Kearifan Lokal


UAS KESENIAN DAN KEBUDAYAAN INDONESIA
USAHA JASA PARIWISATA 2011
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT TENGGER DI JAWA TIMUR

A.   DESKRIPSI MASYARAKAT TENGGER
1.     Pola Pemukiman

Kondisi alam yang berbukit-bukit mengakibatkan berkumpulnya komunitas masyarakat tengger dalam satu tempat. Konsekwensi logisnya adalah jarak rumah yang satu dengan yang lain saling berdekatan dan saling behimpitan, sehingga Nampak padat dan rapat. Setiap rumah hamper tidak punya pendalaman yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman hiasa atau tanaman lainnya. Disamping itu Hampir semua rumah tidak dibatasi oleh pagar-pagar sebagai pembatas antar rumah. Keadaan rumah yang berimpitan dan tidak dibatasi oleh pembatas rumah itu, memnunjukkan sikap masyarakat yang suka berkerjasama atau gotong royong. Itulah sebabnya masyarakat tengger merasa sebuah keluaraga dengan orang lain. Rumah-rumah penduduk pada umunya menghasap ke jalan, baik jalan desa maupun jalan perkampungan. Jika lahan tersedia memungkinkan menghadap ke jalan, maka yang dilakukan adalah membuat jalan perpotolongan atau gang antar rumah. Pemukiman yang ada tidak selalu berada diatas jalan , melainkan  sesuai kondisi lahan yang tersedia. Rumah-rumah yang berada di bawah jalan  umunya dibangun sejajar atau memanjang dengan jalan.  Rumah bagi masyarakat desa wonokitri berfungsi murni sebagai tempat tinggal dan tidur. Bagi masyarakat setempat selain rumah, juga membangun tempat-tempat lain yang berfungsi untuk mendukung rumah, yaitu rumah ternak dan rumah hasil bumi. Rumah ternak tidak menjadi satu dengan rumah tempat tinggal, sedangkan rumah hasil bumi berada di tempat hasil  bumi itu berada.
Jadi rumah hasil bumi berjarak dekat atau jauh dengan tempat tinggal sesuai lahan yang menjadi miliknya.

2.     Simbol-simbol identitas

          Symbol dapat diartikan sebagai lambing. Tata cara berpakai juga bahasa yang digunakan oleh masyarakat tengger merupakan identitas sebagai masyarakat tengger. Berkaitan dengan bahasa daerah yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa jawa tengger. Disebut demikian karena bahasa ini masih berbau bahasa jawa kuno. Oleh karena itu, dalam bahasanya menggunakan tingkatan tertentu, yaitu ngoko dan kromo. Symbol-simbol dari pembicaraan atau bahasa yang dialek yang berbeda.  Selain bahasa suku tengger juga dikenal identitasnya dengan  berpakaian sarung yang dilengketkan pada badannya. Dari dua symbol tersebut yaitu bahasa dan pakaian, orangh lain dapat mengetahui identitasnya kalau orang tersebut masyarakat tengger.


B.    HUBUNGAN MASAYARAKAT TENGGER

1.     Hubungan Manusia Dengan Tuhan
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mempunyai hubungan secara vertical dan horizontal. Secara vertical, manusia berkewajiban atau mempunyai hubungan kepada Tuhan, sedangkan secara horizontal, manusia berkewajiban atau mempunyai hubungan dengan sesamanya. Dalam wujud religi juga merupakan suatu ungkapan dari vertical. Sebagai tanggung jawab antara hamba dengan Tuhannya, masyarakat tengger selalu menjalankan ibadah sesuai dengan aturan dalam agama masing-masing. Setiap kegiatan masyarakat dalam melaksanakan upacara-upacara keagamaan, semua masyarakat terlibat dalam memberikan hasil bumi yang dimiliki.  Masyarakat wonokiotri menurut keterangannya tidak “mengada-ada” artinya tidak mengusahakan yang diluar kemampuannya. Mereka cukup memberi apa yang mereka miliki.

