan.

 
Penduduk asli wakatobi adalah Suku Bajo, yang tersebar di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan dengan jumlah penduduknya 23,37%, berada di Kecamatan Wangi-Wangi 19,05%, berada di Kecamatan Kaledupa 17,86% berada di Kecamatan Tomia dan 15,01% berada di Kecamatan Binongko. Suku Bajo di Wakatobi mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan yang sudah menjadi turun temurun nenek moyang mereka. Bagi Suku Bajo, laut adalah IBU bagi mereka. Suku bajo di sana masih sangat khas dengan tradisional yang masih diwariskan oleh nenek moyang mereka. Salah satunya adalah dengan menjaga lautan dan tidak merusak flora dan fauna disekitarnya. Bagi para wisatawan, Wakatobi adalah surga laut yang penuh dengan pesona yang begitu indah.
Penduduknya juga sangat ramah tamah dalam menyambut tamu (para wisatawan) yang berkunjung  ke  Wakatobi dengan ritual penyambutan yang masih khas.
Orang nomor satu di Suku Bajo adalah presiden, bukan hanya negara saja yang memiliki presiden, Suku Bajo pun memilikinya. Adalah Abdul Manan, asli putra Bajo dari Sulawesi Tenggara. Diperkirakan dialah satu-satunya Suku Bajo Indonesia yang telah menyandang gelar S2.
Pada awalnya, sang ibu berpendapat lepas SD Manan sebaiknya bergabung dengan kapal Australia menangkap ikan paus. Akan tetapi, untungnya sang ayah mendukung keinginannya untuk sekolah. Pada 1976, dia merantau ke Bau Bau melanjutkan SMP hingga SMA. Kemudian mendapat beasiswa ke perguruan tinggi negeri di Kendari. Lepas itu dapat beasiswa lagi, S2 di Thailand, jurusan manajemen tropika.
, Suku Bajo mencari lokasi-lokasi baru yang dianggap strategis untuk mencari tempat tinggal, salah satunya di Desa Sama Bahari.
·         Rumah Bajo
Rumah Panggung yang  berdiri diatas tonggak tonggak kayu diatas laut yang saling berhubungan. Rumah orang orang bajo sangat jarang dipenuhi perabot furniture seperti kursi meja kecuali memang mereka orang terpandang seperti kepala desa, pemilik warung atau pedagang.
Umumnya mereka duduk di lantai kayu yang tidak terlalu rapat sehingga kita bisa melihat air laut dan segala kehidupannya di bawah sana.
 Orang-orang Bajo enggan membangun rumah di darat karena banyak tradisi dan ritual hidup yang harus dilakukan di laut.  Sejak dulu, setiap bayi orang Bajo harus dicelupkan ke laut untuk mengakrabkan mereka dengan laut yang dianggap sebagai saudara.
 Selain terkenal dengan keahlian dalam menjelajah samudera, nelayan Suku Bajo juga terkenal ahli menangkap ikan.
Peralatan peralatan tradisional suku Bajo :
  • ·         Sampan Kaloko
 
Sampan Kaloko merupakan alat utama yang membantu dalam kehidupan sehari-hari Suku Bajo, mulai dari transportasi hingga menangkap ikan. Sampan kecil tanpa layar dengan panjang tidak lebih dari 5 meter ini dahulu menjadi identitas Suku Bajo. Sampan ini lebih ramping dari sampan yang banyak dijumpai pada masa kini. Sampan Kaloko digunakan Suku Bajo untuk menangkap ikan cakalang dengan mengandalkan dayung dan kekuatan tangan untuk mengejar kumpulan burung yang dipercaya sebagai tanda berkumpulnya ikan cakalang. Konstruksi rumah Suku Bajo yang berada di “atas laut” dan tidak adanya jembatan penghubung antar rumah membuat sampan ini memiliki fungsi yang penting.

