Sistem kepercayaan suku bugis
Sistem kepercayaan agama islam
Masyarakat bugis dengan segala dan kebudayaan menganut agama islam.kepercayaan yang banyak
di anut suku bugis ini telah masuk sejak abad ke 17. Kepercayaan islam di suku
bugis ini sendiri awal mulanya dibawa oleh pesyiar dari daerah minangkabau.
Kemudian oleh para pesyiar tersebut penyebaran agama
islam dilakukan ke tiga wilayah.Penyiar abdul makmur di tugaskan untuk
menyebrkan agama islam di daerah gowa dan tallo, sementara di daerah luwu yang
di tugaskan adalah penyiar Suleiman, dan terakhir penyair nurdin ariyani di
tugaskan di daerah terakhir yaitu daerah bulukumba.
Awal mulanya hanya mereka lah yang menyiarkan dan
mengembangkan ajaran islam di ranah bugis.
Hingga akhirnya munculah kepercayaan baru yaitu
kepercayaan To Lotang, yaitu kebudayaan yang didirikan oleh La Panaungi, system
ini juga banyak di anut oleh masyarakat suku bugis, hingga saat ini sudah
sekitar 16 ribu masyarakat suku bugis yang menganut system kepercayaan ini.
Berikut adalah penjelasan tentang awal mula kepercayaan
To Tolang yang ber-arti orang selatan,
To= orang , Lotang=selatan.
Kepercayaan To Lotang
To Lotang adalah nama sebuah komunitas kecamatan bugis
yang bermukim di amparita,kabupaten sidenreng rappang.nama terrsebut merupakan
symbol dari sebuah kepercayaan yang mereka anut dan sekaligus menjadi nama
masyarakat penganut ajaran agama tersebut.
Kepercayaan yang didirikan oleh La Panaungi karena
mendapat wahyu dari Sawerigading untuk melanjutkan ajarannya dan melakukan pemujaan
terhadap dewata sawwae.kitab suci dari ajaran ini adalah La Galigo. Kitabb suci
ini disimpan dan dilafalkan oleh pemimpin mereka yang disebut “uwak” dan
kemudian akan diwariskan secara turun menurun kepada penerusnya secara lisan.
Dalam masyarakat terdapat tujuh orang uwak yang salah
satunya di angkat menjadi emimpin dan dinamakan “uwak battoa” atau disebut juga
pemimpin besar. Sementara uwak lainnya memiliki garis tugas masing masing
diantara mengurusi ddaerah persawahan, upacara adat, kehidupan social,
penyelenggaraan upacara ritual dan lain sebagainya.
Menurut pengakuan uwak languga setti sebagai salah satu
tokoh masyarakat Lo Toang yang bertindak sebagai juru bicara, nama tersebut
bukanlah nama kepercayaan kami ( lo lotang). Karena nama tersebut pada mulanya
adalah nama raja yang pernah memimpin di sedenreng sejak 1609-1910 terhadap
kelompok atau komunitas Lo Lotang.
pada mulanya masyarakat To Lotang adalah masyarakat
penggungsi dan dari daerah asalnya yang bernama Wani di Kerajaan (Kabupaten
Wojo). Daerah di sebelah barat dan tempatnya sekarang. Ketika masa pengislaman
kerajaan du sulsel yang dibawa oleh ulama dari melayu dan dibantu oleh kerajaan
gowa pada mula abad 17 tahun 1610.
nama Lo Lotang adalah panggilan raja jika ingin
berkomunikasi kepada orang wani yang ada di Amparta. Nama Lo Lotang yang
berarti orang selatan diberikan kepada komunitas tersebut karena masyarakat
tersebut berada disebelah selatan sungai sidenreng atau istana kerajaan
sidenreng. Nama yang semula tidak dikenali oleh masyarakat mulai di kenal oleh
masyarakat setempat.