Secara indiidu, semua penduduk wonokitri setiap hari melakukan sembahyang dalam bentuk membaca doa-doa. Tentang sesaji setiap hari, bahwa ridak harus atau tidak wajib kalau nmemang ada. Dalam hal pelaksana upacara sebagai perwujudan hubungan manusia dengan Tuhan, penduduk wonokitri khususnya dan masyarakat tengger pada umumnya melaksanakan upacara-upacara yang berkaitan dengan keagamaan atau bukan . Upacara-upacara yang menyangkut keagamaan itu antara lain: galungan, nyepi, saraswati, pager wesi. Upacara itu bekaitan  erat dengan mitos tentang masyarakat tengger dengan gunung bromo dan sekitarnya.  Upacara terbesar adalah upacar kasada karena melibatkan semua masyarakat tengger dari empat kabupaten yang dipusatkan dikomplek Gunung Bromo. Dalam kaitannya hubungan manusia dengan Tuhan,  tidak tergantung dari masing-masing orang, akan tetapi sebagai orang yang beragama Hindu selalu mendekat dengan Tuhannya sehari tiga kali(tri sandaya).
Hubungan dengan Tuhan, menurut orang Tengger tidak mungkin nyata kalau tidak direalasasikan dengan masyarakat. Jadi hubungan masyarakat dengan penting sekali, sehingga terjadilah relasi tiga hubungan , yaitu manusia pribadi dengan Tuhan, manusia pribadi dengan masyarakat dan masyarakat dengan  Tuhan (yang berupa acara-acara adat). Sebetulnya setiap hari bagi masyarakat Hindu Tengger harus pergi ke pura untuk berdoa, terutama kepada leluhurnya, mohon berkah agar selamat dan berhasil dalam hidup keseharian dan mohon hubungan baik dengan tetangga.      




  
 
          Tuhan                                     
                   ibadah               upacara                     relasi tiga arah atau Tryadic
              manusia                           masyarakat                 Relationship
         
      perbuatan baik

     

Dalam kaitannya hubungan manusia dengan Tuhan, bahwa antara adat dengan agama seakan-akan tidak ada bedanya. Percaya adanya Tuhan dan percaya adanya roh leluhur, cara melakukan kepercayaan, seperti percaya roh leluhur, yang meningat-ingatkan
sesaji. Percaya adanya Tuhan dengan mengadakan doa mantra dalam sembahyang yang dilaksanakan tiga waktu dalam sehari(tri sandya). Sembahyang ini dapat dilakukan dimana saja karena mereka percaya bahwa Tuhan dimana-mana. Sementara itu ada yang mengatakan bahwa untuk manusia membuktikan manusia dengan Tuhan, manusia harus sembahyang tiga kali sehari ( tri sandya). Bentuk ungkapan dalam sembahyang adalah mengucapkan terima kasih dan ungkapan syukur atas semua yang telah diberikan kepada manusia.  Oleh karena itu doa atau berhubungan dengan sang pecipta, masyarakat tengger melaksanakan sembahyang tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan malam hari. Pagi hari sering dilakukan sekitar pukul 07.00, sedang sore hari pukul 19.00. sedangkan malam harinya tergantung keperluan orang yang melakukan sembahyang. Khusus pada bulan purnama yaitu tanggal lima belas dan habis bulan atau “tilem”, banyak yang melakukan sembahyang dipure lokasinya tidak jauh dari perkampungan penduduk, tepatnya kea rah kurang lebih 200 meter dari balai desa wonokitri. Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia itu harus menyembah Tuhan , karena manusia dan alam semesta ini ada karena Tuhan.
 Selanjutnya menegaskan bahwa masyarakat tengger yang berada di Desa Wonokitri sangat percaya kepada Tuhan. Menurut Bapak Sugiyono, bahwa hubungan manusia dengan Hyang Widhi, harus berbakti kepadanya. Ajaran Tri sadya merupakan wujud persembahan yang tertuang dalam upacara adat(kasado dan Karo). Demikian pula pelaksanaan hari raya Galungan, hari raya karo juga merupakan bagian manusia dengan Tuhan. Dampak positif dari hubungan manusia dengan Tuhan, Masyarakat tengger menjadi sangat baik dan tidak ada pertengkaran antar warga,hubungan yang tersebut merupakan wujud ajaran Tuhan yaitu saling berbuat baik. Wujud kongrit lainnya yaitu doa dan upacara yang dilaksanakan di balai pertemuan warga. Masyarakat tengger mempunyai pandangan bahwa hokum karma menjadi acuan hidup. Percaya adanya hokum “tumimbal lahir” yaitu nyawanya orang mati tidak segera ke surge tetapi “manjing” pada makhluk lain. Orang yang sudah mati dipervayai ke surga apabila sudah bersih. Oleh karena itu suku tengger sangat percaya akan adanya hal tersebut, membuat masyarakat sekitar yakin bahwa kekuasan tertinggi dari pada manusia adalah Tuhan. Hal ini merupakan bukti nyata hubungan manusia dengan Tuhan .