  • ·         Bagu Bagu
adalah tali pancing yang terbuat dari serat pohon bagu. Berdasarkan informasi yang dihimpun, pohon bagu banyak terdapat di daerah Buton. Pohon ini tinggi menjulang dan kaya manfaat. Kayunya bisa digunakan untuk bahan baku pembuatan rumah, daunnya bisa digunakan untuk sayur mayur, dan seratnya bisa digunakan untuk tali pancing. Saat ini, pohon ini sudah sangat langka dan sulit ditemukan.
·         Ngambai
Ngambai adalah istilah bahasa Bajo untuk menggambarkan proses penangkapan ikan dengan sistem kerjasama menggunakan jaring. Target penangkapan adalah semua jenis ikan. Sekelompok nelayan harus dipecah dalam sistem ini, ada kelompok yang memasang jaring dan ada kelompok yang menggiring ikan.

  • Nilai-nilai konservasi dalam Tradisi Suku Bajo
·         Duata Sangal : Ritual mengambil beberapa jenis ikan kecil yang terancam punah dan melepaskannya ke laut , ikan yang dilepas itu diharapkan bisa mengundang ikan-ikan lainnya untuk berkumpul dan hidup bersama.
  • ·         Parika : yaitu memberi ruang bagi ikan untuk bertelur dan beranak serta membatasi penangkapan berdasarkan ketentuan waktu tertentu yang disepakati oleh pemuka adat dan tokoh komunitas.
  • ·         Pamali : “Daerah terlarang” yang ditetapkan ketua adat Bajo untuk menangkap ikan di suatu kawasan. Biasanya disertai sanksi tertentu bagi yang melanggar.
  • ·         Maduai Pinah : Ritual yang dilakukan saat nelayan Bajo akan turun kembali melaut di lokasi pamali

Kategori Melaut dalam tradisi Bajo
Kegiatan melaut dibagi dalam empat kategori , yakni
  • ·         Palilibu : melaut jarak dekat dalam sehari
  • ·         Pongka : melaut agak jauh dengan waktu 1-2 minggu
  • ·         Sakai : Melaut jauh dengan lama waktu minimal sebulan
  • ·         Lama : melaut sangat jauh hingga berbulan-bulan dan biasanya melintasi negeri asing.

DUATA
 
Sejumlah wanita berpakaian adat khas suku bajo menggelar tarian di atas perahu disertai dengan membuang berbagai sesajen di tengah laut Wakatobi, Sultra
Tarian ini sebagai rangkaian prosesi tradisi Duata, sebuah tradisi pengobatan tradisional suku Bajo. Dalam keyakinan masyarakat bajo Duata adalah Dewa yang turun dari langit dan menjelma menjadi sosok manusia. Tradisi Duata adalah puncak dari segala upaya pengobatan tradisional suku bajo, ini dilakukan jika ada salah satu diantara mereka mengalami sakit keras dan tak lagi dapat disembuhkan dengan cara lain termaksud pengobatan medis

Upacara Sangal
upacara Sangal yang dilakukan saat musim paceklik ikan dan spesies laut lainnya. Pada upacara tersebut, mereka akan melepas spesies yang populasinya tengah menurun di saat bersamaan. Misalnya: melepas penyu saat populasi penyu berkurang, melepas tuna saat tuna berkurang, dll.
Suku Bajo juga memiliki kearifan lokal dalam melaut dan mengambil hasil laut.. Di dalam masyarakat Bajo tumbuh suatu keyakinan terhadap adanya suatu mantra yang memberi peranan penting dalam kehidupan mereka, keyakinan tersebut berkaitan erat dengan kegiatan mereka sebagai nelayan.
Sebagai masyarakat nelayan yang mata pencahariannya terdapat di laut, mereka melakukan kegiatannya dengan sangat hati-hati dengan penuh pertimbangan. Mulai dari saat akan berangkat ke laut sampai kembali lagi ke darat untuk keselamatan. Mereka memiliki bekal pengetahuan mengenai keadaan laut, cuaca, perahu yang bagus, cara melaut yang baik, dsb karena pengalaman melaut yang terlatih sejak kecil, mereka juga selalu memilih/mengambil ikan yang usianya sudah matang dan membiarkan ikan-ikan yang masih kecil/muda untuk tumbuh dewasa. Mereka juga tidak mengambil jenis ikan tertentu yang tengah memasuki siklus musim kawin maupun bertelur untuk menjaga keseimbangan populasi dan regenerasi spesies tersebut