2.    Hubungan Manusia Dengan Manusia

Seperti telah dikemukakan bahwa masyarakat Indonesia yang berdiri atas suku bangsa, golongan, dan lapisan Sosial, yang masing-masing memiliki cara hidup yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh tingkat perkembangan kebudayaan masyarakat, sifat kependudukan, dan keadaan lingkungan setempat. Dalam kehidupan sebagai kelompok, tidak seorangpun tang dapat menyangkal adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk social yang hidup dalam masyarakat, manusia sejak kecil sampai dengan kematiannya, tidak pernah hidup sendiri, tetapi selalu beada dalam satu lingkungan social yang berbeda-beda satu sama lain. Lingkungan social adalah suatu bagian dari suatu lingkungan hidup yang terdiri stas antar hubungan individu dan kelompok, mempunyai pola-pola organisasi serta segala aspek yang ada dalam masyarakat yang lebih luas di lingkungan social tersebut. Dalam system nilai budaya orang Indonesia, nilai mengandung empat konsep. Memilihara hubungan baik, tergantung hakekat sesamanya, memilihara hubungna baik dengan sesamanya,dan bersifat konform. Konsep itu dapat di jumpai dengan kehidupan masyarakat tengger. Dalam kaitannya  dengan hubungan social, dapat berupa kerja sama, persaingan, dan pertentangan/pertikaian. Kerja sama selain merupakan proses yang utama, dapat pula digunakan untuk menggambarkan sebagian besar bentuk hubungan social. Masyarakat tengger mempunyai sifat saling membutuhkan karena dalam bentuk kerjasamanya yang tradisional  yaitu “gotong royong”. Gotong royong tolong menolong dalam suasana suka, antara lain pernikahan dan membuat rumah. Pada umumnya penduduk wonokitri masih sangat erat hubungan social maupun kekerabatannya.  Bentuk kerjasama dan kekerabatan dilihat ketika salah satu anggota masyarakat melakukan hajatan perkawinan. Relasi hubungan manusia dengan sesamanya sangat baik.
3.    Hubungan Manusia Dengan Tata Ruang

 Masyarakat mengemukakan pola berkaitan tempat ternak, bahwa letak ternak di belakang atau di tegalan. Selain untuk menjaga kesehatan lingkungan, kotoran hewan dapat secara langsung untuk pupuk tanaman di lading/tegalan. Jadi tak perlu membawanya ke ladang. kandhang  ternak di temptkan di luar tanpa ada yang mencuri. Ternak ayam yang ditempatkan disekitar rumah, karena setiap harus diberi makan dan kotorannya tidak terlalu menganggu. Berkaitan dengan tata ruang atau tempat ternak ini, penataan rumah seperti itu memang penting. Setiap hewan ternak memilki jarak dari antara rumah warga sekitar 50 meter. Ternak lain seperti sapi, kerbau, dan babi di kandhangkan  ditegalan agar tidak menggangu kesehatan. Bedanya dengan hal ternak dalam masyarakat pedesaan pada umumnya, pekarangan dapat dimanfaatkan sebagai batas pemisah antara rumah, juga mengandung nilai ekonomis keindahan. Pekarangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan lingkungan rumah di daerah pedesaan.  Berbeda halnya denmgan desa wonokitri tidak semua memiliki pekarangan , seperti di daerah umumnya. Hal ini karena daerah merupakan daerah yang pola tata ruang dan pola pemukimannya mngikuti pola jalan desa sehingga tidak semua rumah memiliki pekarangan. Tanaman yang ada pada pekarangan masyarakat desa biasanya ditanam untuk obat-obatan (apotik hidup) seperti dlingo, bengkhe, kunhir dan kencur.  Semua tanaman baik, akantetapi karena efisien ruang, maka penduduk selalu memaksimalkan lahan disekitar rumah.  Selain itu masyarakat juga menanam tanaman lainnya seperti untuk sesaji yaitu bunga mawar, bunga sepatu, dan tanaman lainnya. Beberapa penduduk juga menanam jenis tanaman sayuran, karena sewaktu-waktu akan nyayur, hal itu akan memudahkan untuk menggambilnya tanpa pergi ke ladang. Kehidupan menyesuaikan lingkungan dan keyakinan akan nenek leluhur mereka dapat terjamin dengan terselenggaranya hubungan yang baik antara manusia yang hidup sekarang dengan nenek moyang atau leluhurnya.


 Masyarakat tengger yang saling bekerjasama juga mempunyai pola tata ruang yang beraturan dan memiliki kesatuan satu sama lain yang membuat lingkungan menjadi baik. Hal itu di lihat dari sikap dan pandangan hidup mereka. Demikianlah kearifan local masyarakat tengger.  


Daftar Pustaka :
-      Amsyari, fuad, 1986, Prinsip-prinsip masalah pencemaran lingkungan, Jakarta : ghilia Indonesia.
-      Anwar,M,Khairul, 2003, desa ngadasari: potret pemberdayaan berbasis mas dalam agama tradisional porter kearifan hidup masyarakat samin dan tengger, Yogyakarta : LKIS dan Press
-      Daljoeni, N, 1978, manusia penghuni bumi, Bandung : Alumni.
-      Koentjaraningrat. 1974, beberapa pokok antropologi social, Jakarta : PT. Dian rakyat.
-      Bintarto,R dan Surastopo Hadisumarno ,1979, metodi analisa geografi, Jakarta : LP3ES.




14 Responses
  1. Unknown Says:

    cukup bagus isinya...


  2. hopeless Says:

    pola kehidupan masyarakat ini bagus juga..... semoga aja bisa diaplikasikan untuk semua masyarakat dijakarta... menjunjung kebersamaan


  3. Dulu sempet mau observasi ke suku ini, sempet googing juga sih haha suku ini bener-bener bikin penasaran aaaaaaah!


  4. Tema yang diambil cukup bagus, karena belum semua tau tentang masyarakat tengger, dan cara kehidupannya baik untuk di contoh.

    "I Like This".