  • Dalam tradisi Suku Bajo dan Wakatobi, terdapat perpaduan adat dalam upacara "Pangindaan Ma Kaca" dan "Pangindaan Ma pinah" yang artinya: "Mencari dalam Kaca" dan Mencari degan daun Pinang". Upacara ini kerap dilakukan untuk mencari jawaban atas banyak hal. Misalnya untuk mencari orang yang hilang di tengah lautan. Jawaban dapat terlihat dari gelembung-gelembung air yang bergejolak.
  • Motto yang sering di dengar di kalangan Suku Bajo adalah "Di lao' denakangKu' yang berarti Lautan adalah Saudaraku. Oleh karenanya, lautan adalah tempatku hidup, mencari nafkah, serta mengadu dalam suka maupun duka yang selalu menyediakan kebutuhan hajat hidupku.
  • Tantangan yang dihadapi oleh Suku Bajo cukup banyak, antara lain: kurangnya akses menuju pendidikan, hak atas tempat tinggal, angka kematian pada ibu yang melahirkan dan bayi, kemiskinan, kelaparan, dan diskriminasi di beberapa lokasi tertentu.
Selain itu, perubahan alam pun menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh suku pengembara laut ini

Secara garis besar Suku Bajo yang tidak memiliki wilayah teritorial etnik  seperti etnik lainnya di indonesia yang memiliki wilayah daerah nya masing-masing, tapi dengan Kepandaian mereka yang suka mengembara akhirnya mereka dapat menjadikan  setiap wilayah pesisir di Nusantara sebagai tanah air mereka, mereka dapat dengan mudahnya menyesuaikan diri dengan adat budaya masyarakat dimanapun mereka berada atau pun menetap, Dan seluruh Wilayah di Indonesia ini dapat menerima mereka untuk hidup berdampingan dengan etnik lainnya, saling kerjasama sebagai warga Negara Indonesia dengan tetap memelihara tradisi, adat dan budaya Suku Bajo.
Bottom of Form
18 Responses
  1. Aaaaaaa!! Baca blog ini jd pgn mengudara kesana kemari HAHA salut sama suku ini, msh memegang teguh nilai-nilai dari leluhur mereka. Yg kaya begini nih yg patut di contoh! Budaya yg dipegang teguh sbg ciri khas meskipun di tengah jaman yg mengglobal ini. Bangga deh, suku bajo ini sbg salah satu kekayaan Indonesia. Proud of Indonesia :)


  2. kiki hombing Says:

    hhhmmm..Sepertinya sumber yg berkaitan tentang upacara adat suku bajo tidak lengkap,contoh:upacara adat pernikahan,upacara adat kematian,& upacara sakral dalam suku bajo. Begitu juga astronomis dilatarbelakangi kebudayaan tidak mendetail.Untuk sumbernya lebih dilengkapi lagi yah.Thank's a lot & GBU :)


  3. makasih sebelumnya buat coment nya yah ^^
    ini ada beberapa penambahan tetang upacara adat nya :
    Jadi orang Bajo itu kalo nikah mengunakan ritual-ritual,
    Awalnya akan ada segerombolan laki-laki yang memanggul miniatur rumah panggung yang di buat dari bambu. Dan diiringi gadis-gadis di barisan belakang bisa disebut mereka sedang mengantarkan erang-erang(barang bawaan) dari pengantin pria buat pengantin wanita,
    Ritual 1) a’bantang (ritual tolak bala ) maksudnya itu Pembersihan atau Pemberkatan untuk calon pengantin.
    2) Diadakannya pemasangan kelambu dan Campaniga (hiasan tempat tidur pengantin) Campaniga yang dipasang pada kelambu ranjang pengantin juga harus dilengkapi dengan beberapa peralatan, seperti lilin merah dan dupa.
    3) Pengibaran bendera Lolo Bajo dan Ula-ula
    Di keturunan ninggrat, haus mengibarkan bendera pada saat upacara perkawinan, lolo bajo (keturunan ninggrat) akan menggerekk ‘ula-ula’ (bendera), yang berbentuk seperti manusia (tengkorak), nah bersamaan dengan pengibaran bendera lolo bajo, di pihak pengantin perempuan , Di kediaman pengantin pria juga dikibarkan bendera , Bendera ula-ula ada 2 macam yang satu berwarna hitam ‘si loang’ dan yang satu lagi berwarna putih ‘si pote’
    pengibaran bendera ini juga membutuhkan pelibatan pukulan Gendang Sandro .Gendang sanro yang mengiringi pengibaran itu dibawakan oleh dua pemukul gendang, seorang pemukul gong dan seorang lagi memukul sisi gong dengan setangkai kayu.
    Konon jika ada prosesi yang salah dalam pengibaran bendera Lolo Bajo dan
    “ula-ula”, maka biasanya akan ada orang dari pihak keluarga atau pengunjung yang kesurupan. Kejadian ini akan berakhir jika prosesi diulangi dan dibetulkan tata caranya. Bendera Lolo Bajo dan “ula-ula” dikibarkan dengan seutas tali nilon pada setangkai bambu. Simbol ini akan terpasang selama pesta dan prosesi pesta perkawinan berlangsung, Bukan hanya pada acara perkawinan saja ritual ini di adakan namun pada acara-acara hajatan keturunan Lolo Bajo pun ritual ini selalu dikedepankan
    Setiap harinya, mulai dari persiapan hingga akhir acara, pihak keluarga pengantin akan menjamu makan setiap tamu yang datang. Makan pagi, siang dan malam hari, juga dengan penganan kue serta minuman pada pagi dan sore hari. Tentunya prosesi ini mahal ongkosnya, namun lebih menjadi simbol persatuan, kekeluargaan dan gotong-royong masyarakat Bajo.


  4. satu lagi suku yang menunjukkan betapa kaya nya Negeri Indonesia kita ini. Mereka memegang teguh adat dan tradisi mereka, patut diteladani untuk menjaga keutuhan budaya lokal yang benar-benar asli Indonesia. Semoga keberadaan Suku Bajo dapat terus bertahan sampai anak cucu kita. amin :)


  5. sebelumnya saya kurang tahu kalo ternyata suku Bajo di Indonesia,,, karena saya sempat berfikir kalo org2 yg tinggal di pesisir hanya rakyat biasa saja,,, yang justru tidak tahu tentang apa2,,, ternyata mereka memiliki adat tersendiri yang cukup dapat di banggakan.
    tapi saya pernah dengar kalau orang2 suku bajo, terlebih yang muda-mudinya itu kurang direstui adat2nya, kalau boleh tahu adat2 apa saja yg kurang di setujui itu?


  6. Vualdyfta Chresya :
    Terimakasih pertanyaannya ^^
    Kalo tentang muda mudi nya itu, dalam mereka menjalin hubungan jika tidak direstui oleh salah satu orang tua calon pemelai wanita baik pria, itu mereka menyelesaikan nya juga dengan adat yang mereka yakini dan dipimpin juga oleh kepala adat .
    1) Ningkolo (duduk) sebagai simbol untuk mohon izin kepada keluarga calon mempelai y tidak menyetujui pernikahan tersebut, kenapa suku bajo memilih adat ningkolo , karna ningkolo itu seperti memberi kehormatan, kesopana saat akan meminta izin dan sifat kekeluargaan.
    Pada upacara ini kepala adatnya yang akan menjadi penengah di antara dua keluarga tsb. Dan di situ calon mempelai laki-laki menawarkan jumlah uang sebagai mas kawin untuk disetujui, jumlah nya itu Rp50.000, dan ditambah lagi pula untuk uang biaya pesta perkawinan, akan terus terjadi tawar-menawar sampai ada kesepakatan di antara dua keluarga tsb.
    Kl dilihat lihat upacara adatny agak matrelialistis, tapi sebenarnya uang yang ada di upacara adat tsb tidak terlalu penting, karena yang mereka maksud ialah adanya pertemuan kedua keluarga untuk mengenal satu sama lain keharusan untuk berbica memberi alasan kenapa pernikahannya tidak disetujui, sekaligus memberi toleransi

    *Dan apabila ada seorang gadis yang hamil di luar nikah, maka laki-laki yang menghamili harus membayar denda sebesar Rp 10.000 diikuti dengan berlakunya hukum adat dan instansi agama yang mengharuskan mereka buat nikah.
    Bukan hanya itu saja, jika ada seorang pemuda dan gadis yang ditemuin ngobroll di malam hari, mereka diharuskan untuk menikah, haha ketatnya peraturan suku bajo dalam hal pergaulan pemuda pemudi nya, itu wujud betapa sakral nya nilai sebuah kehormatan keluarga.