  5. Unknown Says:

    Ternyata suku tengger mempunyai kearifan lokal yang menghubungkan dari manusia hingga alam ya.
    good deh buat blog-nya :)


  6. kiki hombing Says:

    Alangkah baiknya artikel lebih sempurna jika ditambah wawasan tentang kebudayaan tradisional didalamnya.Begitu juga asalmulanya suku tengger harus lebih detail lagi & astronomis dilatarbelakangi kebudayaannya harus dicantumkan. Untuk memberikan wawasan yg luas kepada pembaca blog ini.That's all & God Bless U :)


  7. Tulisan komentar ga kelihatan,,,tolong ganti font nya,,,


  8. makasih buat komennya..
    buat kiki hombing: untuk pembahasan lebih lengkap sudah ada yang bahas suku tengger di artikel aliya sahab, saya hanya membahas tentang kearifannya saja.
    untuk ridoe piramid :maaf memang dari backgruond bloggernya.
    makasih.


  9. Ok Says:

    ok,,,cukup bagus tapi sayang,,ada sedikit kritik dlm pembahasan diatas,,
    1. Bapak Sugiyono,(itu siapa??) seorang pakar??ahli??dibidang apa?
    2. Mengapa deskripsi ini kebanyakan hanya menyangkut spiritual
    Sedikit sejarah masyarakat tengger tolong dituliskan,,
    3. Hubungan manusia dengan manusia???Seperti apa acara kebudayaan
    yang ada di masyarakat yang menyatakan kekerabatan antar sesama
    Masyarakat (tolong tuliskan contohnya
    4. Untuk daftar pustaka,,tolong lampirkan tepat pada baris dimana
    anda mengambil kutipan ataupun anda menarik kesimpulan dari
    kutipan,shg sy sbg pembaca bisa melakukan penelaahan
    Trims,,semoga kritik ini dpt membangun


  10. Unknown Says:

    tmpilan menarik isinyapun bagus untuk pencerahan diri


  11. Topik pembahasannya bagus kok yetty...
    tapi paling dirapihin lagi aja hurufnya ada yang mencong" hehe
    kalo bisa lain kali ditambahin gambar juga biar makin asik bacanya


  12. Unknown Says:
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

  13. Unknown Says:

    Hy de :)
    Dari segi isi sudah cukup baik kok de.Sudah menggambarkan wilayah Suku Tengger dan yang aku lihat pembaca juga sudah diajak untuk dapat memeta-metakan kondisi masyarakat dan kearifan lokal dalam pikiran mereka(pembaca).
    Dari segi penulisan:
    1.Untuk kata-kata, jangan lupa mengikuti perkembangan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) yang paling baru de. Sehingga kata-kata baku, populer, akhirnya ditulis seperti yang seharusnya.
    2 Untuk paragraf, paragraf yang baik itu, kira2 terdiri dari 5-6 kalimat, yang didalamnya terdapat ide pokok dan kalimat pendukung (ini jangan sampai dilupakan hehe). Kalau paragrafnya terlalu panjang, akibat pengunjung blog tidak tertarik untuk membacanya.
    3. Saat di posting di blog, di edit lagi tulisannya de, terkadang jadinya acak2an. Berbeda saat tampilan tulisannya di Micr.Word. Karena kalau acak2an parah, bisa2 pesan yang kau sampaikan nantinya berbeda sama apa yang ditangkap pembacanya de.
    4. Kajian(dalam hal ini cukup membaca) lebih lagi tentang kebudayaan Suku Tengger perlu dilakukan, khususnya dalam hal ini berkaitan dengan kebudayaan, termasuk didalamnya penulisan kata2/bahasa yang mereka gunakan, yang merupakan bagian dari ciri khas yang menggambarkan peradaban mereka.
    *Semoga Membangun Yetty! ^^,* God Leads You ade manis!


  14. thanks buat semua yang sudah komentar yahh..
    mohon maaf kalau penulisan artikel saya belom baik karena saya baru belajar.
    untuk ridoe: mau tau lebih lanjut tentang suku tengger bisa di buka di blog aliya sabrina ya, hubungan manusia dengan manusia bisa di contohkan, seperti saling bergotong royong satu sma lain.
    makasih atas semua masukan dan komentarnya semoga untuk kedepannya, saya dapat membuat artikel yang lebih baik.
    thamks for all.