  7. hopeless Says:

    wah bagus ni infonya lengkap dan ga bosen bacanya.. malah tambah penasaran sama isinya


  8. Juliestamb Says:

    waaahh, kereen bangeet infonyaa plus gambarnyaaa...baru tau kalo suku Bajo itu bener2 nyata di Indonesia dan banyak tersebar di pulau2 Indonesia, semoga pemerintah semakin memperhatikan pendidikan dan kesehatan suku Bajo..terimakasih blognya, sangat informatif :)


  9. Unknown Says:

    Suku yang di pesisir itu suku Bajo toh, punya kebudayaan tersendiri ya ternyata, dan Wakatobi itu bener-bener asli indah banget (y)


  10. madedekstop Says:

    Keren masih ada suku yg mempertahankan budaya dan tradisi dari leluhur...
    sampai bikin rumah di atas laut seperti itu jauh banget dari hal yang modern...


  11. wah keren sekali infonya,mengenal budaya Indonesia lebih lagi neh jadinya :)


  12. bagus banget artikelnya...jadi mengenal suku "ajaib" ini lebih dalam lagi..
    terus gali potensi anak negeri :-)


  13. Unknown Says:

    tulisan yang kalian buat sangat jauh dari kebenarann,pendapat yang menyatakan bahwa nenek moyang suku bajo dari8 Malaysia atau dari daerah lain itu sangat tidak benar. sebenarnya suku Bajo terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Lolo Bajo dan Turije'ne. Lolo Bajo adalah suku yang memiliki mata pencaharian didarat dan dilaut sedangkan Turije'ne inilah yang memiliki mata pencaharian hanya dilaut. jadi tidak selamanya orang Bajo harus hidup disekitar pantai, kemudian masalah Nenek Moyang Suku Bajo itu berasal dari Indonesia sendiri, yang pernah menjadi panglima perang Majapahit. saya memiliki bukti kuat tentang asal usul Suku Bajo.


  14. Unknown Says:

    infonya sangat menarik dan berguna bagi saya.. terima kasih banyak
    oo iya,, buat pariwisata UNJ,, bisa minta tolong? saya ada tugas antropologi hukum tentang meneliti apakah dalam sebuah masyarakat homogen masih terdapat hukum yang berlaku universal ? saya mengangkat suku bajo.. kalau bisa dan kalau UNJ punya data lengkap tentang masyarakat Bajo disuatu daerah tolong di share di alamat e-mail saya : zherlyamalia12@gmail.com atau zherlyamalia@yahoo.com.. terima kasih


  15. master togel Says:

    KISAH NYATA..............
    Ass.Saya ir Sutrisno.Dari Kota Jaya Pura Ingin Berbagi Cerita
    dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
    saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
    saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
    internet dan menemukan nomor Ki Kanjeng saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya di kasih solusi,
    awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Kanjeng alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
    sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
    Kanjeng di nmr 085320279333 Kiyai Kanjeng,ini nyata demi Allah kalau saya tidak bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.

    KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
    BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!

    ((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))

    Pesugihan Instant 10 MILYAR
    Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :

    Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
    Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
    dll

    Syarat :

    Usia Minimal 21 Tahun
    Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
    Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
    Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
    Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda

    Proses :

    Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
    Harus siap mental lahir dan batin
    Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
    Pada malam hari tidak boleh tidur

    Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :

    Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
    Ayam cemani : 2jt
    Minyak Songolangit : 2jt
    bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt

    Prosedur Daftar Ritual ini :

    Kirim Foto anda
    Kirim Data sesuai KTP

    Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR

    Kirim ke nomor ini : 085320279333
    SMS Anda akan Kami balas secepatnya

    Maaf Program ini TERBATAS


  16. Unknown Says:

    Bsa mungkin dimasukkan buktinya brupa apa kak? Karena saya adalah suku bajo. Jadi penasaran dgn beberapa versi tersebut.


  17. Unknown Says:

    Boleh minta bukunya..apakah betul bgt menurut anda bgt??? Siapa yg buat itu buku..dan apa judulnya


  18. Unknown Says:

    Boleh sy liat bukunya..ada bisa jelaskan itu siapa yg buat bukunya..siapa pengarangnya